WONG EDAN BAGU

WONG EDAN BAGU
SALAM RAHAYU kanti TEGUH SLAMET BERKAH SELALU DARI WONG EDAN BAGU UNTUK SEMUA PARA PENGUNJUNG BLOGGER PESONA JAGAT ALIET . . . _/\_

Senin, 30 Juni 2014

Nabi Isa As akan Turun Ke Bumi lagi:

Benarkah?  
Lalu.... Kapan dan dimanakah Nabi Isa akan Turun ke Muka Bumi?  
Konon... Nabi Isa turun di saat kaum muslimin akan memerangi Dajjal di saat shalat Shubuh.

Nabi Isa Alaihis salam -- yang oleh orang Nasrani disebut Yesus -- menjadi bahan kontroversi antara Islam, Nasrani, dan Yahudi. Orang Yahudi mempercayai bahwa mereka telah membunuh Isa, dan orang-orang Nasrani meyakini bahwa Isa telah disalib dan dikubur.

Namun, kaum Muslimin meyakini dengan jelas dan tegas bahwa Nabi Isa tidak disalib atau dibunuh, melainkan 'diangkat' oleh Allah SWT. Nabi Isa akan kembali ke dunia, di suatu masa, di akhir zaman.
Nabi Isa Alaihis salam adalah salah seorang dari lima nabi dan rasul yang diberi gelar 'Ulul Azmi, yakni memiliki sejumlah keistimewaan. Kelima nabi dan rasul yang mendapat gelar itu adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW.

Sejak dilahirkan, Isa sudah memiliki keistimewaan (mukjizat). Yakni bisa berbicara sejak dalam buaian (QS Ali Imran [3]:46, Almaidah [5]:110, Maryam [19]:29-33), menghidupkan orang mati dengan izin Allah, menciptakan burung dari tanah, menyembuhkan orang buta, sakit sopak (kusta) (lihat QS Ali Imran [3]:49), dan menyuguhkan hidangan dari langit (Almaidah [4]:114). Selain itu, Allah SWT juga memberikan padanya sebuah kitab suci, yakni Injil (QS Almaidah [5]:46).

Lalu... Kapan Nabi Isa Turun ke Muka Bumi, pak WEB?
Konon... Nabi Isa turun ke bumi di saat kaum muslimin akan memerangi Dajjal di saat shalat Shubuh.

Ada hadist yang meriwayatkan begini:
1.            Dari Abu Umamah Al Bahili, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Imam mereka adalah seorang laki-laki yang shalih. Ketika pemimpin mereka hendak maju ke depan untuk mengimami dalam shalat subuh, tiba-tiba turunlah Isa bin Maryam, maka mundurlah imam mereka ke belakang supaya Isa maju untuk mengimami shalat. Isa lalu meletakkan tangannya di antara dua bahunya (pemimpin mereka) sambil berkata, 'Majulah engkau dan pimpinlah shalat, karena sesungguhnya ia ditegakkan untuk kalian.' Akhirnya pemimpin mereka pun mengimami mereka shalat, dan ketika shalat telah usai, Isa berkata,'Bukalah pintu.'(HR. Ibnu Majah no. 4067. Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ Ash Shogir no. 13833 mengatakan bahwa hadits ini shahih)

2.            Dari Jabir bin 'Abdillah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,"Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang memperjuangkan kebenaran dan meraih kemenangan hingga hari kiamat."Nabi shallallahualaihi wasallam pun mengatakan,"Kemudian Isa bin Maryam turun ke muka bumi. Lalu pemimpin mereka-mereka tadi mengatakan pada Isa,"Jadilah imam shalat bersama kami.""Tidak. Sesungguhnya di antara kalian sudah menjadi pemimpin bagi yang lain. Allah betul-betul telah memuliakan umat ini"jawab Isa.(HR. Muslim no. 156)

Wow... Dengan 2 hadist diatas. Apakah Mengartikan bahwa Nabi Isa akan Turun dengan Membawa ajaran Baru?

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda,"Bagaimana keadaan kalian apabila Isa putera Maryam itu, turun pada kalian dan menjadi pemimpin kalian?"
Lalu aku berkata kepada Ibnu Abu Dzi'b bahwa al-Auza'i telah menceritakan kepada kami, dari az-Zuhri dari Nafi' dari Abu Hurairah,"Pemimpin kalian adalah dari kalian."
Ibnu Abu Dzi'b berkata, "Apakah kamu tahu sesuatu apa (yang dijadikan dasar) memimpin kalian?"
Aku balik bertanya, "Apakah kamu akan mengabarkannya kepadaku?"
Ibnu Abu Dzi'b berkata, "Dia akan memimpin kalian berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul Kalian shallallahu 'alaihi wasallam'. (HR. Muslim no.155)

Artinya: Kedatangan Nabi Isa Alaihis salam -- yang oleh orang Nasrani disebut Yesus. Kebumi ini. Berdasaran Kitabullah dan Sunnah Rosul. Bukan Kitab Buku apapun sebutannya dan Sunnah Nabi, tapi Kitabullah dan sunnah Rosul. Para Sedulur sudah tau kan, Allah Itu apa dan rosul itu apa... He he he . . . Edan Tenan

Oke deh mbah WEB... Terus, dimanakah Nabi Isa akan Turun ke Muka Bumi? 

Ada 33 hadist shahih yang menegaskan bahwa Nabi Isa akan kembali turun ke bumi. Bahkan, ada yang mengatakan sampai 90 hadist,''  Dan diantara 33 sampai 90 hadist tersebut, Ada 7 hadist yang pernah sempat  saya pelajari Arti makna dan maksudnya;

Tempat Turunnya Isa:
Pertama, Nabi Isa akan turun di Menara Putih, yakni Masjid Bani Umayyah di Damaskus Timur.

Kedua, Isa akan membunuh Dajjal  (gembong penjahat yang mengaku sebagai penyelamat) di Dataran Tinggi Golan (Syria).

Ketiga, Isa akan bertemu Ya'juz dan Ma'juz, dan semua tokoh jahat dan pengikutnya itu akan tewas.

Tujuan Turunnya Isa:
Keempat, Isa akan Mendakwahkan Tauhid  berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul. seperti yang dibawa oleh Nabi Muhammad dan  nabi-nabi lain sebelumnya.

Kelima, Isa datang, dunia penuh keberkahan. Misalnya, sebutir buah delima bisa membuat 40 orang kenyang.

Keenam, setelah Isa datang, selama tujuh tahun kondisi dunia sangat aman, nyaman, damai dan tentram.

Ketujuh, Ma’afkan... saya tidak bisa mencantumkannya disini. Karena aan menimbulkan banyak kontroversi  antar SPIRITUAL.

Ada tiga Sanggahan bagi Segolongan Orang yang Tidak Mengakui Turunnya Nabi Isa Orang-orang yang sesat dan mengagungkan logika (yang dangkal) kadang menggunakan argumen-argumen yang rapuh untuk menyanggah keyakinan bahwa Isa bin Maryam akan turun di akhir zaman.

Di antara alasan mereka menolak keyakinan ini adalah Nabi shallallahualaihi wasallam menyatakan bahwa tidak ada nabi lagi sesudah beliau. Dengan pernyataan semacam ini (yang asalnya dari dalil Quran dan hadits), mereka pun menyanggah dalil-dalil yang menyatakan bahwa Isa bin Maryam akan turun di akhir zaman.

Berikut sanggahan dari Al Qodhi yang dinukil dari Imam An Nawawi rahimahullah.
1.       Al Qodhi mengatakan,"Sebagian Mu'tazilah, Jahmiyah dan yang sepaham dengan mereka mengingkari turunnya Nabi Isa alaihissalam. Mereka mengklaim bahwa hadits tersebut tertolak dengan firman Allah Ta’ala bahwa Nabi shallallahualaihi wasallam adalah penutup para nabi.
2.       Mereka juga beralasan dengan sabda Nabi shallallahualaihi wasallam,"Tidak ada nabi lagi sesudahku"
3.       Mereka beralasan lagi dengan ijma'(kesepakatan) kaum muslimin bahwa tidak ada nabi lagi sesudah Nabi shallallahualaihi wasallam dan syariat Muhammad itulah yang berlaku selamanya hingga akhir zaman, sehingga tidak mungkin dihapus.

Sungguh ini adalah alasan yang sungguh rapuh. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud turunnya Isa alaihissalam bukanlah beliau turun lagi sebagai Nabi yang membawa syariat baru dan menghapus syariat lama. Tidak ada satu pun hadits dan dalil lainnya yang menyatakan semacam ini. Bahkan hadits- hadits yang membicarakan turunnya Isa adalah benar."

An Nawawi lantas mengatakan,"Sebagaimana telah disebutkan dalam kitab Al Iman dan selainnya bahwa Isa akan turun sebagai hakim yang adil, berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul.  Beliau akan menghidupkan kembali Hakikat Kitabullah dan Syariat sunnah Rasul yang sudah punah karena ditinggalkan... He he he . . . Edan Tenan... Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Selalu... dari  saya untukmu sekalian saudara-saudariku terkasih yang dimuliakan oleh Allah dan di ridhoi oleh Allah  Azza wa Jalla Jalla Jalaluhu. Semoga kabar ini bisa bermanfaat dan berkah ya... Terima kasih alias Matur nuwun.

Ttd: Wong Edan Bagu
Pengembara Tanah Pasundan


Sabtu, 21 Juni 2014

PERBEDA’AN ANTARA SALAH - DOSA - LUPUT dan HUKUM SEBAB AKIBAT “KARMA” Bagian. 01

(SALAH - DOSA - LUPUT)
Di Tulis oleh: Wong Edan Bagu:
Dari Pengetahuan al-kitab dan agama yang disesuai dengan Pembuktian dari Pengalaman pribadi Wong Edan Bagu:

Banyak orang bisa berkata ucap. Salah. Dosa. Luput, namun hanya sedikit saja yang tau dan mengerti, apa itu salah, apa itu dosa dan apa itu luput. Itupun masih sebatas katanya, katanya al-kitab dalam agama dan spiritual serta kepercaya’an, katanya guru, ustadz dan kiyai, hanya ada beberapa orang saja, yang benar-benar tau dengan kenyata’an yang benar-benar nyata menurut Syare’at kehidupan dan Hakikat Hidup, kanapa bisa begitu..? karena... yang banyak itu meyakini kalau benar itu dari Maha Benar Tuhan dan salah itu dari maha salah Iblis, sedangkan yang sedikitnya, mempercayai katanya perasa’an, Asalkan itu bertulisan dengan bahasa yang di imaninya dalam kitab, itu sudah cukup kuat dan baku untuk di perkokoh, Akhirnya merekapun berhenti hanya sampai disitu saja, tanpa mau mencari kesejatian dari kebenarannya. Sementara yang beberapanya itu... Yakin bahwa Salah dan Benar serta Baik dan Buruk itu, Berasa dari satu, yaitu Tuhan Allah, karena Tuhan Allah hanya ada satu alias tidak 2-3-4-5 dan seterusnya, serta percaya akan alur cerita jalan sejarah yang jelas sesuai dengan silsilah turun temurunnya jaman kehidupan dan Hidup yang di mulai dari awal. Tuhan. Ada. Tiada, lalu kembali lagi menjadi. Tiada. Ada. Tuhan.  

