WONG EDAN BAGU

WONG EDAN BAGU
SALAM RAHAYU kanti TEGUH SLAMET BERKAH SELALU DARI WONG EDAN BAGU UNTUK SEMUA PARA PENGUNJUNG BLOGGER PESONA JAGAT ALIET . . . _/\_

Minggu, 26 Juni 2011

BIOGRAFI SEJARAH HIDUP KI DJAKA TOLOS Bagian. 1



BIOGRAFI SEJARAH PERJALANAN HIDUP 

KI DJAKA TOLOS
DENGAN JUDUL TEMA
“WONG EDAN BAGU”
PENGEMBARA DARI TANAH 

PASUNDAN

Seri: 1. Wong Edan Bagu Dari Pengembara Tanah Pasundan;

BIO DATA PRIBADI:


Nama lengkap : Djaka tolos
Tempat, tanggal lahir : Cirebon 13 agustus 1959
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Tanah abang kec toili kab luwuk banggai Sulawesi tengah                                                                                                    94765
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badang : 55 kg
Warna Kulit : Sawo Matang
Warna Rambut : Hitam
Model : Cepak
Suku : Jawa
Telepon : 085861799966 e-mail : djakatolos59@yahoo.co.id


Hoby :
Agama, spiritual, jiarah/napak tilas sejarah, ibadah,
olah raga, membaca, internet.
Personaliti :
Apa adanya, sederhana, jujur, sabar, romantis, inovatif, kreatif.
Bidang keahlian :
Pengobatan dan konsultasi spiritualist
Pengalaman kerja :
Tabib : Klinik Pengobatan dan kosultasi Tradisional
Pendidikan :
Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia
Jakarta 2000



BIOGRAFI PERJALANAN HIDUP KI DJAKA TOLOS:

Keterangan;
Nama2 yang terkait dalam catatan buku ini menggunakan nama samaran, Kecuali Nama
Djaka Tolos sendiri

Seri: 1. Wong Edan Bagu Pengembara Tanah Pasundan:
Menurut cerita langsung dari sang Ibunda kandung Ki Djaka Tolos.


Berawal dari jaman Kerajaan di telatah tanah pasundan jawa barat. Salah satu kerajaan
yang merupakan pecahan dari kerajaan besar di tanah pasundan. Sebut saja kerajaan
bayangan. Dengan rajanya yang arip bijaksana. Bergelar Prabu panitihan.


Setelah Raja pertama yang bergelar Panembahan ratu.I meninggal dunia pada tahun 1641,
pemerintahan keraton bayangan di duduki oleh sahabat dekat sang raja, dan sebut saja
namanya Pangeran penyalin. Yg kemudian, stelah sang putra mahkota tlah dewasa. dan sebut
saja bernama Pangeran anom, kemudian mewarisi dan menggantikanya sebagai sultan kedua di
keraton bayangan, Bergelar Panembahan ratu 2. Lalu kemudian di teruskan lagi oleh putranya lg
dan sebut saja bernama Pengeran antaboga, bergelar Panembaha ratu 3. kemudian di teruskan
lagi oleh putranya bernama Pangeran lajer, bergelar Panembahan Ratu.4. lalu di teruskan lagi
oleh putranya bernama Raden anom, bergelar Panembahan Ratu.5. dan di teruskan lagi oleh
putranya, bernama pengeran pungkes. Bergelar Pangeran Damarjati. yang beristrikan Dewi
ratna dumilah, yang juga masih saudara, sepupunya sendiri, karena dewi ratna dumilah
merupakan cucu dari Pangeran lajer. Hasil dari pernikahan tersebut, Pangeran damarjati di
karuniai lima orang putri Masing2 bernama, 1. DEWI UTARSIH, 2. DEWI ARIMA, 3. DEWI
KARMINI, 4. DEWI RUSMINI dan 5. DEWI ARIMI.


Menjelang usianya yang semakin tua, pangeran damarjati merasa gelisah akan keturunanya
yang semuanya perempuan, dia selalu berpikir siapa kelak yang akan mewarisi tahta
kasultananya, lalu dengan alasan itulah pangeran damarjati memaksa para putrinya untuk
segera menikah, karena sangat berharap akan kelahiran seorang cucu lelaki untuk pewaris tahta
nantinya, namun sayang apa yang di kehendaki pangeran damarjati, sangatlah berbeda dengan
kehendak tuhan, empat putrinya yang telah di paksanya menikah, tak satupun yang melahirkan
cucu lelaki, seperti yang sangat di harapkanya. Rasa kecewa dan kawatir pun menghantui benak
pangeran damarjati, kesadaran nampak menjauh dari imanya, sehingga ke empat putri dan
menantunya juga cucunya di buat sasaran amarahnya yang tak beralasan. akibatnya, karena
sering di buat kesal. tersinggung dan di abaikan, membuat semuanya tidak betah berada di
dalam keraton dan memilih kabur pergi dan minggat entah kemana rimbanya.


Lalu jatuh pada giliran dewi arimi putri kelimanya, yang saat itu masih berumur 8 tahun, karena
masih terlalu kecil, dewi arimi di didik dan di gembleng menjadi seorang satria wanita, di ajari
ilmu olah kanuragan dan kesaktian, juga di ajari bermain pedang juga perang laga, akhirnya
sipat lemah lembut sebagai seoarang wanita dan seorang putri rajapun hilang lenyap, berubah
menjadi ganas dan sombong tak ubahnya seorang lelaki,namun semua itu tidak juga membuat
pengeran damarjati sadar dari kekeliruanya. Sampai2 dewi ratna dumilah istrinya jatuh sakit
karena tak tahan dengan sikap sang pangeran suaminyanya, di tambah memikirkan ke empat
putrinya yang kini entah ada di mana, terlalu berat beban yang harus di tanggungnya. hingga tak
mampu bertahan dan meninngal dunia, namun pangeran karim tetap belum sadar juga,


menginjak usia yang ke 13 tahun, dewi arimi pada akhrinya di suruh segera menikah pula,
karena pikirnya, sehebat apapun dewi arimi, dia tetaplah seorang wanita, yang takan mampu
dan sah sebagai pewaris tahta kerajaan, dewi arimi yang tau nasib ke empat kakanya yang kini
entah di mana rimbanya itu, menolak untuk di nikahkan tapi pangeran bersih keras
memaksanya.


Karena tak mau di anggap murtad melawan orang tua, terpaksa dewi arimi berdalih lain dalam
penolakanya,yaitu menolak secara halus, dengan cara, dia mau di nikahkan tapi dengan satu
sarat, yaitu lelaki yang akan menjadi suaminya harus lebih hebat darinya, untuk mengetahui
kehebatanya, dengan cara bertarung terlebih dahulu denganya, siapa lelaki yang bisa
memegang buah dadanya, maka itulah yang akan menjadi suaminya.dengan senang, hati
pangeran damarjati menerima sarat itu, segara menyebar undangan kepada semua sahabatnya,
untuk mencari dan mendatangkan para lelaki jawara guna menundukan dewi arimi.



Mungkin karena kehendak tuhan dan adanya istilah di atas bukit masih ada langit, akhirnya dewi
arimi pun bisa di kalahkan oleh salah satu peserta terkhir asal dari luwung ireng bernama
madsalim, putra ketiga KI BUYUT SARPANI sesepuh dari dukuh macan ringgit. Dan menikahlah
dewi arimi dengan madsalim walau dengan keterpaksa, karena takut akan bernasib sama
dengan ke 4 kaka2nya yang lain. Setelah menikah di paksa pula untuk segera punya anak,
setelah hamil tiga bulan, pangeran damarjati mendatangkan hampir semua ahli tebak yang ada
di wilayah kota kerajaan untuk menebak bayi yang ada di dalam kadungan dewi arimi itu, lelaki
atau permpuan, hasil tebakan itu menyatakan permpuan, dan pangeran damarjatipun pun
nampak kecewa, terlebih lagi setelah bayi itu lahir, ternyata benar perempuan, semakin
membuatnya tambah kecewa berat, karena tak mau bernasib sama seperti ke empat kakaknya,
dan ingin membuat pangeran damarjati bahagia, akhirnya dewi arimi dan madsalim sepakat
untuk bisa hamil lagi.



Walau anak pertamanya masih berumur 3 bulan, dan usaha mereka pun berhasil. dewi arimi
hamil untuk yang kedua kalinya, saat anak pertamanya bernama DEWI ATNESIH berumur 8
bulan. Mendengar berita itu pangeran damarjati sedikit tersenyum, seperti pada awal pula. tebak
menebak pun terjadi lagi, namun tebakan kali ini tidak sama seperti awal,10 orang menebak
bahwa jabang bayi itu lelaki, tapi yang 4 orang lainya menebak bahwa jabang bayi itu permpuan
Pengeran damarjati semakin di buat gelisah oleh tebakan tersebut, seperti biasanya, pangeran
karim kembali resah dan suka menyendira di ruang pamijahan keraton. menginjak usia
kandungan dewi arimi yang ke enam bulan. munculah gerombolan pengacau yang menamakan
dirinya DI, yang datang mengcaukan dan menghancurkan serta mengadu domba para umat
sesama muslim. saudara sesama saudara, peranya seperti musuh dalam selimut atau duri
dalam daging. yang kejam mematikan dan menyakitkan. Lalu pangeran damarjati mengerahkan
semua prajurit keraton untuk memerangi gerombolan penjajah itu, namun sayang, tanpa
perasa’an, pangeran damarjati, juga menugaskan dewi arimi untuk memimpin pasukan prajurit
keraton itu, padahal tau kondisinya yang sedang hamil tua, karena tak tega melihat istrinya yang
berbadan dua itu harus angkat senjata maju ke medan perang, madsalim pun turut ikut
menyingsingkan lengan baju menyertai dewi arimi istrinya, angkat pedang sambil menggendong
dewi atnesih putri pertamanya. walau demikian dewi arimi dan madsalim berhasil menyisir
wilayah selatan keraton hingga ke barat dan timur keraton. hingga di sekitar lereng gunung
cermai, yang menjadi sarangnya.