Dibawah inilah: Pengetahuan dan Pengertian Dalam Perbedaan antara Salah, Dosa, Luput dan Hukum sebab akibat serta Karma, Menurut Pengalaman Pribadi saya, selama nglakoni/menjalani. Wejangan Ilmu Idep Tetep Madep Mantep. Tlaten. Titen. Niteni dan Tata. Titi. surti ngati-ati (Iqro’). Semoga Bermanfa’at bagi anak2 didik saya kususnya dan bagi siapapun yang memang sedang mencari-cari bab soal dan tentang hal ini;

Apa dan yang bagaimanakah? Salah. Dosa dan Luput itu menurut firman Allah? Didalam al-kitab..?!
Berdasarkan ayat-ayat Alkitab, posisi dan kondisi manusia di dalam standar kebenaran Allah, bahaya dan pembalasan dari perbuatan dosa tersebut. Ambilah Alkitab Anda dan marilah kita memulai Pendalaman Alkitab tentang dosa. Dosa terletak diantara posisi Salah dan Luput, karena dosa adalah pemikulnya, pemikul dari salah dan luput. Mari kita simak bersama tentang lebih jelasnya.

Semenjak jaman dahulu kala, hingga di dalam kehidupan yang super modern ini, masalah dosa semakin jarang dibicarakan, dan arti dari dosa itu sendiri sering juga telah dibuat sehalus mungkin untuk tidak menyinggung ’perasaan’ orang lain. Alkitab menulis bahwa dosa sesungguhnya bukan hanya sekedar ”apa yang orang telah lakukan,” tetapi juga ”apa yang orang pikirkan” dan ”apa yang orang tidak lakukan.”

Alkitab secara jelas menceritakan kepada kita bahwa dosa adalah:
1.   Penyakit alamiah manusia.
2.   Penolakan manusia kepada Allah.
3.   Keluar dari target yang Allah telah tetapkan.

I. Penyakit alamiah manusia;
Tuhan membandingkan dosa dengan penyakit kusta atau lepra. Orang yang menderita kusta, kulitnya akan nampak putih pada awalnya  dan lambat atau cepat bagian-bagian dari tubuhnya (jari, hidung atau kuping akan copot. Penderita kusta ini dinyatakan najis dan jika ia pulih dari kustanya. Kiyai/Imam perlu mengadakan upacara Pensucian.

Diagram “TUHAN pusat kehidupan adalah bagaimana seharusnya kita hidup;
Mencoba menyembuhkan kulitnya tidaklah cukup, sebab akarnya adalah di dalam kulit, demikianlah dengan dosa, tindakan dan perkataan yang jahat hanyalah gejala dari akar ’penyakit’ alamiah manusia. Muhammad saw dan Isa al-Masih, dokter dari segala dokter,  memberi sebuah diaknosa  apa dan bagaimana penyakit itu bekerja di dalam tubuh manusia.

Penyakit dosa keterunan; kecenderungan hati untuk berbuat jahat. Mari baca Injil Markus 7:20-23 Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, pencabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

Allah menggambarkan dosa umat-Nya seperti penyakit yang mempengaruhi kepala (pikiran yang salah), hati (emosi yang salah), dan kaki (tindakan yang salah). Dosa berawal dari pikiran kita (yang menerima masukkan yang salah melalui penglihatan, pendegaran, angan-angan) lalu menyebar ke perasaan kita, dari perasaan yang lalu ke hati tersebut meledaklah keluar perbuatan dan perkataan yang jahat tersebut, yang menjadikan tubuhnya najis.

Sedulur.... Diperbudak dosa: ” Jadi jika kita berbuat apa yang tidak kita kehendaki, maka bukan lagi kita yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam diri kita… membuat kita menjadi tawanan dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuh kita. Itulah Dosa, dosa itu adalah perbuatan jahat maupun pikiran jahat seseorang, terlepas orang tersebut percaya atau tidak yakin atau tidak adanya Allah.

2. Penolokan manusia kepada Allah;
Alkitab juga menjelaskan bahwa dosa sebagai penolakan manusia kepada Allah, ini termasuk tidak percaya kepada kebenara-Nya, menolak kasih-Nya dan memberontak kepada kekuasaan-Nya. Di aalam Diri manusia ada hidup, dan hidup itu adalah napas milik Tuhan/Allah. Lalu Tuhan/Allah datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.

TUHAN telah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan pribadi-Nya, Dalam kitab manusia digambarkan sebagai pribadi yang memiliki Hidup dan roh (Angan-angan. Budi pakati. Panca indra) yang tinggal di dalam tubuh (daging). Inilah ketritunggalan manusia, satu dari ketiganya diambil ia tidak lagi menjadi ”seorang manusia.”Hidup diambil ia menjadi mayat, tanpa roh ia menjadi robot, dan tanpa tubuh ia bukan seorang manusia.

TUHAN telah menyediakan semua kebutuhan pribadi kita. Kebenaran-Nya untuk Angan-angan kita, kasih-Nya untuk kebutuhan Budi pakarti kita, dan otoritas-Nya untuk menuntun Panca indra  kita kepada pilihan yang benar di dalam kesejatian yang sesungguhnya. Bila kita menerima semua penyediaan Allah tersebut, maka kita menempatkan TUHAN di tahta kehidupan kita. Inilah cara untuk memiliki sebuah kehidupan yang baik dan berbahagia.

Namun jika kita memutuskan untuk memerintah diri kita sendiri, maka kita menjadi pemberontak kepada TUHAN. Filsafat bahwa manusia adalah pusat dari hidupnya sendiri disebut humanism. Jadi arti dosa dapat ditulis sebagai:
Dosa adalah penolakan akan TUHAN . Menempatkan diri sendiri di tempat yang sesungguhnya milik TUHAN di dalam pikiran, keinginan dan perasaan kita.    

3. Keluar dari target yang Allah telah tetapkan;
Manusia diciptakan, dipilih dan diperlengkapi Allah bukanlah untuk ke’egoisan dan kesombongan serta kemunafikan diri sendiri, tetapi ditetapkan sebagai bendahara (penjaga kekayaan) dan duta atau ambasador (perwakilan) Allah di bumi. Jadi, dosa itu, adalah meninggalkan TUHAN dan keluar dari tujuan yang Ia telah tetapkan, kehilangan sasaran hidup yang mulia.

Jadi keluar dari terget Allah bisa berarti:
Menuju jalan yang salah -  tidak sesuai dengan jalan dan perintah-Nya
Tidak mengenai sasaran -  tujuan hidup yang tidak sesuai rencana-Nya
Tidak memenuhi standard   -  tidak bertanggung jawab penuh dengan apa yang Ia telah berikan (waktu, keahlian, moral)

Jika kita dalam sikon ini, berati kita dalam bahaya..!!! kita mungkin berpikir bahwa kita orang baik (bukan pembunuh, penipu, pembohong dan pencuri), INGAT BAIK-BAIK pengadilan Sebab akibat dan Hukum karma, selalu Berlaku bagi siapapun tanpa terkecuali, kita mau yakin dan percaya Tuhan atau tidak, Sebab akibat Karma, tetap berjalan dan berlaku bagi kita, di hari penghakiman tidak memakai standard moral kita atau PBB atau standard hukum negara manapun, TETAPI standard firman-Nya. Kita perlu melihat ‘wajah’ kita kepada ‘cermin’-Nya.

Usaha manusia untuk membenarkan dirinya tidak akan pernah sampai kepada standard TUHAN. Kita perlu serius dengan hal ini, Alkitab menulis dengan sangat jelas: Sebab upah dosa ialah maut.
Dosa membawa pemisahan antara manusia dengan Penciptanya, berakibat perbudakan (kehendak)
Dosa membawa pelakunya pada kondisi bersalah, berakibat penghukuman kekal (pikiran bersalah)
Dosa membawa ketidak bahagian, berakibat kematian yang salah (tidak sempurna)

KESIMPULANNYA:
SALAH; Saya ingin sekali makan daging ayam goreng. Tapi saya tidak punya ayam untuk di olah, tapi saya tidak punya uang untuk membelinya di pasar atau di warung, lalu saya ingat kalau tetangga saya punya ayam dan berpikir untuk mencurinya, agar ingin makan daging ayam goreng itu bisa terlaksana. Terus saya berniyat mencurinya. Inilah SALAH. Mengapa hal ini di sebut SALAH? Karena saya telah mengajari ingatan saya dengan hal yang tidak baik. Menodai pikiran saya tentang hal yang akan merugikan orang lain. Mengotori niyatan saya dengan hal yang sungguh akan membuat jiwa raga saya berdosa.

DOSA; Lalu saya mewujudkan niyat tersebut. Mencuri ayamlah saya, jika ketahuan, maka saya akan di tangkap dan di hakimi, inilah DOSA. Mengapa hal ini di sebut DOSA?  Karena saya sudah mengotori atau menodai jiwa raga saya dengan aib/malu/sakit/nama baik hancur bahkan mendapat stempel maling alias garong. Jika tidak ketahuan, maka saya akan mengolahnya sesuai dengan yang saya inginkan. Inilah DOSA, kenapa hal ini di sebut DOSA?   Karena saya sudah melakukan hal yang tidak baik dan berbuat merugikan orang lain serta mengotori/menodai niyat saya dengan mendosakan jiwa raga saya.

LUPUT; Setelahnya,
1.       Jika tertangkap dan ketahuan mencuri ayam, sesudah di hakimi dan di adili, di lingkungan itu, saya sudah tidak punya namanya baik, Malu dan Nyesal akan selalu saya alami, merasa di awasi bahkan di pandang sebelah mata. Inilah LUPUT. Mengapa hal ini di sebut LUPUT? Karena kejadian itu, telah membuat saya Tidak nyaman, tidak tenang, tidak merdeka bahkan tidak pernah tentram akan selalu menghantui keseharian saya dalam keada’an apapun.

2.       Jika tidak tertangkap dan tidak ketahuan mencuri ayam, setelahnya, di manapun dan kapapun, setiap kali saya bertemu dengan tetangga saya, yang ayamnya saya curi itu, saya akan selalu gerogi, kikut dan serba salah tingkah, menduga-duga, menebak-nebak, jangan2 dia tau saya telah mencuri ayamnya, tapi pura-pura tidak tau, karena ingin menjebak atau mencari-cari bukti untuk menuduh saya dll. Inilah LUPUT. Mengapa hal ini di sebut LUPUT? Karena kejadian itu, telah membuat saya Tidak nyaman, tidak tenang, tidak merdeka bahkan tidak pernah tentram akan selalu menghantui keseharian saya dalam keada’an apapun.

BERSAMBUNG Ke...
“PERBEDA’AN ANTARA SALAH - DOSA - LUPUT dan HUKUM SEBAB AKIBAT “KARMA”
(Bagian. 02) TENTANG HUKUM SEBAB AKIBAT  (KARMA):

He he he . . . Edan Tenan... Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Selalu Lurr... Semoga Pelajaran ini Berguna dan Bermanfa’at Serta membuat kita mengerti:... Kususnya anak-anak didik saya... Amiin.

Ttd: Wong Edan Bagu

Pengembara Tanah Pasundan

PERBEDA’AN ANTARA SALAH - DOSA - LUPUT dan HUKUM SEBAB AKIBAT “KARMA” Bagian. 02

(HUKUM SEBAB AKIBAT “KARMA”)
Di Tulis oleh: Wong Edan Bagu:
Dari Pengetahuan al-kitab dan agama yang disesuai dengan Pembuktian dari Pengalaman pribadi Wong Edan Bagu:

Sering kita mendengar orang mengatakan ‘itu adalah karma’ atas suatu musibah yang menimpa seseorang atau pada dirinya sendiri.  Kebanyakan orang mengatakan karma itu dalam Islam disebut hukum sebab akibat;  Tetapi jika kita pelajari hukum karma maka sangat jauh perbedaanya. Dalam fisika dikenal:”Hukum Sebab Akibat Newton“; Dalam matematik dikenal: “Kausal Kalkulus”; Dalam manajemen dikenal: “Diagram Ishikawa/ Matrix Sebab dan Akibat”, dsb.