Setelah benar2 aman, pasukan pun di halau kembali. setibanya di lereng gunung cermai bagian
utara yang terkenal angker karena banyak di huni oleh para jim setan peri prayangan, dewi arimi
merasa perutnya sakit termat sangat, prajuritpun di haruskan berhenti dan mendirikan tenda
istirahat, menunggu dewi arimi merasa sehat kembali, namun tanpa di duga dan di sadari. tepat
tengah malam rabu pon tgl 13 bulan 08 tahun 1959 dewi arimi melahirkan anak keduanya
seorang putra lelaki dengan selamat dan sehat, dan anak kedua itu di beri nama DJAKA TOLOS
Karena keada’an, perjalanan pulang ke keratonpun di tunda lebih lama lagi menunggu sampai
dewi arimi benar2 pulih kembali kesehatanya, waktu jaka tolos berumur 7 hari, djaka tolos hilang
di culik dewi permoni, ratu demit dari gunung gundul yang merupakan anak dari gunung cermai,
untuk di jadikan calon pewaris ilmunya kelak, juga sekaligus akan dijadikan sebagai
menantunya. namun dengan segala daya dan upaya, dewi arimi dan madsalim serta bantuan
dari ki buyut sarpani yang sengaja di jemput, djaka tolos putra kedua dewi arimi berhasil di rebut
kembali.


Mengetahui keada’an putra dan menantunya yang sangat memprihatikan itu, ki buyut sarpani
sangat kecewa atas sikap pangeran damarjati besanya, lalu keduanya di laramg kembali ke
keraton, dan di ajaknya untuk tinggal bersama di luwung ireng, sementara para prajurit di suruh
tetap kembali ke keraton, tapi dengan memegang amanat rahasia tentang kelahiran jaka tolos,
untuk tidak di ceritakan pada pangeran damarjati, yang telah lupa diri itu. namun yang namanya
manusia tetaplah manusia, yang memiliki sipat salah dan lupa, sekalipun sudah di wanti2 oleh
dewi arimi dan ki buyut sarpani. Satunya bisa memegang rahasia, satunya tidak bisa, akhirnya
kelahiran jaka tolos pun sampai juga ke telinga pengeran damarjati, akibatnya, pangeran
damarjati dan pengawal kususnya segara berangkat ke luwung ireng untuk menjemput dewi
arimi sekeluarga dan memboyongnya kembali ke keraton. Sesampainya di keraton, jaka tolos di
minta oleh pangeran damarjati untuk di rawat secara kusus di ruang keprabon, namanya di ganti
menjadi RADEN TOSO WIDJAYA DININGRAT.


Sejak itu dewi arimi sekeluarga mendapat perlakuan istimewa, semua ke butuhanya di cukupi
dan di turuti. Namun tak boleh menemui Raden toso wijaya diningrat putranya, walaupun hanya
sebentar, apapun alasanya, setahun dua tahun dewi arimi dan madsalim biasa2 saja. tapi
setelah 4 tahun tak melihat putranya walau sedetik saja, akhirnya berontak juga, merasa ganjil
dan tetap di perlakukan tidak adil, akhirnya keduanya berbuat nekad semaunya sendiri, semua
pemberian pangeran damarjati yang merupan hadiah atau imbalan, sebagai gantinya sang putra
lelakinya. Di bawa keluar dan di titipkan ke orang tuanya di luwung ireng, juga anaknya dewi
atnesih, lalu kembali lagi ke keraton untuk menculik anak keduanya, yang berada dalam
kekuasaan pangeran damarjati sang ayah. Setelah waktu malam yang sunyi tiba, bergeraklah
keduanya membobol gerbang keprabon. Tak satupun prajurit yang mampu menhalangi dua
orang bercadar itu, apalagi mengalahkan atau menangkapnya, hingga keduanya berhasil masuk
dan membawa kabur Raden tw diningrat atau jaka tolos keluar dari keraton menuju luwung
ireng, setelah mengambil bekal dan putri pertamanya, lalu atas petunjuk ki buyut sarpani,
keduanya menuju ke alas gandaka menemui sahabat ki buyut untuk bersembunyi disana, dan
untuk sementara amanlah mereka berada di tempat itu.


Sementara itu di keraton, pangeran damarjati, bingung resah dan marah pada semua prajurit
yang tak mampu menangkap dua penyusup yang tlah menculik cucu tersayangnya yang kelak
bakal mewarisi kedudukanya sebagai raja nantinya, namun setelah tau putri dan menantunya


telah kabur dari tempatnya, pangeran damarjati baru tau dan sadar diri, namun dewi arimi dan
madsalim sangat tidak tau akan kesadaran pangeran damarjati tersebut, bagaimana bisa tau,
karena jarak dan tempat yang cukup jauh dan dalam keada’an sembunyi karena takut.
Selang beberapa waktu kemudian, ada kerajaan wetan yang sedang di serbu oleh kawanan
pemberontak, yang merasa tidak puas akan pemerintahan, sang raja yang saat itu sedang
berkuasa. pemberontakan itu di lakukan dalam penyamaran dan berada dalam lingkup keraton.
hingga sulit untuk di perangi. lalu sang raja mengundang pangeran damarjati untuk
membantunya, lalu berangkatlah, pangeran damarjati dengan sejumlah prajurit yang di
butuhkanya, dan terjadilah perang saudara di luar keraton hingga merembet ke penjajahan
wilayah, namun pangeran damarjati dan pasukanya, berhasil memenangkan peperang itu
Hingga mendapat pengharga’an dan hadiah dari sang raja, serta mendapat gelar panembahan
Ratu.


Selain itu pangeran damarjati juga di nikahkan dengan putri sang raja yang sudah bersetatus
janda, karena di tinggal suaminya yang tewas dalam pertempuran, dan sudah memiliki 3 putra
peninggalan almarhum. dewi arimi yang mendengar kabar kalau ayahandanya telah menikahi
wanita hadiah itu, menjadi sangat marah dan kecewa sekali. Lalu kekecewa’an dan marah itu di
lampiaskan dengan sumpah, bahwasanya, dirinya benci pada tanah jawa yang di huni oleh
pangeran damarjati ayahandanya. Yang di anggap telah menghianati sang almarhumah ibunya,
lalu bersumpah akan pergi jauh tidak akan kembali menginjakan kaki lagi ke tanah jawa ini.
Lalu menyuruh madsalim untuk membawanya pergi jauh meninggalkan tanah pasundan
menyebrangi lautan dan tidak kembali lagi seumur hidupnya, segera madsalim membawa dewi
arimi dan kedua putranya pergi berlayar menyebrangi lautan luas sesuai perminta’an dewi arimi,
sa’at itu jaka tolos atau Raden TW diningrat berusia lima tahun 3 bulan, sehingganya belum tau
tentang apa yang sedang di alaminya.


Di sisi lain, setelah proses perkawinanya dan tinggal selama 41 hari di kerajaan wetan, lalu
pangeran dammarjati kembali ke keraton bayangan lagi dengan membawa putri dari kerajaan
wetan, yang telah sah menjadi istrinya, juga ketiga anak tirinya yang berusia hampir menginjak
masaremaja. setibanya di keraton, semua para abdi yang telah tau tentang proses
perkawinanya, di wetan, menyambut dingin karena kecewa, sehingga kewibawa’an sebagai
seorang rajanpun jatuh seakan lenyap. Tapi pangeran damarjati berusaha mengambil hati para
abdi dan keluarga besar keraton. Dengan alasan, sesungguhnya, pangeran damarjati dan putri
dari wetan itu, sudah menjalin hubungan secara siri cukup lama, hingga sampai mempunyai 3
putra ini, akan tetapi karena waktu itu dewi ratna dumilah yang tidak mau di madu sa’at itu,
membuat pangeran damarjati, merasa harus merahasiakan hubunganya, dan menunda
pernikahan resminya, dan kini telah di nikahinya dengan resmi karena ratna dumilah telah tiada.
Jadi, ketiga putra ini bukanlah putra tiri melainkan putra kandungnya yang selama ini di
rahasiakanya karena tak ingin menyakiti hati dewi ratna dumilah almarhumah, walau pangeran
damarjati berkata begitu, namun ada saja yang tidak percaya, terutama keluarga besar keraton.
alasanya, kalau memang itu sudah memiliki putra lelaki, kenapa dari dulu sibuk dan bingung
mengharap kehadiran cucu lelaki.


Sampai2 semua jadi korban dan hancur. dan pada akhirnya pangeran damarjati kena batunya
dari kebohonganya itu, tak berselang lama kemudian, munculah sebuah fitnah yang tak pernah
di duganya, kerajaan wetan, yang merupakan mertuanya sendiri itu, mendapat kabar burung,


bahwasanya, pangeran damarjati sedang menyusun kekuatan penuh untuk memberontak
kekuasaan mertuanya itu, secara diam2, serangan itu akan di lakukanya dari dalam, karena
sudah tau dan hapal tentang seluk beluk dan kelemahan keraton. setelahnya keraton akan di
ambil alih dan di miliki oleh pangeran damarjati. entah dari mana asal datangnya tuduhan itu.
Yang jelas kerajaan wetan mempercayainya, lalu beliau menggunakan ide dan akal pula untuk
membuat pangeran damarjati bisa datang ke kerajaan wetan.lalu sang rajapun menulis sebuah
surat yang berisi ungkapan hati, dia mengatakan rindu ingin bertemu anak dan cucunya segera,
jadi bisa tidak bisa tolong sowanlah ke wetan, pangeran damarjati yang tidak tau tentang
munculnya fitnah itu.


Bergegas lalu berkemas dan membawa istri dan ketiga putranya untuk sowan pada mertuanya,
sesampainya di keraton. segera pangeran damarjati di undang menghadap kepada raja, yang
tak lain adalah mertuanya itu. mendapat tuduhan tersebut, pangeran damarjati terkejut dan
menyatakan tidak mungkin punya rencana sejahat itu, memiliki dan mengurus satu keraton saja
sudah hampir tidak mampu, kok mau serakah, rebut kekuasaan lain. Terlebih lagi, itu adalah
kekuasaan mertuanya sendiri. bahkan pangeran damarjati, memberi kesempatan untuk bertanya
kepada putrinya sendiri yang sebagai pendamping, apakah melihat atau mengetahui dirinya
sedang mempersiapkan kekuatan untuk memberontak atau tidak. Tapi tetap tidak ada yang
peduli, akhirnya tanpa ada yang membela dan peduli pangeran damarjati di penjara seumur
hidup di kerajaan wetan milik mertuanya itu. sementara keluarag di keraton bayangan di
pasundan, sama sekali tidak di beri tau apa2, semuanya di rahasiakan, hingga tidak ada satupun
yang tau, setelah beberapa tahun di penjara, pangeran damaejati jatuh sakit, karena merasa
terlalu banyak beban masalah keluarga, hingga pada akhirnya meninggal di dalam penjara, dan
secara diam2 dan penuh rahasia pula, jasad pangeran damarjati di makamkan di salah satu
puncak gunung yang jarang di jamah oleh orang.


Setelah itu ketiga putranya pulang untuk kembali ke pasundan. lalu bercerita kepada keluarga
keraton dan seluruh abdi, yang menyebabkanya lama berada di wetan dan tidak segera kembali
ke pasundan, karena ayahanda jatuh sakit, dan melarang untuk mengirim kabar ke pasundan,
hingga sekarang meninggal, dan kedatangan mereka bertiga untuk menggantikan pangeran
damarjati ayahnya, sebagai pewaris tahta. karena ketiga-tiganya hampir seusia dan merasa
sama2 punya hak untuk mewarisi kedudukan itu. Mereka bertiga pun jadi bertengkar salin
memperebutkan tahta kerajaan, namun atas kebijaksana’an sesepuh keraton yang pernah jadi
penasehat dan pendamping pribadi pangeran damarjati dulu, akhirnya keraton bayangan di
pecah menjadi tiga bagian, tujuanya agar ketiga putra itu sama2 mendapatkan haknya masing2,
pertama di sebut keraton panembahan sepuh.


Kedua keraton panembahan anom dan ketiga keraton kabobongan.
Setelah terjadi pemecah keraton bayangan peninggalan Prabu panitihan. Keraton bayangan
menjadi lenyap bagai sejarah tertelan bumi, dan tidak akan muncul lagi sampai kapanpun, yang
ada hanyalah bangunan yang tak ubahnya sebuah museum kuno. Dan sejak itulah para abdi
yang kurang setuju dan kurang senang akan kejadian tersebut, memilih keluar dari keraton dan
mencari kehidupan baru di luar keraton, semuanya dan segalanya jadi berubah, dan perubahan
itu semudah robahnya putaran bola dunia ini.


Begitulah proses kisah kelahiran jaka tolos, bak mutiara penghancur, untuk itu, wahai semua
saudaraku, sadar dan ingatlah, tidak semua mutiara itu indah mempesona dan menguntungkan,
ada kalanya menyakitkan, menghancurkan bahkan ada yang mematikan, seperti yang di alami
pangeran damarjati, cerita di atas tadi, dewi arimi dan semua kerabatnya, mereka mengharap
munculnya sebuah mutiara dengan seribu harapan keindahan. Namun setelah mutiara itu hadir,
ternyata justru semuanya jadi hancur berantakan hingga ber keping-keping, bagaimana tidak,
karena karena kelahiran jaka tolo yang di yakininya sebagai mutiara keluarga, pangeran
damarjati harus kehilangan istri dan anak cucunya hingga wibawa dan hargadiri serta iman, dewi
arimi juga harus berpisah dengan semuanya terutama bumi tanah pasundan yang indah ini.
maka untuk itu, janganlah mudah terpesona dan terlena, karena sesuatu yang membuat kita
terpesona dan terlena itu. Belum tentu membawa berkah dan berakhir indah. Seperti yang kita
harapkan. mending kita terlena dan terpesona akan tuhan kita, karena dialah segalanya dari
segalanya, semoga proses perjalanan ini.

Semoga saja, cuma jaka tolos yang mengalami dan hanya jaka tolos yang menjalani, jangan
sampai yang lain, karena sungguh sangat menyedihkan, bahkan menyakitkan banyak pihak
Namun, walau begitu, kita harus tetap yakin dan percaya, bahwa tuhan itu ada dan kuasa atas
segalanya, segalanya / semuanya yang ada dan yang tak ada itu, tidak lepas dari kehendak
tuhan,seperti kata pepatah lama mengatakan, tidak ada satupun daun yang jatuh tanpa
kehendak tuhan, jadi semua itu adalah bergantung pada kehendak tuhan, dan jika tuhan telah
berkehendak, tak satupun bisa menghindar, apalagi menoalak. Dan lagi, setiap tuhan
berkehendak, pasti ada /punya tujuan. dan tujuan tuhan itu tak ada yang tak benar, semuanya
benar, untuk itu jangan sekali-kali menyalah kan apapun yang terjadi di dunia ini, karena siapa
tau itu adalah kehendak tuhan, lebih baik kita beristighfar dari pada menyalahkan. Semoga bagi
yang membaca kisah proses kelahiran jaka tolos Alias Raden TW Diningrat {Mang Santosos},
yang tertulis di atas tadi, dapat mengambil hiqmahnya, sehingga dapat lebih berhati-hati dan teliti
serta waspada di dalam laku sepanjang hidup ini, ( toto – titi – titis lan eling waspodo surti ngatiati
) nang ning neng nung iku luwih AGUNG wahanane. Amin


Di sisi lain. Dewi arimi yang sejak awal di nikahi oleh pemuda desa bernama madsalim, putra
dari ki buyut sarpani yang merupakan anak tunggal dari ki buyut macan ringgit dari luwung ireng,
yg berhasil memenangkan sayembara perjodohan, saat dewi arimi di paksa menikah oleh
ayahandanya. Pengeran damarjati atau Panembahan ratu.6, yang saat itu sedang kacau balau
dengan kepecahanya. Dewi arimi yang merasa sangat kecewa atas sikap dan tindakan
ayahandanya, yg menurutnya tidak adil tersebut. Lalu, dengan alasan itulah, dewi arimi memilih
keluar dari tempat semestinya. Dan pergi ke tanah sebrang dengan sumpah serapah. Yang
berbunyi. { demi langit dan bumi. Selama hidupku. Tidak akan pernah menginjakan kaki lagi di
tanah jawa ini, kususnya pasundan} Lalu, sekitar tahun 1964 tanpa di ketahui oleh kerabat
keraton. Dewi arimi pergi bersama Madsalim suaminya dan kedua anaknya. Dewi atnesi putra
pertama [perempuan] dan Djaka tolos putra kedua [laki-laki]. Pergi berlayar mengarungi samudra
luas. Meninggalkan masa lalunya yang di rasakanya pahit untuk menentukan hidupnya sendiri
bersama tanggung jawab sang suami demi masa depan kedua putranya, Hingga terdampar di
pulau Sulawesi bagian tengah.


Dengan perjuangan yang tdk mudah.merekapun berjalan tertatih-tatih penuh harap kepada
tuhan, untuk segera menemukan seseuatu yang di harapkan,agar bisa memulai membuka
lembaran hidup yang baru… Saat itu,putra pertamanya bernama Dewi atnesi baru berusia 6
yahun. Sedangkan Djaka tolos putra keduanya baru berusia 5 tahun. Mereka berdua sering
meneteskan air matanya jika melihat kedua putranya yang harus ikut menanggung keputusanya,
meninggalkan masalalu yang seharusnya indah dan menyenangkan. Dari satu tempat ke tempat
lainya. Mereka mencari dan terus mencari kecocokan situasi dan kondisi guna memulai
hidupnya dari awal. Dan, kemudian tinggal menetap di pinggiran hutan sekitar gunung
cowe.tempatnya masih hutan belantara, dan hanya ada beberapa gubug saja sebagai tempat
istirahat bagi pekerja tani di ladang. karena merasa cocok, lalu madsalim membangun sebuah
rumah yang cukup layak di banding gubug2 yang ada di sekitar tepi hutan tersebut. serta
memulai bercocok tanam di ladang yang di olahnya di sekitar tempat tinggal. dewi arimi dan
madsalim bekerja keras untuk menjadi yang terbaik dan berhasil. Pada sa’at2 tertentu, mereka
menanam padi, ada kalanya menanam jagung, sayuran, kedelai dan lain sebagainya tergantung
musimnya, cocok dengan jenis tanaman apa, keberhasilan tani yang di peroleh madsalim,
membuat warga sekitar tertarik dan menirunya, sampai2 ada yang ingin membuka lahan
berdampingan denganya. Lama kelama’an tempat tersebut jadi ramai di datangi oleh para petani
yang ingin bergabung dengan madsalim dan tinggal menetap di tempat itu, tempat yang dulu
hutan akhirnya menjadi sebuah desa kecil yang damai dan subur.


Madsalim pun mulai punya tetangga dan saudara ketemu tua. namun tetap saja yang paling
sukses di tempat itu adalah keluarga madsalim. dan rumah yang paling bagus dan besar di
tempat itu, hanya rumah madsalim. dan karena itu pula yang jadi di satroni perampok Cuma
rumah madsalim juga. pada suatu ketika. karena keberhasilanya, madsalim jadi terkenal
kemana-mana, hingga sampai ke telingan para perampok. tepatnya malam hari di sa’at semua
warga sedang terlelap dalam tidurnya akibat kecapean sehabis kerja di ladang, rumah madsalim
di datangi 11 orang perapok dari kota, namun dewi arimi berhasil melindungi kedua anaknya dan
madsalim berhasil melindungi hartanya, juga berhasil meringkus 11 perampok itu dan
menundukanya hingga kapok. Sejak kejadian itu nama madsalim jadi semakin tersiar, 11
perampok itu selain tunduk juga menjadi murid madsalim. dan karena para perampok itulah
madsalim jadi di kenal banyak orang dan di segani. Sehingganya, atas suruhan warga setempat,
akhirnya madsalim mendirikan sebuah perguruan silat, selain para perampok itu, juga para
pemuda desa banyak yang ikut belajar, bahkan ada yang sudah tua. tak lama kemudian
namanya sampai di kecamatan batui, lalu madsalim di undang untuk datang ke kecamatan,
madsalim lalu di angkat sebagai pemimpin di wilayah itu, dan wilayah itu di ubah menjadi sebuah
desa yang di beri nama oleh madsalim sendiri yaitu. Desa Kandang Jongak. Sebagai pemimpin
yang berhasil dan bijaksana, madsalim jadi semakin berhasil dalam segala hal serta di hormati,
seribu kesibukan mulai menghimpitnya, hingga tanggung jawab sebagai seorang kepala rumah
tangga sering terabaikan, sampai2 sa’at dewi arimi melahirkan anak ketiganya, madsalim tidak
tau karena tidak ada di rumah. namun semua itu belum di rasakanya. waktu adik perempuan
djaka tolos berumur satu tahun, dan umur jaka tolos sudah 8 tahun, lalu jaka tolos di daftarkan
untuk sekolah di kelurahan pada tahun 1967, sementara dewi atnesi yang umurnya tak beda
jauh dengan djaka, tidak di sekolahkan, di suruh bantu2 ibu di rumah, karena menurut madsalim
anak perempuan tak perlu pendidikan tinggi.