Dibawah inilah: Pengetahuan dan Pengertian tentang Hukum Sebab Akibat (KARMA), Menurut Pengalaman Pribadi saya, selama nglakoni/menjalani. Wejangan Ilmu Idep Tetep Madep Mantep. Tlaten. Titen. Niteni dan Tata. Titi. surti ngati-ati (Iqro’). Semoga Bermanfa’at bagi anak2 didik saya kususnya dan bagi siapapun yang memang sedang mencari-cari bab soal dan tentang hal ini.

SEKILAS MENGENAI Sebab Akibat (KARMA):
0.       Adakah Karma Di Dalam Islam?
Karma berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti amalan. Hakikat karma adalah setiap amalan yang dilakukan seorang manusia baik berupa perkataan, perbuatan ataupun amalan. Karma memiliki sebab dan memiliki akibat (buah). Karma yang baik akan datang dengan akibat yang baik dan karma yang jelek akan datang dengan akibat yang jelek pula. kejelekan ataupun kebaikan yang kita  dapatkan adalah sebab akibat perbuatan kita di kehidupan yang lalu.

Karma adalah filsafat Hindu, Budha, Jain dan Sikh; Konsep Karma “Semua yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang; Segala tindakan/perilaku baik maupun buruk seseorang saat ini akan membentuk karma seseorang dikehidupan berikutnya”.  Sedangkan di dalam Islam di sebut hukum sebab akibat, seperti tertulis dalam surat Al Zalzalah 7-8

Al Zalzalah 7: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”
Al Zalzalah 8: “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”
Surat Az-Zalzalah menerangkan tanda-tanda permulaan hari kiamat dan pada hari itu manusia akan melihat sendiri hasil perbuatan mereka, baik ataupun buruk, meskipun sebesar zarah.

Dalam kitab Majma’uz Zawaid, Imam al Haitsami menyebutkan sebuah kisah tentang wafatnya al Husain bin Ali. Disebutkan ada seorang lelaki bernama Zur’ah yang ikut andil dalam pembunuhan Husain bin Ali dengan panahnya. Saat al Husain mendekati ajal, Beliau meminta air. Akan tetapi para penjahat itu, termasuk Zur’ah tak mengijinkan seorangpun memberinya minum. Singkat cerita, al Husain wafat. Dan manakala Zur’ah mendekati ajalnya, dia dihukum dengan deraan rasa haus yang tak kunjung terpuaskan meski telah minum hingga kembung. Akhirnya dia pun tewas karena kehausan. (Disebutkan juga dalam Nihayatuzh Zhalimin:3/88)

Membaca kisah di atas, kita jadi teringat satu hal; hukum karma. Kejahatan seseorang akan membuahkan keburukan serupa atas dirinya. Namun, benarkah hukum karma itu ada? Dan apakah Islam juga mengakui hukum karma? Mari kita cermati persoalan ini.

Karma menurut bahasa Sanksekerta artinya berbuat. Secara istilah, karma dipahami sebagai hukum sebab akibat atau  “samsara”. Konsep ini diakui dalam filsafat Hindu, Sikh dan Budhisme. Hasil atau buah dari perbuatan disebut karma-phala. Ini bukan hanya berlaku untuk hal buruk, yang baik juga demikian. Hanya saja konotasi makna karma atas perbuatan buruk lebih masyhur.

Dalam filsafat Jawa, konsep karma juga diyakini keberadaaanya sebagai hukum sebab akibat. Pepatah Jawa mengatakan “ngunduh wohing pakarti” (seseorang akan memetik buah dari perbuatannya).  Yaitu bahwa perbuatan seseorang akan secara aktif berperan membentuk dan memengaruhi masa yang akan datang. Sesuatu yang positif akan membuahkan hasil positif dan yang negatif akan mendatangkan hal negatif. Banyak peribahasa mengibaratkan hal ini, misalnya: Siapa menanam akan mengetam, siapa menebar angin akan menuai badai atau menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Orang Eropa menyebutnya dengan hukum kausalitas.

Bagaimana dengan Islam?
Sebenarnya konsep sebab akibat merupakan sunah kauniyah Allah yang memang bisa diindera dan diambil sebagai “ilmu kehidupan” oleh manusia. Karenanya, tidak mengherankan jika hal tersebut diakui oleh berbagai agama dan ajaran. Semua orang tentu mengerti bahwa perbuatan jahat seperti mencuri, menyakiti atau membunuh pasti akan menyebabkan munculnya keburukan; dibenci orang, balas disakiti atau bahkan dibunuh. Demikian pula sebaliknya, yang berbuat baik akan menuai buah kebaikannya. Hanya saja, pada masing-masing agama pasti ada perbedaan dalam beberapa sisinya karena perbedaan keyakinan.

Di dalam Islam, konsep jaza’ (balasan atas perbuatan) merupakan bagian penting dalam ajarannya.  Pepatah mengatakan “kama tadinu tudanu”, bagaimana kamu memperlakukan, seperti itulah kamu akan diperlakukan. Ini bukan hadits, tapi menurut sebuah riwayat pepatah ini adalah nasihat bijak Abu Darda’, yang diriwayatkan secara mauquf oleh Abu Qilabah. Lengkapnya;


البِرُّ لاَ يَبْلَى وَالذَّنْبُ لاَ يُنْسَى وَالدَّيَّانُ لاَ يَمُوتُ، اعْمَلْ مَا شِئْتَ كَمَا تَدِيْنُ تُدَانُ
Kebajikan itu tak akan pernah usang, dosa tak akan pernah dilupakan, sedangkan Allah Maha Pembalas tak akan mati. Lakukanlah apa yang engkau suka. Karena sebagaimana engkau memperlakukan, seperti itulah kau akan diperlakukan.” (Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 11/169, Asy Syamilah.)

Hanya saja, tentunya Islam tidak mengenal istilah karma. Di dalam Islam kita meyakini bahwa Allah Ta’ala membalas perbuatan baik dan mengganjar perbuatan buruk. Balasan itu bisa di dunia, bisa pula di akhirat atau bahkan dunia dan akhirat. Dan setiap balasan yang Allah berikan pasti akan setimpal dengan kadar perbuatan yang menyebabkannya, sesuai kebijaksanaan-Nya. Perbuatan baik akan mendatangkan kebaikan, sedang perbuatan buruk akan mendatangkan keburukan pula. Dan Allah sedikitpun tidak pernah zhalim atas hamba-Nya. Sebagian salaf mengatakan;


فَإِنَّ جَزَاءَ السَّيِّئَةِ اَلسَّيِّئَةُ بَعْدَهَا كَمَا أَنَّ ثَوَابَ الْحَسَنَةِ اَلْحَسَنَةُ بَعْدَهَا
Sesungguhnya balasan keburukan adalah muculnya keburukan setelahnya sebagaimana balasan kebaikan adalah diperolehnya kebaikan sesudahnya.”(disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, II/498).

Yang membedakan Islam dengan ajaran lain adalah keyakinan mengenai siapa yang menjalankan hukum ini. Seoang muslim meyakini, Allahlah yang punya hak mutlak untuk membalas dan menghukum perbuatan manusia. Sifatnya sangat rahasia dan sesuai kehendak-Nya. Dan karenanyalah balasan atas suatu perbuatan manusia tidak semuanya bisa diterka. Bahwa kalau berbuat begini, besok pasti akan diperlakukan persis seperti dulu dia berbuat. Ada banyak aspek yang –atas izin-Nya- turut memengaruhi. Hal itu menjadi sesuatu yang rumit, kompleks dan tidak terduga. Bisa jadi seseorang memang dibalas persis seperti perbuatannya, atau seperti yang sudah diancamkan dalam nash.  Tapi bisa jadi pula dalam bentuk lain, atau tidak menutup kemungkinan tidak ada balasan sama sekali karena kasih sayang Allah atasnya. Semua in berjalan atas kekuasaan Allah.

Sebagian kekuasaan itu diwujudkan dalam aturan syariat yang harus dijalankan manusia. Misalnya, hukuman bagi pembunuh yang disengaja adalah hukuman mati, tentunya setelah melalui keputusan hakim yang berwenang. Dan sebagian besar lain merupakan hukuman yang sifatnya ghaib. Artinya hanya Allah sajalah yang tahu, apa, kapan dan bagaimana hukuman itu akan diberlakukan.

Hal lain yang membedakan adalah cara untuk menghindarkan diri dari efek negatif perbuatan buruk yang dilakukan, tentunya juga harus mengacu pada tuntunan-Nya. Yakni dengan taubat nashuha, memohon keridhoan dari yang dizhalimi dan mengembalikan haknya. Setelah itu berusaha memperbaiki diri dengan ketatan kepada-Nya dan menjauhi perbuatan zhalim yang lain. Sedang agama lain mungkin menyaratkan penebusan, sesaji, ritual tertentu yang semuanya tidak akan menyelesaikan masalah karena tidak berada di bawah bimbingan-Nya.

1.       Teori Sebab Akibat (Kausalitas) Secara Umum:
Teori Sebab Akibat (Kausalitas) pada dasarnya telah muncul seumur dengan peradaban manusia, bahkan seusia dengan alam ini dan realitas eksistensi itu sendiri. Manusia sebagai makhluk yang berakal berupaya mencari sebab-sebab dari setiap kejadian. Dengan mengetahui sebabnya berarti memahami akar permasalahan dan sumber akibat atau kejadiannya.
Dalam literatur disebutkan bahwa sebuah hukum dasar kehidupan pertama kali dikemukakan oleh Socrates lebih dari 400 tahun sebelum masehi yang disebut Kausalitas atau Hukum Sebab Akibat. Hukum kausalitas menyatakan bahwa “Setiap akibat dalam hidup ada penyebabnya”
Mengacu pada ilmu logika bahwa proposisi tersusun dari premis minor dan premis mayor. Misalnya A dari B (premis minor) dan B dari C (premis mayor), maka A dari C. Jika menolak prinsip kausalitas, maka mustahil melahirkan silogisme dari proposisi itu, yaitu A dari C. Menolak kausalitas artinya ragu B dari A dan juga ragu B dari C, akhirnya mustahil menyimpulkan A dari C. Jadi, silogisme A dari C hasil dari adanya hubungan keniscayaan dari dua premis minor dan mayor. Hubungan keniscayaan itu disebut hubungan kausalitas atau hubungan sebab akibat.

Prinsip kausalitas adalah melihat fenomena hubungan sebab akibat antara yang satu dengan yang lainnya (‘jika ‘a’, maka ‘b’) dan bersifat pasti. Pada alam, misalnya dapat dipahami sebagai rangkaian gerak sebab akibat/kausalitas dan bukan sebagai gerak tanpa arah yang jelas, yang tidak bisa di prediksi. Dapat dikatakan bahwa peranan hukum sebab akibat dalam realitas alam, yaitu alam fisik dikendalikan oleh hukum sebab akibat alami.