Setiap pagi djaka tolos berjalan kaki sejauh 9 km untuk sekolah di kecamatan, sedangkan dewi
atnesi merawat endang taurina adik perempuan djaka yang baru berumur satu tahun. berangkat
masih petang dan pulang hampir sore sudah menjadi kebiasa’an djaka tolos selama bersekolah.
pada suatu ketika, waktu itu dewi arimi sedang mengantar nasi buat madsalim suaminya yang
sedang bekerja di ladang, sementara dewi atnesi mencuci pakaian di sumur, sementara djaka
yang sedang libur sekolah menggendong adik perempuanya yang rewel dan susah di tidurkan.
lalu sesa’at kemudian dewi atnesi menyuruh jaka tolos membetulkan api di dapur yang sedang di
pakai merebus air, sambil menggendong sang adik djaka bergegas ke dapur untuk membetulkan
api tersebut. Sesudahnya, tanpa di ketahui ternyata tangan endang taurina meraih dan
mengambil kayu yang sedang menyala dari dapur itu, karena di buat mainan, api yang menyala
di kayu itu menempel di atap dapur yang terbuat dari ilalang, akibatnya, terbakarlah atap dapur
itu, djaka tolos berusaha memadamkanya, tapi api semakin membesar, lalu segara memberi tau
kakanya dan minta tolong, tapi sudah terlambat, api sudah menjalar ke seluruh atap dapur
hingga merembet ke rumah.


Dewi atnesi dan jaka tolos yang panik dan ketakutan, segara berteriak minta tolong ke warga
yang ada, namun tetap saja tidak berguna, karena api yang sudah membesar, akibatnya, rumah
yang terbesar dan terbagus itu ludes di lalab api hingga tanpa sisa sedikitpun kecuali arangnya.
Madsalim dan dewi arimi yang pulang dari ladang karena di beri kabar oleh warga, sesampainya
di rumah terbelalak diam bagai patung yang rusak, keduanya salin berpadangan dan sama2
kosong, seakan sedang memikirkan sesuatu yang mereka sesali, lalu sesudah api benar2
padam karena sudah tak ada lagi yang harus di bakar. Sesaat kemudian semua warga salin
bantu, masing2 salin membawa bahan yang di butuhkan, lalu warga membuat gubug sederhana
dari bambu untuk tempat tinggal sementara, dan sejak itulah semua jadi berubah, keluarga dewi
arimi jadi sering menangis dalam batin, akibat musibah tersebut, sipat madsalim yang tadinya
penuh kasih walau sering lalai kewajiban, kini jadi sering garang, mungkin karena keada’an,
bercocok tanam di ladang jadi sering gagal panen, sampai kehabisan modal, simpanan sudah
tak punya lagi, berangsur angsur para murid pun mulai mengundurkan diri, karena sudah tidak
mendapat fasilitas apapun seperti dulu, jangankan memberi fasilitas pada murid, buat makan
sendiri saja sering kekurangan.


Lalu dewi arimi mencoba berdagang kue di pasar untuk menambah penghasilan sehari-hari,
sementara madsalim yang tak bisa kerja di ladang lagi karena kehabisan bekal dan modal, lalu
beralih menjadi pekerja buruh mencangkul di ladang para warga yang membutuhkanya,
sementara dewi atnesi yang tak tega melihat kondisi kedua orang tuanya, nekad pergi ke kota
menjadi pembantu rumah tangga, dan sebulan sekali kirim hasil buat kebutuhan di rumah,
sementara djaka yang tetap sekolah mau tidak mau harus ikut merasa prihatin atas segala
kekurangan yang sedang terjadi, Sepulang sekolah mampir ke pasar menemui ibunya untuk
minta makan yang kemudian membawa pulang adiknya, sedang dewi arimi masih tetap di pasar
menunggu dagangan habis terjual, selain berdagang di pasar, kalau malam hari ada yang
membutuhkan tenaga untuk menumbuk padi, dewi arimi juga buruh ke tetangga sebagai tukang
penumbuk padi. pernah suatu ketika, sa’at itu pasar lagi sepi dari pengunjung, karena dearah ini
sedang di landa kamarau panjang, banyak petani yang gagal panen, sehingga jarang yang
punya uang untuk bisa belanja ke pasar, jualan kue milik dewi arimi masih utuh hampir tak laku,
begitu laku bukan laku terjual tapi laku di hutang semua. sa’at djaka mampir ke pasar dengan
sedih dewi arimi berbisik tak bisa membeli sarapan.


Akhirnya dengan lemas karena lapar djaka tolos pulang sambil menggendong adiknya, di tengah
jalan endang taurina sang adik menangis minta makan karena lapar, begitupun dengan djaka,
akibat lapar dia hampir tak mampu berjalan sambil menggendong adiknya. sa’at istirahat di tepi
jalan. Di balik kebun djaka melihat ada buah pisang matang di pohon, tanpa berpikir panjang
djaka nekad menerobos pagar itu untuk mengambil buah pisang tersebut, dan di makanya
bersama sang adik, Namun malang nasib djaka dan adiknya, baru memakan dua buah pisang
saja, pemilik pisang itu datang dan memarahinya habis2san, jaka di tuduh orang yang sering
mencuri pisang tanamanya, padahal baru kali itu jaka mencurinya, itupun terpaksa karena
sangat lapar sekali, lalu jaka di hajar tanpa mengenal kasihan. setandan pisang di suruh
dimakan hingga habis, setelah itu di pukuli hingga pisang yang baru di makan itu keluar lagi dari
mulutnya, setelah puas memukuli, lalu djaka di suruh pulang dan di ancam untuk tidak mencuri
tanaman lagi di tempat itu.


Di rumahnya, dewi arimi yang mengetahui cerita dari djaka tentang kejadian itu, terisak sedih
memeluk kedua anaknya sambil meneteskan air mata duka, sejak kejadian itu dewi arimi
semakin menyibukan diri dengan segala usaha, namun tetap saja tidak mencukupi kebutuhanya
Pada suatu sa’at lagi, waktu itu dewi arimi sedang buruh menumbuk padi dan belum pulang
hingga pagi tiba, sementara madsalim sedang lembur buruh di ladang tetangga, djaka tolos yang
di tinggal di rumah bersama adiknya, kelaparan, lalu pagi itu djaka nekad lagi mencuri ubi milik
tetangganya, karena sang adik tak henti2nya menangis akibat lapar, namun gagal karena keburu
di ketahui oleh pemiliknya. Djakapun di hukum oleh sang pemilik ubi itu bersama adiknya yang
baru berumur hampir dua tahun itu, djaka di suruh mencuci pakaian yang jumlahnya tak sedikit,
lalu di suruh membersihkan halaman rumah dan memetik buah kelapa sebanyak 10 pohon,
tanpa di beri apapun, selain itu djaka juga mendapat hukuman cambuk sebanyak 25 x,
Sementara dewi arimi yang sudah pulang dari buruh, kebingungan mencari kedua anaknya yang
hampir sehari tidak pulang2, begitu pulang kedua anaknya dalam keada’an yang sangat
memprihatinkan, tapi kali ini djaka tidak mau mengadu, karena tidak mau melihat ibunya
meneteskan air mata lagi seperti dulu, sehaingga dewi arimi tidak tau kalau kedua anaknya
habis menjalani hukuman karena mencuri. dan sejak itu dewi arimi selalu membawa serta
endang taurina kemanapun dia pergi, karena tak mau menambahkan beban kepada djaka tolos.


Pernah lagi suatu sa’at di sekolahan, karena tak punya pingsil buat menulis, sementara ada
pelajaran yang harus di tulis sa’at itu juga, lalu djaka nekad mencuri pingsil milik temanya,
setelah tau pingsilnya hilang, lalu temanya melapor pada guru, dan gurupun memeriksa semua
murid, karena pingsil itu ada pada jaka, jaka pun jadi tersangka, lalu djaka di hukum untuk berlari
mengelilingi halaman sekolah sebanyak seratus kali, setelah itu di suruh hormat bendera di
halaman sekolah hingga tiba waktu pulang sekolah, karena lapar akibat dari kemarin tidak
makan, djaka jatuh pingsan sa’at menjalani hukuman hormat bendera.


Sepulang sekolah karena tak mampu menahan lapar, djaka nekad lagi mencuri mangga yang di
temuinya di pinggir jalan, untuk menghilangkan rasa laparnya, tapi belum sampai mendapatkan
buah mangga itu, djaka sudah tertangkap oleh pemiliknya. djaka lalu di tampar dan di seret
masuk rumah, pemilik mangga itu adalah adik pak guru sekolahnya, dia bernama pak ansori,
pak ansori punya satu istri dan dua anak yang sudah seumur dengan djaka tolos. Tapi pada
sa’at itu istri dan kedua anaknya sedang tidak ada di rumah, sehingga pak ansori dapat
melakukan apa saja terhadap djaka tolos sebagai hukuman karena mencuri mangganya, walau
gagal tapi tetap di wajibkan untuk mendapat hukuman.


Setibanya di dalam, jaka di jatuhi dua pilihan, jaka di suruh memilih satu di antara dua, mau di
pukul atau mau nurut dengan maunya pak ansori, dan jaka lebih memilih mau nuruti maunya pak
ansori dari pada di pukuli. Setelah itu jaka di suruh mandi, seusai mandi di beri makan, setelah
makan djaka di bawa masuk ke kamar, dan di suruh memijat tubuh pak ansori yang telanjang
bulat tanpa selembar kainpun, tak lama kemudian djakapun di suruh telanjang pula, dan di suruh
mempermainkan kelamin pak ansori hingga menegang keras, setelah itu djaka di suruh
telungkup lalu kelamin pak ansori yang tegap dan keras serta besar itu di masukanya ke anus
djaka, djaka merintih kesakitan, tapi pak ansori justru merintih seakan kenikmatan.


Setelah puas dengan apa yang di lakukanya, lalu djaka di suruh pulang dengan berpesan agar
tidak menceritakan kejadian tadi kepada siapapun, jika sampai cerita pada orang djaka di ancam
akan di bunuh, ke esokan harinya, sepulang sekolah djaka tolos di hadang oleh pak ansori lalu di
bawa masuk ke rumahnya untuk di paksa melakukan seperti kemarin, dan kali ini permainanya
lebih menyakitkan bagi djaka, tapi mengasikan bagi pak ansori, dan ke esokan harinya lagi,
karena takut di hadang dan di suruh melakukan hal yang sama lagi, djaka pulang sekolah tidak
lewat jalan itu lagi, melainkan lewat perkebunan milik para warga. Tapi sialnya djaka, saat itu
ada salah satu warga yang sedang sering kehilangan, dan orang tersebut sedang mengintai
siapa pelakunya dari balik rumahnya, dan jakapun akhirnya jadi tersangka tersebut, pak hendrik
melihat djaka yang sedang berjalan sambil mengendap-ngendap karena takut di lihat pak ansori
itu, di anggap oleh pak hendrik mengendap karena mau mencuri barang miliknya.