Beberapa filsuf mendefinisikan kausalitas sebagai berikut:
1. Al-Farabi berkata, “Sebab adalah sesuatu yang niscaya ada dan hadir bersama dengan akibat”
2. Ibnu Sina menyatakan, “Sebab adalah sesuatu yang meniscayakan sesuatu yang lain, dan akibat mesti aktual karena keaktualan sebabnya“
3. Mulla Sadra menyatakan, “Sebab memiliki dua pengertian. Pertama, sebab adalah wujud sesuatu yang memancarkan realitas eksistensi yang lain dan ketiadaan sebab berefek pada ketiadaan realitas itu. Kedua, sebab adalah wujud yang meniscayakan kebergantungan hakiki realitas lain, dan ketiadaan akibat karena ketiadaan sebabnya”
4. Syekh Isyraq Suhrawardi berkata, “Maksud sebab adalah sesuatu yang keberadaannya meniscayakan sesuatu yang lain dan memustahilkan kejamakan sebab“.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebab merupakan realitas wujud yang meniscayakan kebergantungan mutlak dan hakiki segala eksistensi eksternal lainnya. Contohnya, secara hakiki api dan panas memiliki hubungan khusus yang disebut kausalitas atau hubungan sebab akibat. Dengan kausalitas, manusia bisa menghubungkan antara satu realitas dengan realitas lain serta menentukan sebab dan akibat dari realitas-realitas tersebut.

Jadi sebab, akibat dan hubungan sebab akibat (kausalitas) memiliki realitas yang tak terpungkiri. Dalam perspektif filsafat Islam, prinsip dan hubungan kausalitas bersifat universal dan tak terbatas pada alam tertentu, tapi terterapkan pada semua alam baik alam materi maupun alam non- materi. Hubungan kausalitas tidak ada kaitannya dengan penginderaan lahiriah tapi berkaitan dengan persepsi akal dan dibuktikan lewat pengkajian-pengkajian rasional.

Dalam pandangan para filosof, pandangan terhadap objek sebagai kajian filsafat tentunya terdapat pertentangan, perdebatan atau keberterimaan. Demikian halnya pandangan terhadap teori sebab akibat juga diwarnai dengan adanya penolakan. Sebagian filosof barat beraliran empiris seperti David Hume menolak hubungan kausalitas itu. Mereka beranggapan bahwa yang bisa diempiriskan hanyalah api dan panas bukan hubungan khusus yang bersifat niscaya (kausalitas).

Segala realitas yang mustahil terempiriskan tidak dikategorikan sebagai realitas yang berwujud. Hubungan kausalitas itu mustahil terempiriskan maka tak berwujud. Selanjutnya dikatakan bahwa segala pengetahuan manusia bersumber dari hal-hal yang empiris. Menurutnya, jika terdapat “keberhubungan” antara satu realitas dengan realitas lain, hubungan ini hanya bersifat kebetulan, bukan karena adanya hubungan kausalitas. “Keberhubungan” dua realitas itu senantiasa terjadi, keberadaan api memunculkan panas, maka “hubungan kausalitas” antara kedua realitas itu terbentuk dalam pikiran”. Immanuel Kant, filosof besar asal Jerman mengambil jalan lain dalam menyikapi hubungan kausalitas itu. Menurutnya kausalitas atau hubungan hakiki sebab akibat hanya terwujud di alam pikiran dan bukan di alam eksternal. Hubungan itu dikatakan ada di alam eksternal jika bisa diaplikasikan kedalam fenomena ruang-waktu di alam materi. Hubungan kausalitas itu tak bermanfaat jika mustahil terterapkan dalam koridor ruang waktu. Kant dan Hume sepakat bahwa pengetahuan berasal dari realitas empiris. Hume berbeda pendapat dengan Kant dalam hal bahwa walaupun pengetahuan kita di peroleh dari realitas-realitas empiris, ini bukan berarti semua pengetahuan berasal dari realitas empiris.

Dalam pendekatan sejarah dijelaskan berbagai peristiwa (masalah) dengan merangkaikan berbagai fakta dalam sintesis hubungan kausalitas sebagai akibat (cause-effect) sehingga setiap fenomena merupakan akibat (consequence) dari sebab sebelumnya (antecendent cause). Masalah kausalitas merupakan bagian dari masalah eksplanasi sejarah yang luas dan mendalam serta merupakan masalah metodologis. Peristiwa yang terjadi hampir merupakan aksioma bahwa segala sesuatu mempunyai sebab-sebab. Kausalitas adalah suatu rangkaian peristiwa yang mendahului dan peristiwa yang menyusul.

2.       Aplikasi Teori Sebab Akibat dalam Kajian Agama dan Kesehatan:
Teori sebab akibat dalam kajian agama diantaranya adalah pemikiran tentang Tuhan. Filosof Al Kindi dan Al Farabi berkesimpulan bahwa Tuhan adalah sebab pertama (first cause). Filosof termahsyur, seperti Aristoteles dan Thomas Aquinas menyebut sebagai penyebab tanpa penyebab, causa prima, penyebab pertama, atau bahkan penggerak pertama. Hubungan hakiki antara eksistensi dan Tuhan disebut niscaya artinya eksistensi dan Tuhan adalah dua hal yang mustahil terpisahkan yaitu wujud Tuhan pasti ada, mustahil tiada, niscaya dan senantiasa ada. Wujud Tuhan, dalam istilah filsafat, disebut Wujud Wajib (wâjib al-wujud). Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan bagi umat manusia. Anggota badan manusia pada hakekatnya adalah milik Allah yang dianugerahkan-Nya untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, bukan untuk disalah gunakan. Dari keberadaan-tuhan.

Al-quran menjawab: kesimpulan-mengingkari premis Keberadaan Tuhan.
1. Al-Dzanb: Artinya akibat, karena setiap amal-salah mempunyai akibatnya sebagai balasan, baik di dunia maupun di akhirat. Kata ini muncul 35 kali dalam Al-Qur'an.
2. Jurm: Arti harfiahnya memetik (melepaskan) buah dari pohonnya, atau berarti rendah. Kata jarimah atau jara'im berasal dari kata ini. Jurm adalah perbuatan yang melepaskan atau menjatuhkan manusia dari tujuan, proses penyempurnaan, kebenaran dan kebahagiaan. Kata ini tercantum 61 kali dalam Al-Qur'an.
3. Khathi'ah: Kebanyakan berarti dosa yang tidak disengaja. Kadang-kadang juga digunakan untuk dosa besar, seperti dalam surah Al- Baqarah ayat 81 dan surah Al-Haqqah 37. Kata ini pada mulanya berarti keadaan yang menimpa manusia setelah ia melakukan dosa. atau perasaan yang timbul akibat dosa tersebut, dan yang membuat ia terlepas dari pertolongan, dan yang menutup pintu masuk cahaya hidayah ke kalbu manusia. Kata ini disebut 22 kali dalam Al-Qur'an.
4. Munkar: Berasal dari kata inkar yang berarti tidak kenal atau ditolak, karena dosa ditolak oleh fitrah dan akal sehat. Akal dan fitrah menganggapnya asing dan jelek. Kata ini disebut sebanyak 16 kali dalam Al-Qur'an dan kebanyakan dipaparkan dalam bagian Nahy 'an almunkar.

Beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi di atas, dapat tarik sebuah korelasi (hubungan) bahwa Islam sangat menekankan tentang kebersihan, baik kebersihan jasmani maupun rohani. Di satu sisi Allah memerintahkan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan fisik, di sisi yang lain Allah juga memerintahkan untuk menjaga kesehatan mental dan jiwa (rohani). Kesehatan manusia dapat diwujudkan dalam beberapa dimensi, yaitu jasmaniah material yang disembuhkan oleh keseimbangan nutrisi, kesehatan fungsional organ yang disembuhkan oleh energi aktivitas jasmaniah, kesehatan pola sikap yang dikendalikan oleh pikiran, dan kesehatan emosi-ruhaniah yang disembuhkan oleh aspek spiritual keagamaan.

Dalam konsep umum dan realitas tentang kesehatan sesungguhnya banyak yang sejalan dengan teori sebab akibat atau karma. Status kesehatan seseorang maupun masyarakat sebagai akibat dipengaruhi oleh banyak faktor yang merupakan sebab. Sebagai contoh adalah ketika seseorang melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), maka kecenderungan ia akan dalam kondisi kesehatan yang baik. Demikian juga berlaku sebaliknya. Contoh lain adalah kejadian kecelakaan yang banyak disebabkan oleh faktor manusia, dan masih banyak lagi kejadian atau teori-teori dalam kesehatan yang intinya adalah perwujudan dari teori sebab akibat atau karma.

Secara ilmiah, penyakit (disease) dapat diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Dengan demikian penyakit itu bersifat obyektif. Sedangkan sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit dan bersifat subyektif. Fenomena subyektif ditandai dengan perasaan yang tidak enak. Konsep “Kesehatan untuk Semua” dapat diartikan sebagai kesehatan merupakan kebutuhan setiap individu, baik orang yang sakit maupun yang sehat, kesehatan juga merupakan kebutuhan manusia dari berbagai kelangan baik dilihat dari ekonomi (kaya-miskin), sosial (kalangan elit atau wong alit), geografik (desakota), psikologi perkembangan (bayi, anak, remaja, dewasa, atau manula) maupun status kesehatan (sakit/sehat), orang sakit membutuhkan penyembuhan (kuratif) dan orang sehat membutuhkan adanya promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), rehabilitatif (perbaikan), dan konservatif (pemeliharaan).

Seluruh aktivitas manusia dari bangun pagi, aktivitas, tidur, hingga bangun kembali di waktu berikutnya terkait dan berpengaruh terhadap kesehatan. Alat kerja filsafat yaitu berfikir berpengaruh jiwa. Dengan berfikir yang sehat, maka akan menumbuhkan jiwa sehat pula. Kesalahan dalam melakukan manajemen aktivitas dapat menyebabkan terganggunya kesehatan, seperti salah tidur, salah makan, salah cara membaca, salah berpakaian, salah berdandan, dan sejenisnya dapat menyebabkan terganggunya kesehatan. Berbicara mengenai penyebab penyakit dikenal adanya multi cause. Artinya bahwa satu jenis penyakit yang timbul dapat disebabkan oleh banyak faktor. Selain bahwa ada yang disebut sebagai penyebab utama atau agent tunggal untuk beberapa jenis penyakit tertentu, yang biasanya adalah penyakit-penyakit infeksius. Hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh lingkungan yang ada, termasuk daya tahan tubuh, kekebalan, suhu lingkungan dan lain-lain.

Demikian juga pada penyembuhan penyakit. Satu jenis penyakit kadang tidak cukup disembuhkan oleh satu jenis obat. Misalnya, seorang dokter kadang menggunakan teknik polifarmasi, yaitu memberikan obat lebih dari 1 jenis dengan tujuan menyembuhkan 1 jenis penyakit. Sebuah penyakit bisa ditandai dengan adanya beberapa yang tampak. Pada pemaknaan sebuah perilaku, sebuah tindakan manusia dapat memiliki makna lebih dari 1 sehingga tindakan manusia tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat relatif dan kontekstual. Untuk perilaku sosial dapat lebih bersifat relatif dan kontekstual, maka pola yang berkembang bisa berupa satu sebab melahirkan satu akibat, satu sebab melahirkan lebih dari 1 akibat, banyak penyebab, melahirkan satu akibat, banyak penyebab melahirkan banyak akibat, variasi penyakit dan teknik pengobatan, satu sebab melahirkan satu akibat.

Aplikasi atau perwujudan kausalitas tersebut, diantaranya adalah kulit yang tergores oleh senjata tajam menyebabkan luka berdarah, seseorang menderita sakit gigi kerap kali merasakan berbagai rasa sakit yang lain misalnya saja pusing, reaksi emosional yang tinggi dan tidak saat makan. Orang yang terkena hujan, perut kosong, jarang olahraga, kemudian dia menderita sakit demam. Kemudian orang yang terlalu capai dan tidak disiplin dalam akut makan bisa terkena sakit maag yang menyebabkan komplikasi penyakit tifus. Dalam “hukum alam Sebab akibat” penyakit seseorang ini di lingkungan kedokteran pun diakui tentang tidak adanya hukum kausalitas yang monoliti (satu sebab dengan satu akibat).