Djakapun langsung di tangkap dan di hajar tanpa ampun, lalu di seret ketengah warga dan di
masa sampai babak belur tanpa di tanya dan di beri kesempatan untuk berbicara. Setelah
mereka puas, lalu menyeret jaka untuk di pasrahkan kepada kedua orang tuanya, madsalim dan
dewi arimi yang baru saja istirahat karena kecapekan kerja, jadi terbelalak murka terhadap djaka,
tanpa bertanya sedikitpun, madsalim lebih percaya kepada orang2 tersebut di bangding kepada
jaka tolos anaknya sendiri yang berteriak minta ampun sambil berusaha menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi, tanpa ampun lalu djaka di tendang sampai tersungkur jatuh, dewi arimi
berusaha menghalangi tapi malah di jadikan sasaran, lalu jaka di ikat di pohon belimbing sambil
sesekali berkata, anak durhaka anak tidak tau di untung.


Lalu djaka yang di ikat di pohon tersebut, di beri semut angkrang/semut merah, tak lama
kemudian semut2 itu mengerumuni dan menggigiti seluruh tubuh jaka, jakapun berteriak minta
ampun minta tolong tapi tak satupun yang peduli, hingga akhirnya jatuh pingsan tak sadarkan
diri, ketika djaka membuka mata, jaka sudah berada dalam pangkuan dewi arimi yang menangis
sambil mengharap djaka tersadar kembali, setelah sadar, jaka berusaha mengadu pada ibunya,
sambil merintih karena badanya penuh luka pukulan dan gigitan semut akibat penganiaya’an
tersebut...
{ maak………..saya
tidak melakukan apa2, saya Cuma lewat karena takut, tapi kenapa saya di buat seperti ini,
sungguh mak…….} Kata djaka kepada ibunya, menjelasakan...


{ emak tau kamu tidak melakukanya, emak tau itu anaku, emak yakin ini semua kehendak gusti,
dan gusti punya rencana baik untukmu anaku, untuk itu sabar dan tabahkan hatimu. kamu pasti
mampu dan kuat. kamu pasti bisa anaku, karena di dalam jiwamu, emak melihat ada para
leluhurmu}.begitulah cara Dewi arimi menghibur djaka tolos agar tidak merintih lagi….


Karena tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan ibunya itu, jakapun tertunduk bingung, tapi
djaka merasa damai berada dalam pelukan sang ibundanya sa’at itu. dan sejak kejadian itulah
djaka jadi di kenal oleh semua orang sebagai anak yang nakal dan badung,dan yang lebih
membuat djaka tertekan adalah jaka tukang mencuri atau calon perampok yang harus di basmi
seperti kuman atau hama tanaman. Di rumah djaka tak punya teman di sekolahpun djaka tak
punya teman, di jalan jaka di jauhi dan selalu di pandang juriga oleh semua mata yang
melihatnya.tersisih terbuang teraniaya bahkan tercampakan, kini di alami oleh djaka, tak satupun
yang mau melirikanya apa lagi memandangnya.semua anak menjauhinya,semua orang
mencurigainya semua manusia membencinya, djaka tolos pun menjadi sangat asing di manapun
dia berada,nilai pelajaran di sekolah yang selalu baik di banding yang lainya, kini tak pernah di
dapatnya lagi. Cita2nya yang ingin menjadi dokter agar dapat membantu pasien miskin pun
menjadi tipis, harapanya untuk tercapai. Djaka jadi lebih sering mengurung diri di rumah,
terkadang pergi ke tepi sungai yang terletak di pinggir hutan untuk merenungi nasibnya yang
begitu berat di rasanya.


Sepulang dari perenungan di tepi sungai, jaka terkejut lagi oleh tuduhan baru yang di
teriamanya, belum terlupakan rasa sakit yang kemarin, kini muncul lagi tuduhan baru yang tak
beralasan,kali ini djaka tolos di tuduh mencuri sekarung beras milik pak marsada
tetangganya,sekalipun jaka membela diri dengan alasan kalau dia Cuma pergi ke sungai, tapi
percuma saja, tak satupun yang mau percaya, karena bukti tidak adanya djaka di rumah pada
sa’at kejadian itu, cukup membuat mereka yakin kalau djakalah pelakunya. Penyesalan djaka
keluar dari rumah pada sa’at itupun tak berguna, karena peristiwa itu telah terjadi, seperti yang
sudah berlalu djaka di hujani pertanya’an dan di paksa untuk mengaku serta mengembalikan
barang tersebut, djaka pun kebingungan harus berbuat apa, terpaksa djaka pun mau tidak mau
mengakui perbuatan yang tidak di lakukanya, tapi djaka kebingungan sa’at di suruh
mengembalikan barang curian tersebuat, karena tak bisa mengembalikan barang, djakapun
mengalami penyiksa’an lagi.


Setelah menjalani penyiksa’an dari masa, lalu beralih dengan penyiksa’an dari madsalim
bapaknya. djaka di rendam dalam sumur selama sehari penuh, setelah itu di kurung dalam
kamar tanpa lampu dan makan minum. sehari dua hari djaka masih mampu menyuarakan
tangisan, tiga hari keatas, djaka sudah tak kuasa lagi bersuara dan meneteskan air matanya.
Karena tenaganya mulai habis, pada sa’at itulah muncul di hadapanya seorang kakek tua yang
tak lain adalah pangeran damarjati, kakeknya. kakek tua itu meneteskan air matanya sambil
menyapa………….,
(cucuku……kamu sudah besar…nak,)
kata pangeran damarjati kakeknya. Djaka yang ketakutan melihat kemunculan kakek itu secara
tiba2, segera menepi dan merapat ke dinding penuh rasa takut, tapi sudah tak mampu bersuara
lagi…..(jangan takut cucuku……aku kakekmu, bapak dari ibumu,)


sambung kakek itu menenangkan djaka. Lalu kakek itu memberikan mustika merah delima
kepada djaka untuk di telanya, setelah menelan mustika tersebut, rasa lemah dan nyeri
mendadak hilang, menjadi segar bugar seakan tak terjadi apa2, lalu djaka bangkit dan mencoba
bertanya pada kakek tersebut, sebisanya, kakek itupun memberikan jawaban yang membuat
djaka menjadi tenang dan penuh percaya diri.


Djakapun di beri cerita2 indah tentang berbagai sejarah di masa lalu,tapi jaka di pesan untuk
tidak bercerita pada siapapun tentang pertemuan itu, terutama pada madsalim dan dewi arimi
kedua orang tuanya. Satu yang membuat djaka tolos bingung tidak mengerti pada saat itu, kakek
itu memanggil djaka tolos dengan sebutan Raden tw diningrat, yang sering di sebutnya adalah
Raden, djaka tolos yang masih kecil dan tidak tau asal usulnya pun jadi bingung, karena selama
ini dia tau namanya adalah Santoso, dulu sewaktu kedua orang tua djaka sudah tinggal menetap
di sulawesi, nama djaka tolos telah diganti menjadi santoso, nama djaka tolos dan Raden tw
diningrat telah di buang jauh oleh kedua orang tuanya, karena menurut Dewi arimi dan
Madsalim, itu adalah masa lalu. Tak terasa karena di temani oleh kakeknya, sudah satu minggu
djaka berada dalam kamar kurungan, sa’at madsalim membuka kamar, sedidit terkejut melihat
djaka yang segar bugar walau dalam kamar tanpa makan dan minum. dewi arimi merasa bangga
melihat djaka sehat seperti tak terjadi apa2, di peluknya djaka sambil berbisik. {ibu yakin, semua
leluhurmu tidak akan tinggal diam jika melihatmu menderita tanpa alasan, ibu percaya itu}.


Djaka semakin tidak mengerti dengan kata2 ibunya itu, tapi sa’at di tanya dewi arimipun berbalik
arah, seakan ada sesuatu yang di sembunyikanya, tapi djaka masih takut dan belum mengerti ke
arahnya, lalu sejak itu setiap madsalim pergi kerja dan dewi arimi juga kerja, djaka di pasrahkan
pada Sobari untuk di awasi, sobari adalah satu2nya murid kesayangan madsalim yang masih
aktif pada sa’at itu. djaka tolos di haruskan tiap2 pulang sekolah menuju dan tinggal di rumah
sobari, tidak boleh kemanapun kecuali dengan sobari sampai madsalim dan dewi arimi orang
tuanya, berada di rumah lagi. Sehari-hari yang di lakukan oleh djaka selama bersama sobari di
rumahnya, adalah membantu semua kegiatam sobari, ada kalanya di suruh memijat, tubuhnya
yang tinggi besar dan gagah, membuat djaka tolos merasa kecapean tiap kali di suruh
memijatnya, tapi djaka bisa kembali bersemangat jika sudah di beri makan dan uang buat jajan,
sobari adalah satu2nya orang yang bisa dan mau dekat sedekat sahabat dengan djaka, dia
penuh pengertian baik budi dan suka humor, hingga membuat djaka lebih sering bisa tersenyum
di banding melamun karena terasing dari pergaulanya.


Sobari yang sudah yatim piatu dan tinggal seorang diri di rumahnya, merasa terhibur dengan
kehadiran djaka di sampingnya,walau umurnya sudah 25 tahun dan belum punya istri, dia tidak
pernah sungkan untuk humor bersama djaka, salin berbagi cerita dan pengalaman. sobari juga
selalu meneteskan air matanya jika giliran djaka yang bercerita tentang hidup yang di alaminya.
sobari percaya dan yakin dengan cerita djaka, dan tuduhan orang2 itu kepada djaka adalah
salah. Walau begitu memang tuhan maha kuasa atas segalanya dan tak satupun yang bisa
menyamainya. baru saja djaka bisa tersenyum karena sobari dan menerima kabar lulus ujian
sekolah, muncul lagi masalah baru yang tak kalah kejamnya, djaka di tuduh mencuri radio milik
Pak gurunya di sekolahnya, selain menjalani hukuman di sekolah djaka juga di skors selama 7
hari tidak boleh mengikuti pelajaran di sekolah, karena takut di hukum oleh bapaknya dan tak
mau melihat ibunya sedih karenanya, djaka merahasiakan tentang kejadian di sekolah, walau di
skors djaka tetap berangkat kesekolah untuk mengelabui madsalim. di persimpangan djaka
masuk ke hutan untuk bersembunyi.


Di bawah sebuah pohon yang besar dan rindang, djaka duduk melamun merenungi nasibnya
yang selalu jadi tuduhan tiap2 ada kehilangan, dan pada sa’at2 seperti itulah orang tua yang
mengaku kakek djaka itupun, muncul menemui djaka Menghibur dan meyakinkan djaka agar
tidak putus asa. lalu djaka di ajari untuk menghapalkan kalimah2 yang menurut kakek tersebut,
kelak akan sangat berguna bagi djaka, setelah berhasil menghapalkan 4 kalimah, djaka pun
segera pulang menuju rumah sobari, karena waktunya anak sekolah pulang telah tiba, esok
harinya lagi begitu, seperti biasa djaka berbelok sa’at di persimpangan dan masuk hutan untuk
sembunyi, dan tak berselang lama kemudian kakek tua itupun muncul lagi di hadapan djaka
untuk menemani dan memberikan pelajaran baru, selama 7 hari di dalam hutan bersama kakek
tua itu, selama menjalani skors di sekolah, djaka berhasil menghapal 24 kalimah yang katanya
kakek itu adalah ilmu2 para leluhur kuno.


Namun djaka tolos belum tau dan belum mengarti apa yang di maksud ilmu para leluhur oleh
kakek itu, kakek itupun juga bilang kepada djaka, kalimah2 itulah yang kelak akan sering kamu
gunakan untuk apa saja dalam menjalani proses hidup selama belum mendapatkan apa yang
seharusnya di dapatkan, djakapun semakin kacau memikirkanya, karena belum tau apa2 pada
sa’at itu...


Setelah itu di rumah, karena madsalim tidak pulang dengan adanya borongan kerja, sekalipun
ada dewi arimi di rumah, djaka tetap di haruskan dalam pengawasan sobari, djakapun jadi
menginap di rumah sobari sampai madsalim selesai kerja dan kembali berada di rumah. malam
itu djaka melihat sobari gelisah sekali, hingga larut malam belum tidur juga, karena kasihan
melihatnya, lalu djaka bangun dan bertanya kepada sobari...


{ maaf om,….kenapa belum tidur…?.} kata djaka bertanya pada sobari. { saya tidak bisa tidur
san,…} jawab sobari, { apakah tiap malam om sobari selalu susah tidur…?,} Tanya jaka kembali,
{benar san…..hampir tiap malam om tidak pernah bisa tidur.} jawab sobari selanjutnya. { apakah
karena ada saya di sini lalu om sobari merasa terganggu hingga tidak bisa tidur,} Tanya jaka
ambil tau, { tidak santoso……memang seperti inilah om, justru dengan adanya kamu bersama
om disini, om sedikit merasa tidak kesepian,} jawab sobari kepada djaka...


{ O…….kalau begitu, kenapa om sobari tidak menikah saja, kalau punya istri om sobari kan tidak
kesepian lagi, trus juga om kan ada yang membantu, seperti cuci pakaian, masak dan lainya, }
kata djaka mencoba memberi saran kepada sobari...


{ santoso……, kamu masih terlalu kecil untuk mengetahuinya, tapi…..tidak apa2….siapa
tahu….dengan bercerita kepada kamu, om bisa sedikit lega, karena sudah mengungkap sesuatu
yang selama ini om pendam sendiri.} kata sobari kepada djaka yang di anggapnya masih kecil
dan polos. {apa itu om…?..} tanya djaka penasaran. { tapi santoso jangan cerita kepada
siapapun ya, karena ini rahasia, } kata sutari, { baiklah, om. saya janji tidak akan cerita pada
siapapun. } jawab jaka berjanji.{santoso…..,sebenarnya om ini gay, } kata sobari kepada djaka, {
apa itu gay om..? } Tanya jaka tidak mengerti, { gay itu lelaki yang menyukai lelaki, atau homo
seksual, om tidak punya rasa suka kepada perempuan, walau hanya sedikit saja, om lebih suka
pada sesama jenis, itulah yang membuat om hingga kini belum punya istri, karena om tidak
menyukai perempuan, tapi om sendiri bingung, tidak mungkin selamanya om seperti ini,
sendirian kesepian dan takut karena masalah itu di anggap oleh semua orang menyimpang
aturan dan agama. Tapi om mengalami itu. om tidak bisa membohongi diri om sendiri. om tidak
mungkin kawin dengan perempuan sementara om tidak menyukai perempuan. rasanya om ingin
mati saja dari pada harus hidup menderita seperti ini santoso. } kata sobari mencoba jurhat
kepada jaka yang masih polos dan tidak tau apa2 itu.


{ jangan om…..jangan mati, nanti siapa yang jadi sahabat saya kalau om sobari
mati. saya tidak punya siapa2 kecuali om sobari yang mau mengerti dengan saya. } jawab djaka
dengan polosnya sa’at iu. {tidak santoso……om tidak akan pernah mati untukmu. asal kamu
mau berjanji pada om, kalau kamu selalu mau tidur bersama om.} kata sobari. { baiklah om saya
mau tidur bersama om, asal om tidak mati dan meninggalkan saya sendiri, } jawab djaka dengan
polos pula.


Lalu, sambil meneteskan air mata sobari meraih tangan djaka dan di ajaknya tidur bersama di
kamarnya, tubuh djaka di dekapnya dengan erat sekali sambil berkata,..


{ ya…tuhan inikah orang yang akan engkau jadikan sebagai jodohku kelak,} kata sobari dengan
suara lirih, namun djaka mendengar suara itu, djaka yang tak mengerti dengan ucapan sobari,
justru malah tertidur pulas di dalam pelukan sobari. sesekali djaka terbangun dari tidurnya sa’at
sobari meraih tangannya dan menempelkanya pada kelaminya yang sedang tegang. Paginya
sa’at terbangun djaka terkejut dengan kedua pahanya yang menjadi basah. dengan malu djaka
minta maaf kapada sobari, di kiranya semalam dia kencing tanpa terasa/ngpmpol, { maaf kan
saya om…..saya tidak sengaja…..semalam saya kencing di tempat tidurnya om. tapi saya akan
mencucinya om…} kata jaka penuh rasa takut, { santoso kamu tidak salah, tadi malam kamu
tidak kencing, om yang salah. karena om melakukanya tanpa kamu ketahui, biar om yang
mencucinya, } kata sobari kepada djaka, { memangnya om melakukan apa..? } Tanya jaka
penasaran, { nanti jika kamu sudah besar, kamu akan tau dan om siap mengajari kamu. } jawab
sobari, dan membuat djaka semakin tidak mengerti. malamnya lagi sobari melakukan hal yang
sama. tapi kali ini djaka tidak mau tidur karena penasaran akan kata2 sobari tadi siang. sa’at
tidur djaka bertanya.


{ sebenarnya tadi malam om sobari melakukan apa sih, sampai kedua paha saya jadi basah,? }
Tanya djaka, { mau tau…….sini om ajari biar kamu tau } kata sobari. lalu djaka di suruh
telangjang bulat, begitu juga dengan dirinya, lalu djaka di suruh mempermainkan kelamin sobari
yang sudah menegang, saat itu djaka jadi teringat pada pak ansori yang pernah memasaknya
untuk melakukan permaianan seperti itu. Penuh penasaran djaka mencoba menurut dan
mengikuti suruhan sobari, sampai pada akhirnya, air putih kentah terpancar dari ujung kelamin
yang tegang dan besar itu, hingga membasahi wajah djaka, pikir djaka { o…..ini yang
membasahi kedua pahaku semalam.}


Lalu sobari bangkit dan membersihkan air yang membasahi wajah djaka dengan sarungnya
sambil berkata. { kelak kamu juga bisa seperti ini. di sa’at air tadi keluar, rasanya mampu
melupakan segalanya karena saking nikmatnya, dan kamu santoso, adalah orang pertama yang
berhubungan seperti ini denganku. aku bangga dan puas karena pada akhirnya aku bisa
melakukanya walau dengan anak kecil seperti kamu,} kata sobari menjelaskan kepada djaka


yang belum mengerti akan hal itu. Cuma bisa diam. lalu djakapun di peluknya hingga tertidur
sampai pagi tiba. di dalam kepala djaka, selalu berpikir tentang pengalaman barunya selama
tidur dengan sobari, djaka selalu bertanya dalam hati….{ apa arti dan maksud kata2 om sobari
itu, dan itu di sebut apa ya…..,.kok apa yang pernah di lakukan oleh pak ansori dulu sama
seperti yang di lakukan oleh om sobari, hanya saja dulu pak ansori memaksa sedang om sutari
melakukanya dengan penuh kelembutan, apa mungkin pak ansori dan om sobari itu mempunyai
kesama’an, seperti yang di sebut om sobari itu, (gay)


Di sa’at djaka sedang asik melamun memikirkan apa yang baru dia alami. munculah masalah
baru lagi, sa’at itu tetangga belakang rumah semalam habis kehilangan sepeda dan padi juga
uang. Dan anehnya, djaka selalu di jadikan tersangka. waktu itu bertepatan madsalim baru
pulang dari kerjanya, mendapat tuduhan kalau djaka habis mencuri di rumahnya tadi malam.
segera madsalim datang kerumah sobari dalam keada’an marah besar, djaka sudah berusaha
mengatakan yang sebenarnya, begitu juga dengan sobari, tapi madsalim tidak peduli, malah
sobari juga kena marah dan tendangan, lalu djaka di seret pulang dan di hajar sepanjang
jalanan, dewi arimi yang tak berdaya hanya bisa menjerit – jerit sambil menangis, tak satupun
yang mau menolong djaka waktu itu. Madsalim jadi semakin gemas sa’at melihat djaka yang di
hajarnya merasa biasa2 saja, tidak manangis dan tidak mermar, djaka pun tidak merasakan sakit
sediditpun sa’at di hajar bapaknya, saking gemasnya lalu madsalim memanggang tubuh djaka di
atas api dapur yang sedang di pakai memasak oleh dewi arimi dan lalu mengurungnya lagi di
kamar tanpa di beri apapun, di dalam kamar djaka bingung pada dirinya sendiri, yang tidak
merasakan sakit sedikitpun sa’at di pukuli bapaknya.