3. Kesimpulan:
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum, Hukum Kausalitas berbunyi, “Setiap Akibat Membutuhkan Sebab”. Hal penting dalam teori sebab akibat, mencakup diantaranya Prinsip Kausalitas, Gamblangnya Teori Kausalitas, Hakikat Kausalitas, Keidentikan Sebab dan Akibat, Hubungan Keniscayaan Sebab dan Akibat, Kebersamaan Hakiki Sebab dan Akibat, serta Hubungan Sebab Akibat Hanya Pada Wujud. Agama dan kesehatan memiliki asosiasi yang timbal balik. Mengacu pada teori sebab akibat bahwa setiap akibat ada penyebabnya, maka setiap penyakit ada penyebabnya. Demikian juga akibat berupa sehat juga ada penyebabnya, misalnya saja perilaku hidup yang bersih dan sehat. Hal yang sama pada penyakit, baik secara agama maupun non agama, kesehatan diharapkan untuk dilakukan pengobatan karena menurut agama setiap penyakit ada obatnya. Selain mengobati, hal penting lainnya adalah melakukan promosi, proteksi dan pencegahan terhadap gangguan kesehatan dan keagamaan secara parsial maupun menyeluruh.

NAH... APAKAH HARI INI ANDA BARUSAN MENCUBIT/MENJEWER ATAU MEMUKUL/MENENDANG TEMAN ANDA? ATAU MENGGUNJING, MENFITNAH SAHABAT ANDA? ATAU HABIS MENGADU DOMBA TETANGGA ANDA? ATAU MUNGKIN MENCARI-CARI KESALAHAN ORANG LAIN, MEMBENCI, MENDEBAT, MENYANGKAL, MENKRITIK, MENJELEK-JELEKAN, MENCEMOH, MENGHINA, MENJATUHKAN DLL, ATAU MELUPAKAN KEBAIKAN ORANG LAIN WALAU ITU HANYA SECUIL...?!  Jika iya... Maka Beriaplah untuk Menyambut dan Menerima Hukum Sebab Akibat dari KARMA Anda Sendiri... Entah Besok atau lusa atau beberapa hari, minggu, bulan dan Tahun yang akan datang. Itu Pasti akan kita panen, hasil dari yang sudah kita tanam. Jika bukan kita, maka anak cucu kita nantinya.

He he he . . . Edan Tenan... Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Selalu Lurr... Semoga Pelajaran ini Berguna dan Bermanfa’at Serta membuat kita mengerti:... Kususnya anak-anak didik saya... Amiin.

Ttd: Wong Edan Bagu
Pengembara Tanah Pasundan

Senin, 09 Juni 2014

Aji Mumpung: Amerangi Jaman Edan: lan Ngundhuh Wohing Penggawe:

Aji Mumpung:
ANA tetembungan "aji mumpung" lan "ngaji pupung". Tetembungan mau loro-lorone bener, bedane "aji mumpung" luwih mengenake tembung aran, yaiku ananing aji-aji sing jenenge "mumpung", dene "ngaji pupung" nengenake tembung tanduk, yaiku ngaji-aji utawa ngregani banget marang kalodhangan utawa kesempatan. Dadi surasane padha bae, ing tetembungan aji mumpung kalodhangan kang bisa aweh kauntungan iku dianggep kadidene aji-aji, dene ngaji pupung kalodhangan mau diaji-aji lan diurmati banget.

Aji iku tegese duwe pangaji kang larang utawa "sangat berharga". Diaji-aji iku tegese diumpati, dipundhi-pundhi. Aji iku asring kanggo sesebutaning ratu utawa pendhite, upamane ing tembung Kanjeng Dewaji Sang Aji Panembahan. Aji-aji iku nduweni sifat kang ampuh, sifat supranatural kang dadi sifat kandele sing duwe aji-aji mau. Aji-aji iku upamane: Aji Pancasona. Aji Condoirawa, Aji Gelap Sayuta, lan sapanunggalane.

Aji mumpung iku nduweni surasa kang negatif lan ironis, kayadene tetembungan "bandha nekad", "modal dengkul". Aji mumpung ora nduweni sifat sakral utawa supranatural senajan nduweni "nilai ekonomis". Aji mumpung utawa ngaji pupung klebu ewoning sifat utawa tumindak kang ora becik.

Kanggone wong sing ngaji pupung, mumpung utawa kesempatan perlu diaji-aji lan dimanfaatake kanggo golek kauntungan. Mumpung-mumpung iku upamane: mumpung kuwasa, mumpung lagi nglungguhi "jabatan sing basah", mumpung dipercaya nyekel dhuwit, mumpung dadi anggota DPR. Aji mumpung iku mung golek kauntungan kanggo awake dhewe, kulawarga utawa golongane, kanthi gawe rugine negara lan masyarakat. Aji mumpung iku bisa dadi sumbering korupsi sing ngrugekake wong akeh.

Mumpung iku uga duwe teges kang becik, yaiku menawa kalodhangan mau digunakake kanggo tujuwan kang becik, upamane: mumpung isih enom ngudiya kawruh kang migunani, mumpung lagi ora akeh gaweyan, resik-resika omah. Mumpung iku nuduhake amane kesadharan ngemani wektu, marang kalodhangan kang yen wis kliwat ora bakal bali maneh. Manungsa kudu metung wektu supaya ora dioyak-oyak wektu, supaya ora keri karo playuning wektu. Wong sing ngaji pupung iku duwe kesdharan manawa kalodangan mau ora dimanfaatake, yen wis kliwat ora bakal bali maneh. Mula kalodhangan mau kudu dimanfaatake kanggo golek kauntungan sing akeh.

Kedereng kekarepan lan kamurkan numpuk banda, banjur akeh pranatan utawa wewaler kang diterak. Wusanane, yen wis kebak sundukane, bisa kadenangan lan dadi prakara ing pengadilan. Saliyane mlebu tahanan, yen wis divonis hakim kudu mlebu lembaga pemasyarakan, malah isih kudu mbalekake dhuwit sing wis dikorupsi.

Wong sing ngaji pupung iku kaya-kaya wis ilang rasa kamanungsane. Wong mau ora nduwe welas marang sapadha-padha kang uripe luwih rekasa. Jiwane kebak angkara murka, mentingake dhiri pribadi lan ora ngrewes kasangsaraning liyan. Korupsi lan aji mumpung kang wis ngambra-ambra iku gawe saya sangsarane rakyat. Ya sifat aji mumpung mau sing nyebabake Indonesia ora bisa enggal dadi negara sing maju.

Aji mumpung iku tansah gandheng kunca karo korupsi, kolusi, lan nepotisme (KKN). Muga-muga niate pamarentah ngadani peprentahan kang resik lan mbrasta korupsi ora mung mandheg ana ing rembug (wacana), nanging nyata-nyata dileksanani, saengga sing jenege aji mumpung iku dudu aji-aji maneh. ... He he he . . . Edan Tenan. Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Selalu Lurr... Semoga Bermanfa’at. Amiin
Ttd: Wong Edan Bagu
Pengembara Tanah Pasundan




Amerangi Jaman Edan:
PRAHARA dateng gilir-gumantos. Senajan kathah ingkang nyebataken punika prahara alam, nanging sakjatosipun ugi amargi sembrananing manungsa. Amargi srakahing para punggawa. Amargi kita sadaya sami kesupen dateng kawruh "Sangkan paraning dumadi", ngengingi asal lan tujuanipun sadaya makhluk gesang. Kula lajeng kengetan geguritanipun Gojek Joko Santoso: Singapur gerimis/ Malaysia jawah deres/ Saudi Arabia hawa benter/ Alaska hawa asrep / Indonesia...hawa nepsu.//

Nepsu pados jabatan, pados kuwaos, pados donyabrana, pados sembarang kalir kanthi patrap ingkang tebih saking kasantunan. Sakraup kemawon sampun cekap kok sakranjang rumaos taksih kirang. Supe kaliyan wejanganipun para sepuh: Tiji tibeh, pejah setunggal pejah sedaya. Mukti setunggal mukti sedaya.

Miturut para ahli, senajan jawah nggrejih pinten-pinten dinten, manawi alas boten dipun babat, manawi lepen boten dipun serbu griya, manawi selokan boten dipun sumpel runtah lan plastik, manawi kuburan boten dipun sulap dados kantor, manawi tambak boten dipun urug dados pabrik...boten bakal wonten kedadosan prahara banjir bandang kados ingkang dipun alami kitha Jakarta ing awal Tahun Babi 2007 punika.

Manungsa, khususipun para pangageng jaman sakpunika, sajak sampun boten gadhah sesambutan batin kaliyan alam lingkungan lan Gusti, ingkang sampun paring panggesangan lan karaharjan.

Jaman punika saged dipun wastani jaman gemblung, jaman edan, kadosdene tembang Pucung pethikan Serat Centhini:

Nawung kridha kang menangi jaman gemblung/ Hiya jaman edan/ Ewuh aya ing pambudi/ Yen melu edan yekti nora tahan/ Yen tan melu anglakoni wus tartamtu/ Boya kedumanan/ Melik kaling donya iki/ Satemahan kaliren temahanira.//

Miturut Jangka Jayabaya, pitedhah ingkang kedhah dipun ugemi inggih punika kalimat pungkasanipun: Sakbeja-nejane sing lali, esih beja sing eling lawan waspada.

Eling;
Sumangga sami eling dateng pandam, pandom lan panduming dumadi. Pandam punika tegesipun cahya ingkang sumunar. Pandom ateges arah, tujuan gesangipun manungsa. Panduming dumadi ateges keselarasan takeran sebab-akibat saking Gusti ingkang Maha Kuwaos (Damardjati Supadjar: Filsafat Ketuhanan, 2000).

Mangga sami dipun anggit lan raosaken Macapatan saking Ki Hadi Suranto ingkang kapacak Kalawarti Basa Jawi Damarjati edisi paling enggal 28 Februari 2007:

"Cegah dhahar lawan nendra/ Hardeng nepsu den kirangi/ Pra Bramana lan Narendra/ Lan sanggya kawula dasih/ Kramas jamas sesuci/ Angruwat malaning kalbu/ Mrih raharjaning praja/ Kinayoman ing Hyang Widhi/ Ya mangkono kang kaweca jroning Wedha.//"

Manawi kahanan ingkang boten sakeca akibat prahara punika boten enggal dipun ewahi dening kita sadaya, menungsa ingkang dipun wastani menus-menus ora rumangsa, donya punika lajeng saged dados neraka. Kadosdene ingkang dipun ngendikakaken Ki Endraswara saking Ngayogyakarta Hadiningrat:

"Wong cilik bakal padha mendelik, wong tani rumangsa ditaleni, wong dora malah ura-ura, wong bener thenger-thenger, wong salah bungah-bungah."

Jayabaya nyebataken ngengingi Jaman Tri-Kali. Sepindah, Jaman Kali Swara: sakderengipun taun 700. Kaping Kalih, Jaman Kali Yoga: taun 701 dumugi 1400. Kaping Tiga, Jaman Kali Sengara: taun 1401 dumugi 2000. Khusus Jaman Kali Sengara dipun perang dados 5 perangan inggih punika:

Kala Jangga: taun 1401-1500
Kala Sakti: taun 1501-1600
Kala Jaya: taun 1601-1700
Kala Bendu: taun 1701-1800
Kala Suba: taun 1801-1900
Kala Sumbaga: taun 1901-2000

Wondene abad millennium utawi abad 21 dipun sebataken ngangge sebatan Kala Surata: taun 2001-2100, kanthi ancer-ancer Darmana (omber manahipun); Watara (ngatos-atos) lan Isaka (pangeran). Manawi boten dipun gatekaken, boten namung prahara alam ingkang tambah ngedab-edabi, ugi prahara kabudayaan lan peradaban ingkang badhe nambah risaking gesang kita sadaya lan anak putu.