Djaka tidak tau kalau semua itu adalah pengaruh dari mustika pemberian dari kakeknya yang
pernah di telanya tempo dulu. tepat tengah malam kakeknya kembali menemui djaka di kamar
itu, djaka mengadu dengan apa yang baru di alaminya, dan jawaban kakek itu,,,
{ bersabarlah cucuku…itu memang bagian dari lakumu ,untuk menebus segala sesuatu yang
pernah di lakukan oleh semua para leluhurmu termasuk kakek. itu sebab kamu harus kakek
warisi semua ilmu yang pernah di miliki oleh semua leluhurmu. agar kamu mampu kuat dan bisa,
karena kamu satu2nya keturunan yang akan bisa menyempurnakan semua para leluhurmu yang
belum mencapai kesempurna’an yang sejati. dan kamulah satu2nya harapan dari semua para
leluhurmu termasuk kakek ini cucuku. untuk itu kamu harus mampu dan harus kuat, jika tidak,
kepada siapa lagi kakek dan semua para leluhurmu akan berharap. kamu sudah menghapal 24
kalimah warisan dari leluhur, kini tinggal menyempurkan saja, bersiaplah cucuku, untuk
menerima semua warisan dari para leluhurmu, duduklah dengan tenang dan santai, kakek akan
menyalurkan intisari dari semua kalimah yang telah kamu hapal.


Djaka yang tetap bingung tak mengerti mencoba menurut dengan apa yang di katakan oleh
kakek itu, sesa’at setelah duduk bersilah, djaka melihat tubuh kakek tua namun bertubuh gagah
dan berwibawah itu bercahaya, dan cahaya itu bergerak mengumpul jadi satu di kedua telapak
tanganya, lalu kedua tangan itu di tempelkan pada kedua punggung djaka, mendadak tubuh
djaka terguncang hebat, dan lalu kambali tenang. Saat tangan kakek itu terlepas dari kedua
punggungnya, lalu kakek itu memeluknya sambil berkata...


{ Raden sudah menerima warisan itu dengan sempurna. harapan kakek dan semua para leluhur,
reden bisa mampu dan kuat. kami semua menanti raden. tolong sempurnakanlah kami semua


agar dapat kembali pada asal mulanya jadi. selamat tinggal raden. kami senantiasa menunggu
uluran tanganmu }
kata kakek tersebut sambil melangkah mundur. Lalu, mendadak wujud kakek itu lenyap dari
pandangan djaka, yang masih tertegun bingung dengan semua ucapanya. padahal terlalu
banyak yang ingin di tanyakan dan di katakanya, tapi belum sempat djaka bersuara, kakek itu
sudah mendahului pergi entah kemana, hingga djaka tolos jadi semakin bingung tak mengerti.
10 hari djaka di kurung di dalam kamar, tapi kondisi djaka seperti cukup makan dan minum serta
tidur nyenyak, sperti tidak habis terjadi apa2. setelah di buka dan di keluarkan dari kamar.


madsalim jadi semakin terkejut, karena siksa’anya tak berpengaruh apa2 bagi djaka. tapi djaka
tolos sendiri masih tetap bingung dan tidak mengerti dengan dirinya sendiri, setelah kejadian itu
djaka tidak boleh sekolah lagi. kemanapun madsalim pergi buruh selalu di bawanya. Djaka ikut
kerja sebagai buruh bersama bapaknya. walau begitu tuduhan tetap terarah kepada
djaka. sa’at itu djaka sedang mencangkul di ladang milik tetangga desa bersama bapaknya
madsalim. datanglah seseorang yang melempar tuduhan kepada djaka, djaka di tuduh mencuri
tanaman semangkanya dan merusaknya, padahal sa’at itu jelas2 djaka bersama madsalim
bapaknya sedang mencangkul. tapi tuduhan itu kenapa harus jatuh kepada djaka…?, apakah
memang djaka di takdirkan untuk jadi tertuduh dan selalu tertuduh…?. dan anehnya,
madsalimpun menghajar djaka karena tuduhan itu, kenapa….? Ada….apa….dengan semua
ini…?


Setelah di hajar habis-habisan oleh madsalim di depan orang yang menuduhnya, lalu djaka di
seret pulang dan di usir pergi dari rumah dengan di beri 3 potong pakaian, melihat djaka yang di
lempar dari rumah untuk di usir oleh madsalim bapaknya, dewi arimi segera menyusul dan
mendekap djaka tolos yang sedang menangis bingung. sambil memegangi perutnya yang besar
kerena sedang hamil untuk yang ke empat kalinya, menangislah dewi arimi sambil berkata
tersendat……


{ pergilah anaku... carilah hidupmu sendiri. ibu yakin walau tanpa ibu dan bapak kamu bisa
hidup. karena hidup itu milik gusti allah. buktikan bahwa kamu bisa. bahwa kamu benar. dari
pada kamu di sini selalu jadi korban dari orang2 yang tak berprikemanusia’an. pergilah
anaku….pergilah….doa emak dan semua para leluhurmu menyertaimu. jangan kembali sebelum
kamu bisa membuktikan kepada semuanya tentang kebenaran hebatmu. pesan emak…..di
manapun kamu berada dan dalam keada’an apapun jangan pernah lupa pada ibu. karena ibu
senantiasa memohonkan dirimu kepada gusti allah…, demi langit dan bumi ibu bersumpah
kepada allah, celakakanlah anaku jika tuduhan orang2 itu benar, saya rela dan ikhlas jika
memang anaku seperti yang mereka tuduhkan.}
kata dewi arimi sambil memberikan uang sebanyak tujuh ratus perak kepada Djaka tolos
putranya...


Lalu dewi arimi melepas kepergian djaka tolos dengan doanya yang paling dalam. dan djaka
tolospun pergi melangkahkan kakinya yang hampa tanpa tujuan. sambil menangis, kakinya
bergetar melangkah ke arah selatan perkampungan. semua mata menatap kejam sambil
melempari sinih pandangan. sembari menggerutu…bajingan….dasar pencuri…….!.


Dan tibalah djaka di sebuah jalan tepi sungai. sambil duduk di tepi derasnya air mengalir djaka
berkaca sambil bertanya pada diri sendiri….{ kenapa aku bernasib begini….? kanapa mereka
kajam padaku….? Kenapa aku harus berpisah dengan keluargaku…..? ini tidak adil, mereka
kejam ! jahat !.} lalu djaka bangkit berdiri lagi untuk melanjutkan langkahnya yang tiada tau harus
kemana. Sambil berkata { selamat tinggal mak, pak, kak, dik, selamat tinggal kampong
halamanku, selamat tinggal cita2ku, selamat tinggal semua orang yang telah kejam kepadaku,
selamat tinggal semuanya, selamat tinggal }.


Pada akhirnya hari kamis tgl 10 bulan 05 tahun 1968 djaka keluar dari drsa kandang jongak
sebagai anak yang terusir. siang malam djaka berjalan kaki tanpa henti, walau tanpa arah tujuan
yang pasti. tapi djaka terus melangkah dan berjalan mengikuti pandanganya yang ke depan.
entah berapa lama djaka berjalan kaki mengikuti arah jalan yang ada di depanya .tibalah djaka di
sebuah kota kabupaten luwuk. Sebuah kota yang baru di lihat djaka seumur hidupnya, djaka
teringat dengan kakaknya dewi atnesi yang sedang kerja di kota tersebut, tapi harus kemana
mencarinya, karena alamatnya yang tidak tau. di tengah keramaian kota kabupaten, djaka terus
melangkahkan kakinya tanpa letih sedikitpun, hingga sampailah di sebuah terminal kota.


Di antara pasar dan terminal djaka duduk kebingungan. saking bingungnya akan keramaian kota
yang baru saja di lihatnya, rasa capek akibat berhari-hari berjalan, dan rasa lapar akibat berharihari
tidak makan, sama sekali tidak di rasakanya, djaka terkejut dari lamunanya sa’at ada
seorang bapak yang menyapanya. karena sa’at di tanya, djaka tidak bisa menjawab. orang
tersebut pun langsung tau kalau djaka sedang kebingungan, lalu djaka di bawa oleh orang itu ke
rumahnya, sesampainya di rumah, djaka di beri makan dan baju buat ganti, setelah itu baru di
tanyai, djaka pun menceritakan semuanya tentang apa yang di alaminya, setelah tau ceritanya,
orang itu jatuh kasihan, dan mengangkat djaka sebagai anak, karena kebetulan orang itu tidak
punya anak, Sebut saja, namanya daeng tahak dan istrinya bernama tante sherly.


Tinggalah djaka di rumah daeng tahak sebagai anak anggat, lalu djaka di sekolahkan lagi. tiap
pulang sekolah djaka di beri tugas merawat tanaman bunga yang ada di halaman rumah, dan
menyapu halaman rumah bersama pembantu perempuan asal desa batui bernama rokayah,
sedangkan daeng tahak dan istrinya menjaga toko emas di komplek pasar. sesa’at djaka tolos
merasa tenang dan bahagia tinggal bersama keluarga daeng tahak di kota luwuk, namun belum
puas djaka merasakan kedamaian itu, munculah masalah baru lagi, pada suatu ketika, sa’at
sepulang dari sekolah, djaka bertemu dengan teman seusianya bernama firman, dia anak
gelandangan yang biasa mangkal di pintu terminal dekat tempat sekolahnya, djakapun
di ajak mampir ke rumah firman, tapi djaka baru sadar sa’at tiba di rumahnya, ternyata bukan
rumah. melainkan sebuah lapak tempat para gelandangan dan para pengemis tinggal. djakapun
terjebak di tempat itu. bisa masuk tapi tak bisa keluar. firman membawa djaka untuk menghadap
bosnya bernama daeng tamar, yang rupanya sungguh menyeramkan. tubuhnya penuh gambar
rambutnya panjang tubuhnya tinggi besar. begitu juga kumis dan jenggot yang sangat lebat
menambah penampilanya bertambah menakutkan, konon menurut cerita dari firman, daeng
tamar adalah pemimpin atau ketua juga bosnya para preman di kabupaten luwuk dan banggai
ini. juga para gelandangan dan pengemis. termasuk para perampoknya.