Tandha;
Tandha-tandhanipun sampun kathah: "Kali ilang kedhunge; Pasar ilang kumandhange; Wong wedok ilang wirange; Wong lanang ilang kaprawirane". Jangka Jayabaya nyebataken "Akeh tesmak bathok, mlorok ora ketok; akeh wong wadon rebutan guru laki; akeh bayi lahir bingung nggoleki bapake; akeh wong mati mung merga dicokot lemut".

Kangge ngowahi kahanan supados boten katerak cakra manggilinanipun Jaman Gemblung, kita sadaya kedhah saiyeg saekapraya "Amerangi Jaman Edan".

Sepindah, kanthi prinsip Tata-Titi-Tentrem.
Tata, ateges wonten rencana kangge ngatur samudayanipun.
Titi, ateges kedhah ngawasi kanthi ngatos atos lan teliti, sampun ngantos wonten ingkang ketriwal.
Tentrem, ateges ayem, aman, tenang, ngremenaken manah.

Kaping kalih, kedhah sakmadya ing sabarang kalir, boten kenging srakah, ngaya, lan ngayawara.

Kaping tiga, tepa slira, boten namung ngutamakaken akal (otak) nanging ugi raos (batos), ngengeti bilih dipun jiwit punika kraos sakit inggih sampun ngantos remen njiwit tiyang sanes.

Kaping sekawan, empan papan, inggih punika keluwesan dipun selarasaken dateng kawontenan, wonten subasita lan tata kramanipun.

Kaping gangsal, bener lan pener, ateges boten waton gondhelan dateng aturan nanging ugi wewates, adat, tatacara ingkang taksih dipun ugemi masyarakat.

Kaping nem, rukun lan urmat, kadosdene pitedah tiyang sepuh: "Crah agawe bubrah, rukun agawe santosa", utawi "Ajining diri suka lathi, ajining raga saka busana, ajining awak saka tumindak."

Kaping pitu, luwes lan toleran, kados dene petatah-petitih "Ngono yo ngono ning mbok aja ngono", utawi "Aja dumeh, aja mitenah, aja sewiyah, aja waonah, aja srei-drengki-jail-methakil, aja aji mumpung, aja adigang-adigung-adiguna".

Kula pitados bilih kajawi saking ajawan Jawi werni pitu ing nginggil punika taksih kathah ajaran sanesipun ingkang boten kalah mentesipun. Nanging kula ugi pitados manawi ajaran ingkang pitu punika dipun laksanakaken ing sakdinten-dintenipun, Insya Allah Gusti Ingkang Mahawelas lan Asih boten bakal badhe nambah kasengsaran kita kanthi prahara-prahara saklajengipun. Mugi-mugi kita sadaya saged damel langit mlengkung dados kubah mesjid, gereja, klenteng, vihara, ingkang aromanipun swarga. Amin. ... He he he . . . Edan Tenan. Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Selalu Lurr... Semoga Bermanfa’at. Amiin
Ttd: Wong Edan Bagu
Pengembara Tanah Pasundan




Ngundhuh Wohing Penggawe:
ANA tetembungan sing unine "Sapa sing nandur bakal ngundhuh". Unen-unen iku ana sambung-rapete karo "Ngundhuh wohing penggawe" utawa "ngundhuh wohing pakarti". Lire, kahanan sing disandhang saiki ora uwal saka penggawe utawa pakarti sing wis ditindakake. Kahananing urip, bungah susah, begja cilaka, sugih mlarat, kabeh mau keh-sithike mujudake wohing pakartine dhewe.

Apa kabeh sing nandur iku mesthi ngundhuh? Lha nek tandurane ora thukul, sawahe puso, apa sing bakal diundhuh? Yen sing ditandur penggawe sing ora becik adate bakal ana wohe; yen sing ditandur iku kabecikan durung mesthi wohe bakal dirasakake. Sing ngundhuh ora mesthi sing nandur, tarkadhang sedulur utawa anak putune. Tumindak becik utawa nandur kabecikan kuwi apike kawawas minangka kewajiban, dadi ora perlu diarep-arep pituwase.

Pakarti kang ora becik iku mesthi ana undhuh-undhuhane. Mula manungsa iku kudu bisa mawas dhiri, pakarti apa bae sing wis katindakake sing undhuh-undhuhane bisa gawe ora kepenaking uripe. Kanthi mangkono manungsa ora bakal gampang nyalahake wong liya, nyalahake nasib, nyalahake takdir, sing ateges uga nyalahake Sing Gawe Urip.

"Sing sapa salah seleh", tegese sapa sing tumindak culika iku bakal nemu kasangsaran. Manungsa iku percaya menawa Gusti Allah iku Mahaadil. Manungsa percaya menawa ana hukum sing luwih adil ing sandhuwuring hukum negara utawa masyarakat. Saben negara duwe pranatan utawa hukum dhewe-dhewe. Hukum gaweyane manungsa iku tarkadhang kurang adil, luwih-luwih cak-cakane. Pidana kang kapatrapake tarkadhang sok ora samurwat karo kaculikane. Sogok-sogokan utawa suap-menyuap wis kaprah ing proses pengadilan. Sing diarani "mafia peradilan" iku dudu mitos utawa critra kang ngawayara.

Hukum sing luwih adil yaiku hukum alam, hukum karma, hukum gaweyane Sing Mahaadil. Senajan manungsa bisa ngendhani pamidanane hukum negara, manungsa ora bisa uwal karo Mahahukum gaweyane Sing Akarya Jagat. Asring ditembungake menawa "Gusti Allah iku ora sare", lire sakabehing tumindak ala lan becik iku tansah kapirsan. Ananing Gusti Allah iku uga "Maha Pengampun". Sakabehing dosa iku yen wis disadhari, diakoni, lan sabanjure wong mau mertobat, mesthi bae bakal pinaringan pangapura.

Tetembungan "Ngundhuh wohing penggawe" iku bisa diarani "kearifan lokal" utawa kawaskithaning masyarakat Jawa anggone merdeni lan mahami urip lan panguripane. Dadi, sumbering undhuh-undhuhan iku dumunung ana pakartine dhewe, mula manungsa kudu tansah ngati-ati nalika tumindak utawa makarti.

Apa sakabehing panandhang iku asale mesthi saka pakartine dhewe? Apa lindhu gedhe, tsunami, lendhut panas sing nuwuhake panandhang tumrap sebageyan masyarakat Indonesia uga mujudake wohing pakarti? Dosa utawa pakarti ora becik apa sing nuwuhake panandhang mau? Nalika pemerintah ngundhakake rega bahan bakar minyak (BBM) sing tambah gawe rekasane rakyat, yen petani rugi marga pamarentah ngimpor beras, iku apa ya rakyat cilik utawa petani sing dosa?

Pakarti iku ana sing sifate "makro" ana sing sifate "mikro", ana sing sifate kolektif, ana sing sifate pribadi. Pakarti ora becik utawa dosa iku ana sing arupa dosane wong akeh, dosane negara, dosa turun-temurun, lan dosa pribadi. Dosa sing kaya ngono mau tarkadhang sing ora melu-melu ya katut ngundhuh; dadi, ora pilih-pilih, sapa bae ngundhuh wohe. Ananing proses mau durung rampung, sifate isih sementara. Sabanjure mbokmenawa ya mung sing makarti sing ngundhuh wohe.

Sakabehing tumindak iku kudu dipetung utawa dilimbang-limbang kanthi premati, awit kabeh mau sing bakal ngundhuh ora liya ya awake dhewe. ... He he he . . . Edan Tenan. Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Selalu Lurr... Semoga Bermanfa’at. Amiin
Ttd: Wong Edan Bagu
Pengembara Tanah Pasundan


Gedhe Rumangsa:

IKI dudu wecaning surasane Ranggawarsita. Iki mung unine ramalan Buku Kerangka Dasar Visi 2030, sing wis dibyawarakake ing Istana Negara dening Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) piyambak. Diumumake, 2030 mengko, Indonesia bakal dadi negara sugih lan makmur. Pendhak taun, saben sirah pengasilane 18.000 dolar AS. Lan 200 perusahaan ing Indonesia bakal kagolongake ing urutaning 500 perusahaan sing klebu paling gedhe lan sukses ing jagad internasional.

Ndhak iya? Mengkono panarimane wong-wong, nalika mireng kabar kabungahan mau. Lire, akeh wong kang mangu-mangu, kepara padha gumuyu mergo nganggep kabar iku mung wewatonan sing lucu. Pancen, mbarengi wara-wara mau, Presiden SBY paring sesorah, "Bangsa sing arep maju, kudu ndarbeni impen sing gedhe." Bener, ngimpi ya ngimpi, ning apa dudu jeneng keladhuk kurang duga yen aku wani ngimpi, menawa 2030 negaraku bakal nglungguhi urutan nomer lima, ing mburine negara China, USA, lan India, sing saiki sugihe wis nyata-nyata saya mbrewa, tan bisa tinandhingake karo negaraku, sing isih sarwa cingkrang lan miskin. Apa impen mau wis adedhasar kanyatan, apa mung mrenthul merga saka aku sing kegedhen rumangsan?

Wiwit mbiyen, para sesepuh Jawi iki tansah paring piweling, muga-muga anak putune ingedohake saka cacading manungsa sing diarani gedhe rumangsa. Aja dhemen gedhe rumangsa. Merga rumangsa sing kegedhen ora bakal klebu ing apa wae. Rumangsa sing kegedhen iku dadi sarwa sesak. Dilebokake nalaring liyan, sesak, mula banjur tinulak. Dilebokake atining liyan, ya sesak, mula mbanjur digeguyu. Kosok baline, aja nganti rumangsane awake dhewe iki banjur dadi keciliken. Mergo yen keciliken ya dadi sarwa logro. Lire, pijer mbrojol meta-metu, ora klebu. Manungsa dadi cilik aten, clingas-clingus, kaya bocah sing ilang wanine lan sirna anteping tekade.

Mula, ngelmu Jawi ngelingake, apa sing kebangetan kuwi mesthi ora trep kanggo panguripan. Tegese, aja nganti aku ginodha dening rasa arep mbanget-mbangetake. Dadi mbangetake anggonku gedhe iku kliru, nanging mbangetake anggonku cilik iku uga ora bener. Kebangetan anggone gedhe malah mung murugake sesak. Ning kebangetan anggonku cilik ya murugake aku logro. Sesak, ora bisa mlebu. Logro, ya mung meta-metu.

Amrih bisaa ingedohake saka rasa arep mbanget-mbangetake, aku kudu eling wewarah sing kerep kepireng iki: Ngono ya ngono, ning aja ngono! Saka reroncening tembung, wewarah iku pancen mung prasaja. Nanging wewarah mau sejatine ngemot surasa sing jero. Lire, wewarah mau ngandarake bab dunungne kasampurnan. Kasampurnan mau dununge ora ana ing kiwa utawa tengen, gedhe utawa cilik, sugih utawa miskin, mulia utawa nista, bener utawa luput, ning ana ing tengah-tengahing kiwa lan tengen, gedhe lan cilik, sugih lan miskin, mulia lan nista, sarta bener lan luput. Kebangetan anggonku rumangsa gedhe, sugih, mulia lan bener, iku bakal njlomprongake aku ing rasa sumengah sesongaran. Tundhone, aku ya mung bakal rubuh. Kosok baline, kebangetan anggonku rumangsa cilik, miskin, nista lan luput, iku ya mung murugake aku dadi pinidhak-pidhak tanpa aji, pribasane, luwih aji cacing tinimbang dhiri pribadiku.

Mula aku kudu tansah ngupadi dalan tengah. Tegese aku prelu tansah ndunungake awakku, amrih aku ora kegawa mrana-mrena, kintir ing kana-kene, nganti aku ora dhong babar pisan marang awakku dhewe. Sejatine, dalan tengah, lan dunungake dhiri amrih aku dhewe sing dadi pancer lan punjering uripku, yaiku mau sing dadi wosing wewarah para lelehur Jawi: Ngono ya ngono, ning aja ngono. Wewarah mau prelu dak ugemi, supaya aku ora rumangsa sugih-sugiha dhewe, bener-benera dhewe, lan kajen-kajena dhewe. Aja kebangetan anggonmu mbanget-mbangetake dhirimu, yaiku sari patine wewarah Ngono ya ngono, ning aja ngono!

Gegandhengan karo rembug ing dhuwur, saiki aku pancen duwe impen sing banget dhuwure mungguhing Indonesia taun 2030. Ning tumrape wong cilik, impen mau rasane mung ngaya wara, penggayuh sing kegedhen rumangsa. Penggayuh mau ora bakal lumebu ing nalar lan atine wong cilik. Piye wong cilik bis precaya, wong dheweke tansah nyekseni, saben dina negara iki meh ludhes diorot-orot dening korupsine wong-wong gedhe lan sugih. Piye arep wani ngimpi urip mbrewa lan makmur, wong saiki beras terus larang regane. Mula tumrape wong cilik, sing bener dudu janjine Indonesia Visi 2030, ning kanyatan kang wineca ing surasane Ranggawarsita iki: Jamane jaman edan, wong cilik ora tau keduman. Lire, katilik saka surasane Ranggawarsita, Visi 2030 mung wecan sing nyenyamah marang nasib lan ksangsarane wong cilik. ... He he he . . . Edan Tenan. Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Selalu Lurr... Semoga Bermanfa’at. Amiin
Ttd: Wong Edan Bagu
Pengembara Tanah Pasundan


Setan lan Jim Ora Kudu "Disumpahi"

WIS kawedhar ana ing Kitab Alquran panutane para ngulama lan santri, yen sejatine setan, jim, belis, lan sapanunggalane padha wae kaya-dene jalma manungsa, uga kalebu makhluke Gusti Allah. Malahan bangsa lelembut kang kasebat iki kalebu makhluke Gusti Allah kang patuh, taat maring printahe Gusti.

Ing babagan syariat, manungsa (khususe kang ngrasuk agami Islam) nduweni kewajiban sholat lan ngibadah fardlu liyane. Nanging ing pranyata, (ora kudu dadak mungkir) yen manungsa isih padha dhemen goroh lan ngapusi, malah kadhang-kadhang ora idhep isin -kamongko goroh lan ngapusi kuwi kanggone manungsa ora kalebu printahe Gusti, lan duweni rasa isin ateges ngamalake sunahe Kanjeng Nabi. Kosok wangsule, setan dhemen ngapusi, ndableg, asring mbujuki manungsa, sebab pancen wis pinesthen yen wiwit lair tumekane jaman akhir panggaweane setan ming kaya mangkene- nggodhani manungsa urip, jer nyendikani dhawuhe Gusti.

***
BIYEN dhek nalika taksih dadi santri cicik, nate kawulangake dening rama kiyai, saben kawiwitan ngaji Alquran kudu maca ngaudhu billahi minas syaithon nirrojim (ingsun nyuwun pangayoman dhateng Gusti Allah saking sedaya godhaning setan binendhu) - ing klimah iki ngemu teges, saben-saben arep tumandang samubarang gawe kudu tansah eling dhateng Gusti Allah supaya ora kagodha marang setan, jim, lan sapanunggalane. Jalaran wis pinesthen yen setan lan jim kuwi dadi panggodhaning manungsa urip. Awit jaman Kanjeng Nabi Adam dheweke pancen wis dibendhu Gusti Allah kaya mangkene- ngugerake yen awit dhek nalika para makhluk saindhenging jagad diprintahake nyembah (diwaca: hormat dhateng Kanjeng Nabi Adam, dheweke ora gelem dhewe, rumangsa luwih kondhang ketimbang drajating manungsa kok dienthengake, mulane kabacut isin banjur dheweke dhemen gawe rubeda ngriwuki anak putune Adam.

Kanggo wiwitan samubarang gawe, ana sawijining paham kang ngutamakake maca Bissmillah saturute wae, kaya piwulange Bung Karno mring samitrane, ora ngepenke kudu maca ta'awudz kaya diterangake nang dhuwur mau. Lire, ora mungkiri anggone bisa kekancan karo sabangsane lelembut supaya ora dadak congkrah, lan sajak nguatirake yen wacan ta'awudz bisa kaanggep "nyumpahi"; Kajaba kuwi, bangsa lelembut mau diarepake banjur satuhu yen tunggal kanca ora kena nggodha, tunggal guru ora kena ngganggu (bisa katambahan maneh kaya dene unen-unen tukang sulap aning obralan bakul jamu: tunggal kawruh ora kena gawe kisruh). Bab percaya lan orane, gumantung iman kita datan kasunyatan gaib.

Bab wacan ta'awudz -ngaudhu billahi minas syaithon nirrojim, perlune diwaca sabisa-bisane nganggo laras, ora kudu dimaknani nganggo penekanan intonasi kaya ing lomba puitisasi sari tilawah, ora kudu nganggo panyandra "kutukan" kang waton dianggep "nggilani". Sebab, samono uga makhluke Gusti Allah, mesthine yen setan lan jim rumangsa "disumpahi", mangka sejatine dheweke bakal tambah temen olehe nindakake dhawuhe Gusti, tambah temen-temen anggone nggodha manungsa, mratandhakake yen dheweke tansah rumangsa ta'at. Apa ora dadi tambah celelekan kaya "Kalagondang" nang sinetron "Misteri Gunung Merapi".

Pratelane, kanggo nglestareake kerukunan ing babagan urip bebrayan, ora ngemungke kudu ngayati sila "Peri-kemanusiaan", ananging uga perlu ngayati "Peri-kemakhlukan" - mrih harmonis tumeraping sakabehane isen-isen ngalam-donya - saantarane manungsa, wit-witan, sapi, wedhus, babi, setan, jim, belis, dhemit, lan sapanunggalane, padha bisa nyatuhoni yen kabeh mau saderma makhluk.

***
KAYA dene jalma manungsa ngupadi rejeki, setan lan jim anggone nindakake kewajiban nduweni segmen layanan dhewe-dhewe. Setan sing rada bodho tugase nggodha manungsa sing ora pati pinter. Wong pinter, gandhokane jim putih ireng sing luwih dene pinter, mulane wong (kang ngepasi 'kasinungan') kuwi banjur bisa dadi keblinger.

Minujoni tirakatan, mumpung sasine Sura, wulan Karomah, manawa oleh kanugrahan bisa manggih bangsa lelembut, Ian lelembut mau duwe panjaluk asih-asihan iwak kebo saupamane amarga saguh dadi lantaran kanggo ngegolake urusan proyek (mangka durung mesti kadadean sabenere), mula yen arep nyoba didurusi, durusana nganggo samaran jantung gedhang sing disungoni lombok cengek - disatuhoake sebage endhas kebo, nadyan mung diapusi nganggo dolanan dheweke wis seneng, amarga dheweke ya senenge ngapusi, Ian nyatane setan pancen temenan ora doyan mangan iwak kebo. Sekirane pengurbanan kebo

pancen dadi nadzar, supaya kang duweni khajat ora dadi musyrik, luwih becik kebo kang dimaksud mau diperloake kanggo shodaqoh tumuju fakir miskin. Ewa dene bab urusan proyek utawa usaha-usaha liyane bisa sukses, kabeh kuwi saka kersane Gusti Allah.

Kajaba duwe kesenengan nggodha manungsa, bangsa lelembut uga seneng ndhisiki-kersa. Ora marga pinter nalare, nanging pancen dheweke oleh kanugrahan bisa Ian diparengake ngintip saka langit rahasia kagungane Gusti Allah, banjur rahasia iki dibisik-bisikake marang atine manungsa kang dhemen migateake ulahe dheweke. Lire, keahlian iki dadi srana murih gampang anggone dheweke nindakake printahe Gusti: gawe bingunge anak putu Adam - malah bisa-bisa dheweke banjur mbablas nyumpahi manungsa: edan kabeh ya wis ben.

Sumrambahe bangsa lelembut anggone nggodha manungsa ora luput tumuju marang sapa wae. Uga bisa tumuju ing antarane ngulama misuwur kayata Kiageng Gus Dur samisale. Katitik, yen para kiageng jarene bisa nyasmitani isyaroh ghoib. Malah-malah merga banget rakete anggone tanggap sasmita babagan "dunia lain", mulane ana sawetara panganggep yen para kiageng linuwih mau biasane banjur duweni tabi'at aneh. (Yen plantarane santri cilik mono kena diarani nyleneh, nyelelek!)

Ing antarane jim lan manungsa, sapa sabenere sing luwih nyelelek? Lan sapa sejatine kang luwih mituhu dhateng printahe Gusti Allah? - Naudhu billahi min dhalik. ... He he he . . . Edan Tenan. Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Selalu Lurr... Semoga Bermanfa’at. Amiin
Ttd: Wong Edan Bagu
Pengembara Tanah Pasundan


Owah dengan Mobah-Mosik agar Semua Lebih Nggenah:

BERUBAHLAH, sebab dalam kefanaan, tiada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Tapi berubah itu tidak sekadar owah dan bikin gara-gara, tidak sebatas ngeli ning ora keli atau nut ing jaman kelakone belaka. Namun idealnya lebih sebagai upaya untuk ndandani kahanan dan secara aktif memayu hayuning bawana.

Di antara Serat Angger-anggeran Jawi yang merupakan pranatan sekaligus pepacuh pada zaman Mataram pasca-Kartasura, sebagaimana dihimpun oleh Roorda, Angger Arubiru boleh dibilang sebagai yang tertua. Angger-angger ini dikodifikasi sesudah Perjanjian Giyanti pada masa pemerintahan Paku Buwana III di Surakarta yang sezaman dengan Sultan Hamengku Buwana I di Ngayogyakarta.

Barulah setelah itu lahir Angger Sadasa dan Angger Ageng pada masa Paku Buwana V dan Hamengku Buwana IV, Nawala Pradata Dalem bertahun 1831 pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwana V ketika di Yogyakarta bertakhta Sultan Hamengku Buwana V, serta Angger Gunung (1840) era Paku Buwana VII atau Hamengku Buwana VI.

Peraturan-peraturan itu merupakan peraturan hukum adat material perdata maupun pidana beserta hukum formalnya yang berlaku di Negarigung tersebut. Namun lebih dari itu, memperbandingkan angger-angger itu akan tampaklah bahwa pada masa lalu saja hukum telah memperlihatkan parasnya yang dinamis, berkesinambungan, dan merupakan suatu sistem. Yang dulu ada hubungannya dengan yang sekarang, dan yang kini ada pertautannya dengan yang menjelang.

Secara khusus dalam hubungannya dengan perubahan, persoalannya ternyata tidaklah sesederhana itu. Proses dan pergulatan di balik itu tentu tidak kalah kompleksnya dibandingkan dengan, misalnya, praktik dari hasil perubahan demi perubahan serta sistem yang kemudian terbangun darinya. Sebab, perubahan itu pada hakikatnya tidak hanya pada tataran fisikal (mobah), tapi juga nonfisik (mosik). Bukankah lair iku utusane batin, bukankah mobahing awak serta mobahing apa saja yang kasat mata, sesungguhnya adalah pantulan dari osiking nala.

Tidak hanya berhenti di situ, mosiking nala tidaklah sendiri, sebab di sana ada trisakti cipta, rasa, dan karsa. Kebulatan ketiga-tiganya akan membuat osiking nala yang kemudian terejawantah lewat mobah-mosiking kahanan yang lebih terarah.

Sebaliknya bagi mereka yang kesrakat, hidup dalam papa cintraka, tentulah setiap tanda-tanda perubahan adalah terbitnya harapan akan hadirnya keadaan menjadi lebih apik. Tak mengherankan jika kemudian narasi-narasi semacam ratu adil, imam mahdi, dan juru selamat senantiasa mendapat tempat bagi golongan seperti ini, meskipun tak jarang mentalitas status quo justru merasuk lebih dalam dan menghegemonik komunitas ini.

Di sisi lain, musykil rasanya untuk dapat ndandani agar lebih nggenah tanpa mau mobah. Bahkan untuk mamah saja perlu (m)obah. Demikian pula ngeli, ketika tidak punya kesanggupan untuk melawan arus, sementara kekuatan untuk keli jauh lebih dahsyat. Juga sekalipun menganggap kehidupan ini (idealnya) serbaharmoni dan konstan, paham yang menganggap kehidupan bergerak bak cakra manggilingan telah menempatkan perubahan, meski terbilang masih serbaterbatas.

Yang Menolak Owah;
Sekalipun begitu, bukan berarti tiada potensi, baik bawaan maupun "hasil rekayasa", yang cenderung menolak terhadap owah-owahan. Mereka yang merasa sudah mukti wibawa, sudah bisa enak kapienak dengan ngedhangkrang sila tumpang apalagi dapat lenggah anggana raras, tentu akan menatap perubahan sebagai ancaman.

Itu belum termasuk mereka yang kelewat mengagung-agungkan terhadap masa lalu dan menganggapnya sebagai capaian puncak. Karena itu, yang ada dan dianggap yang perlu dilakukan adalah sekadar nglestantunaken, nguri-nguri. Kata-kata semacam ngurip-uripi dan ngrembakakake, apalagi ngowahi, nyaris tidak mendapatkan tempat. Generesi berikut hanya berhak untuk mengelap-lap sekaligus apa-apa dari masa silam. Setiap upaya untuk mengubahnya akan dianggap sebagai ancaman dan penistaan terhadap sejarah. Sementara yang tua giat membangun aneka jerat untuk menegakkan paradigma nostalgia ala meraka.

Tak berlebihan kata-kata Carlson (1965) bahwa orang itu pada dasarnya lebih suka status quo ketimbang perubahan. Makanya ia kemudian merasa perlu menawarkan strategi untuk mempercepat adopsi terhadap inovasi.

Berdasarkan teori ini, suatu inovasi akan diadopsi atau tidak masih ditentukan oleh karakteristik program yang akan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang seharusnya mengadopsinya. Menurut pendapat Carlson, keberhasilan inovasi akan ditentukan oleh lima karakteristik program yang diinovasikan, yaitu relative advantage, compatibility, complexity, divisibility, dan communicability.

Karena itu demi terjadi owah-owahan, segala daya upaya mesti dilakukan. Tidak bisa pasif, tidak bisa tenguk-tenguk nemu kethuk, melainkan harus secara aktif selalu mobah-mosik, tentu dengan spirit untuk turut memasuh malaning bumi.

Akhirnya, dalam konteks perubahan, tetaplah relevan kata-kata yang yang menjadi klise: hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin. Jika masih sama dengan kemarin, itu artinya kemunduran. Apalagi jika lebih buruk daripada kemarin, itu sama saja dengan kiamat.

Jadi, kenapa ragu untuk mobah-mosik demi owah agar segala sesuatunya lebih nggenah, atau minimal di sana bisa terbit pengharapan akan arah yang lebih pernah. ... He he he . . . Edan Tenan. Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Selalu Lurr... Semoga Bermanfa’at. Amiin
Ttd: Wong Edan Bagu
Pengembara Tanah Pasundan


Budi Pekerti, Pengangen-angen, lan Kasunyatan:

BUDI pekerti saiki mulai dadi wacana ing masyarakat, akeh kang padha beda pangerten anggone nanggepi masalah budi pekerti, tapi iku mau dadi becike amarga saiki perkara budi pekerti wis mulai dadi kebutuhan urip masyarakat kudu diajarake marang putra-putrane supaya besuke gedhene dadi uwong kang bisa ngajeni marang wong tuwane lan masyarakat sekitare.

Saiki angger ana bocah nakal, bocah sekolah padha gelut, tumindak kriminal, lan sapanunggalane, menawa ana kedadeyan sing kaya iki trus sing dituding jare sekolah sing anggone nggulawenthah ora becus dadine bocah iku padha nakal, padahal tanggung jawab babagan pendidikan iku tanggung jawabe wong tuwa, sekolah, lan masyarakat.

Budi pekerti iki babagan kang kudu dicerna nganti permati amarga kapan maneh, menawa ora saiki mulai dipikirake babagan kasebut, budi pekerti iku hubungan langsung karo babagan tumindak, solah bawa, pangucapan. Pendidikan budi pekerti mbutuhake keteladanan kanthi tumindak kang becik, tumprap sapa bae kang arep menehi pendidikan budi pekerti. Budi pekerti seliyane kanthi cara menehi keteladanan uga kebiasaane urip sedina-dinane kanthi urip nganggo perilaku sing apik kanthi cara latihan sing makaping-kaping.

Miturut buku Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur (Balai Pustaka, 1997), ana 56 sikap budi pekerti luhur, yaiku antarane kerja keras, wani mikul resiko, disiplin, keimanan, atine lembut, akeh inisiatif, pikirane jembar lan maju, sederhana, semangat, duweni sikap konstruktif, duweni rasa syukur, tanggung jawab, tenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, duweni kemauan keras, kreatif, kukuh hati, lan sapanunggalane, iki kabeh sing dadi intine pendidikan budi pekerti. Budi pekerti ora bisa langsung tertanam ana ati trus dileksanakake tumprap panguripan sedina-sedinane, tapi bertahap dilakoni kanthi latihan, dibiasakake kanthi solah bawa, tutur pangucapan, lan polatan kang ngandhung nilai-nilai budi pekerti.

Pendidikan;
Salah sijine cara kanggo nanam budi pekerti yaiku melalui pendidikan neng sekolah, pendidikan budi pekerti iki bisa didadekake mata pelajaran dhewe utawa diintegrasikan mlebu menyang materi pelajaran, kari kepiye pelaksanaane, yen diintegrasikan gurune bisa gabungake nilai-nilai budi pekerti disisipake ana materi pelajaran, yen dadi pelajaran dhewe kudu ana gurune dhewe sing mulang masalah budi pekerti, loro-lorone padha apike. Sing penting, kanthi niyat sing becik kanggo nyiapake generasi sing arep teka sing meliki budi pekerti kang luhur.

Saiki penanaman budi pekerti ing sekolah bisa nganthi cara kegiatan permainan/dolanan, tembang, tari, diskusi sing isine penjabarane babagan budi pekerti trus saben dinane sekolah kudu gatekake marang perkembangan pelaksanaan pendidikan iku marang siswa-siswine dadine saben perubahan tingkah polahe bisa ditlusur nganti premati supayane kasil, perubahan iki ora bisa diukur nganti nilai sing awujud angka-angka, tapi nitikberatake marang conto-conto jelas lan becik. Guru sing dadi sentral kudu bisa dadi tauladhan kanggo siswa-siswine, pancen ya bisa digalih yen guru iku sosok sing kudu digugu lan ditiru, nganti paribasan iku sakjane berat banget bebane guru. Sentral guru kudu bisa digugu lan ditiru, awit aneng sekolah lan luar sekolah supayane bisa dadi conto, kanthi adhedhasar keyakinan, tumindak sing bener lan pener anggone mbimbing siswane, sebagai pendidik sing dadi personifikasi nilai-nilai kabecikan sing arep ditanemake, kanthi nyuplik ajarane Ki Hajar Dewantara yaiku ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, sing didadekake dasar anggone menanamkan budi pekerti marang siswa-siswinye. Yaiku yen ning ngarep kudu dadi tuladha kanthi tindak-tanduk kang luhur, sopan santun tepa selira, lan menghargai wong liyan, tumindak iku sing didadekake conto, yen ing tengah kudu maringi pitutur atau petunjuk, supayane siswa-siswine bisa nindakake apa kang dadi piwulang babagan budi pekerti luhur iku, yen ing buri kudu dorong atau motivasi supayane pada gumregah anindakake tindak-tanduk berbudi luhur sesuai karo ajarane piwulang babagan budi pekerti mau. Ananging saja disalahaken angger nganti ana bocah/siswa/siswi sing jur nakal, sebab kenakalan utawa sethithike budi pekerti sing tertanam iku disebabake maring perkara sing werna-werna. Kadhang akeh kekeliruan sing muncul ing masyarakat yaiku kelemahan sing saklawase iki dirasakake akeh wong sing mung ngandhalake informasi/penjelasan thok babagan budi pekerti dadi sifate mung verbalisme tanpa diikuti karo tindakan sing nyata apa sing diinformasiaken iku, dadi angger wong Jawa jare "bisane mung jarkoni" artine bisa ngajar ora bisa nglakoni.

Kabecikan;
Nang babagan pendidikan budi pekerti perlu diterangake apa sing kudu dilakoni/ditindakake babagan kabecikan, kedisiplinan, kemasyarakatan, lan panunggalane trus apa manfaate kanggo awake dhewe lan masyarakat. Kabeh iki ora bisa langsung bisa dideleng asile tapi kudu dilatih/leksanakake secara bertahap, terus-menerus, kanthi adi kebiasaan sedina-dinane sing bisa dirasakake manfaate.

Sing lewih penting siswa/siswi wektune aben dinane sing akeh dientekake eneng ngomah, mula penanaman budi pekerti aja mung ditumplek blek dadi tanggung jawabe sekolah thok tapi keluarga kudu melu, justru neng omah iki bocah awale mengenal pendidikan saka wong tuwane, awit cilik bocah kudu mulai diajari/ditanamke nilai-nilai budi pekerti sing apik, trus wong tuwane kudu dadi tuladhane tumprap putra-putrine neng omah kanthi diajari unggah-ungguh, sopan santun, tepa selira, lan ngormati liyan kanthi cara sing sabar lan premati banget marang aben ana perubahan tingkah polah, tindak tanduk putra-putrine supayane dadi wong sing pinunjul sarta berbudi pekerti luhur.

Ing lingkungan masyarakat iki uga bisa bentuk pribadine bocah, mula masyarakat uga duweni kewajiban melu nanamke nilai budi pekerti tumprap pergaulan ing masyarakat kanthi conto-conto tumindake kang becik para tokoh masyarakat sing padha dadi paugeran masyarakat.

Kanyatane pendidikan budi pekerti supaya bisa tertanam neng anak didik kita, iku dudu barang sing gampang tapi perlu disikapi lan perlu dipremati kanthi serius, mulai saka ngomah yaiku pendidikan saka wong tuwane, ning sekolah saka guru-gurune, lan ing masyarakat yaiku para tokoh masyarakat, saengga sing dadi pengangen-angen yaiku masyarakat kang berbudi luhur bisa dadi kasunyatan ing masyarakat. ... He he he . . . Edan Tenan. Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah Selalu Lurr... Semoga Bermanfa’at. Amiin
Ttd: Wong Edan Bagu
Pengembara Tanah Pasundan