Setelah mendengar dan melihat kenyata’an daeng tamar yang memang benar2 menakutkan itu,
djaka semakin tidak menentu pikiranya. entah apa yang akan di alaminya di sini setelah di jual
olah firman teman barunya itu, ternyata djaka tolos di paksa untuk jadi anak buahnya sebagai
pengemis cilik dan hasilnya buat dia, sungguh sial sekali nasib djaka, baru semenit jadi orang
senang langsung berganti dengan derita lagi, sebagai pendatang baru yang belum tau seluk
beluk kota luwuk, djaka sudah tentu kesulitan untuk bisa mendapatkan rumah daeng tamar. dan
akhirnya sejak itu djaka hidup di kota luwuk sebagai pengemis, kadang pengamen kadang juga
nyopet kalo ada kesempatan, lalu hasilnya di setorkan kepada daeng tamar, jika sehari tidak
mendapatkan hasil, hukuman yang di terimanya. Begitu juga nasib anak2 seusianya yang ada di
tempat itu. mau lari dan minggat tidak tau arah dan jalan. lagi pula setiap gerakan selalu ada
yang mengawasi. sehingga selalu sulit dan tertekan. dalam hati djaka berpikir mengeluh.
{ seperti inikah kehidupan di kota..?.} mungkin tidak semuanya, mungkin juga memang djaka
yang lagi ketiban sial dan apes. {ibu……..taukah engkau tentang aku yang bernasib begini di
kota ini….?. } itulah yang selalu ada di hati djaka, yang selalu mencoba mengingat ibunya. { aku
harus bagaimana bu……?.}


Lalu pada suatu kesempatan. di sa’at semua orang sedang tidur, djaka bangun dan duduk di tepi
pantai, matanya menatap jauh entah kemana dengan kekosonganya, seiring dengan irama
deburan ombak yang merdu memecah kesunyian malam yang dingin saat itu, tiba2 munculah di
hadapanya seorang kakek tua yang berwajah hampir mirip dengan kakek yang sering
menemuinya saat mendapat hukuman di kampung dulu, dia mengaku sebagai buyutnya djaka
tolos, yaitu pengeran anom. Tubuh itu tiba2 muncul tanpa terduga dari balik ombak, dengan di
liputi cahaya kuning dan aroma yang semerbak wangi, kakek itu berkata.


{ janganlah Raden terlalu lama berhenti disini……perjalananmu masih jauh. dan semua para
leluhurmu menunggu dan sangat mengharapkanmu. } jaka terpaku menyasikanya, tak dapat
berbuat apa2 hingga wujud itu hilang kembali. dan djaka pun terkejut, { siapakah kakek tadi….?
Wajahnya hampir mirip dengan kakek yang sering menemuiku sa’at di kampong dulu. lalu apa
maksud dari ucapanya tadi. } djaka berkata dalam hati. Karena tak mau pusing djaka pun
melupakan kejadian itu. lalu djaka berpikir tentang bagaimana caranya agar bisa keluar dari
tempat itu, { cita2ku dulu ingin jadi dokter, tapi kenapa sekarang aku malah jadi pengemis, jadi
pencopet dan pengamen…..ah tidak, aku harus bisa keluar dari tempat ini. tidak mungkin aku
seperti ini terus menerus, ini bukan cita2 atau keinginanaku. } teriak djaka melawan suara
deburan ombak yang ada di hadapanya, esok paginya djaka nekad berpamit kepada daeng
tamar untuk berhenti dan keluar dari tempat konyol itu. tapi tidak semudah yang di bayangkan
djaka. bukanya di ijinkan malah djaka di hajar habis-habisan oleh empat orang ajudan daeng
tamar yang tak kalah sangarnya dengan daeng tamar. djaka di buat seperti bola kaki di tendang
kian kemari. namun djaka bukanya teriak kesakitan, malah tertawa karena merasakan geli sa’at
di tendang dan di pukul oleh 4 orang anak buah daeng tamar.


Karena merasa di lecehkan, ke 4 orang itupun menjadi semakin garang, setelah mendapat aba2
untuk membunuh djaka, ke 4 orang itupun segera mengeluarkan senjatanya masing2 berupa
pisau kecil yang terbuat dari besi kuning beracun. secara bergantian pisau itu di tikamkan, di
tusukan ke tubuh djaka, djaka yang ketakutan berteriak minta ampun. tapi pisau2 yang terlanjur
menyentuh tubuh djaka meleleh bagaikan
lilin yang terbakar api. menyaksikan hal tersebut, ke 4 orang tersebut jadi ciut nyali dan berbalik
di belakang daeng tamar. dan sambil berkaca pinggang daeng tamar menatap djaka yang


sedang takut dan bingung dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Sambil menunjuk ke
arah djaka, daeng tamar berkata lantang, { hai bocah…!.siapa sebenarnya kamu... rupanya
kamu sengaja datang ke tempatku untuk pamer ilmu ya, baiklah jika itu maumu, akan aku layani,
kita tentukan siapa yang paling hebat, paling kuat dan siapa yang akan mati sa’at ini, aku atau
kamu.!. jika kamu kalah maka kamu akan mati di tanganku, tapi jika kamu yang menang,
maka…kedudukaku sebagai pemimpin dan ketua sekaligus bos di sini, akan menjadi milikmu,
semua daerah kekuasa’anku akan jadi milikmu. dan semua anak buahku termasuk aku akan
tunduk patuh kepadamu, semua yang hadir di sini saksinya, tapi jika kamu tidak bisa
mengalahkan aku, maka kamu akan aku panggang di atas bara sebelum aku membunuhmu}
kata daeng tamar mengarah kepada Djaka tolos.


Lalu tanpa memberi tanda apapun terlebih dulu. daeng tamar langsung menyerang djaka yang
sedang meringkuk ketakutan di sudut dinding, djaka berhasil menghindari tendangan daeng
tamar dengan cara menundukan kepalanya, dan tendangan itu mengenai dinding, hingga jebol
dan hancur, djaka dapat membayangkan andaikata tendangan itu mengenai kepalanya, tentunya
akan seperti dinding itu, tanpa memberi kesempatan sedikitpun daeng tamar terus menyerang
djaka dengan tendangan dan pukulan yang bertubi-tubi, djaka yang tidak tau caranya
menghindari tendangan dan pukulan jadi sasaran empuk, untung djaka tidak merasakan sakit
dan tidak bisa terluka walau di hujani apapun, kalau tidak, pasti djaka sudah jadi bubur
palabutun. (bahasa Sulawesi) Daeng tamar jadi semakin garang dan marah karena semua
seranganya tak berguna, lalu daeng tamar diam sejenak dan lalu menarik nafas dan
mengarahkanya ke pada djaka, rupanya daeng tamar mengeluarkan pukulan tenaga dalam yang
mematikan. tapi pukulan itu mengenai tubuh seorang kakek yang tiba2 muncul saat djaka di
pantai kemaren.


Rupanya, kakek itu sengaja datang untuk menepis serangan daeng tamar yang di anggapnya
cukup bahaya. Pukulan itupun berbalik arah mengenai tubuh daeng tamar sendiri, daeng pun
terpental kebelakang, dan kemudian berusaha bangkit sambil merangkak ke arah djaka untuk
minta ampun dan mengaku kalah. melihat darah yang keluar dari mulut hidung dan telinga
daeng tamar, djaka tolos menjadi iba dan kasihan, sambil menyapu darah itu, djaka membantu
daeng tamar untuk bisa berdiri. Dan pada sa’at itu pula daeng tamar mengumumkan pada
semua yang hadir di tepat itu, kalau posisinya telah di serahkan kepada djaka tolos, dan mulai
sa’at itu djaka tolos lah yang berkuasa atas geng mandau tersebut, walau tanpa di sadari karena
kelebihan dirinya itu adalah berkat pemberian dari Sang pangeran kakeknya dan lindungan oleh
pangeran mas kakek dan buyutnya, akhirnya djaka tolos dapat mencapai awal dari
kemerdeka’an di dalam proses awal perjalananya hidupnya.


Sejak itulah djaka memimpin gank mandau di kabupaten luwuk, salah satu gank yang paling di
takuti di sulawesi tengah. waktu itu, djaka tolos berusia genap 11 tahun. walau djaka tolos masih
berumur 11 tahun, tapi keberada’anya di tengah gank mandau, di puji di hormati di sanjung di
patuhi dan di takuti banyak orang terutama anggota gank mandau. Karena sejak kekuasa’an
beralih ke tangan djaka, tak ada lagi istilah hukuman jika ada anggota yang lagi tak dapat hasil.
selain itu semua anggota menjadi senang dan suka atas kepemimpinan djaka yang penuh kasih
terhadap sesama, djaka merasa terharu dan bahagia sekali. karena baru kali ini merasakan
indah, memiliki banyak taman.


Walau begitu, djaka tolos masih banyak mendapat bimbingan dari daeng tamar yang menjadi
wakilnya. pelajaran dan pengalaman banyak di perolehnya dari daeng tamar. walau umur djaka
11 tahun tapi daeng tamar sangat hormat kepada djaka sebagai ketua, hampir semua kebutuhan
djaka di layaninya sendiri, sambil sesekali merayu agar di angkat sebagai murid djaka, tapi djaka
belum mengenal dan tau apa yang di sebut ilmu atau kesaktian. itupun di katakanya kepada
daeng tamar, dan daeng tamar pun memberi taunya sejalas mungkin.


Dari daeng tamarlah jaka jadi tau apa yang di sebut ilmu dan kesaktian, secara tidak langsung
sebenarnya daeng tamar adalah guru pembimbing djaka tentang ilmu pengetahuan. bagaimana
tidak, selama menjadi ketua gank mandau bersama daeng tamar di kota luwuk, djaka banyak tau
tentang beraneka ragam seni kehidupan meluas. sesekali djaka di ajak oleh daeng tamar keliling
untuk mengenalkan diri, pada semua bawahan yang tersebar di seluruh penjuru kota, posisi
daeng tamar sebagai wakil terkadang membuat djaka tolos merasa risih, karena daeng tamar
selalu melayani semua keperluan dan kebutuhan djaka tolos, bukan seperti wakil tapi seperti
pembantu.


Mulai dari mandi makan duduk dan tidur di layaninya. dengan penuh hormat. padahal pekerja’an
itu tidaklah pantas untuk orang yang berpenampilan seperti daeng tamar. hingga pada suatu
ketika, djaka tolos berpikir. tidak mungkin dirinya akan seperti ini terus menerus, sementara itu
bukanlah cita2 atau keinginanya. sa’at duduk sendiri djaka teringat masa lalu di kampungnya,
djaka ingat sa’at di tuduh, sa’at di hukum, sa’at di aniaya. sa’at tersisih, sa’at terusir ,dan sa’at
terpisah dengan keluarga. semuanya muncul dari dalam hatinya yang paling dalam, di sertai
linanangan air mata kepedihan. Bibirnya bergetar sambil bersuara……{ mereka kejam..!.mereka
tega…!. mereka telah menghancurkan cita2 dan masa depanku, nama baik keluargaku, hidupku.
mereka telah menghancurkanya, kejam……!....!...!. aku akan membalas semua yang pernah
mereka lakukan padaku, mereka harus aku balas, semuanya. semuanya akan aku balas.
Tunggulah pembalasanku}


Begitulah sa’at djaka mengingat masa lalunya di kampong, sedih, kecewa, marah dan dendam
jadi menguasai dirinya. tapi dia masih takut karena masih kecil. djaka masih ragu akan
kehebatan dirinya walau sring mengalami pembuktian. karena menurutnya, belum pernah
berguru pada siapapun. sa’at sadar, bergegas djaka bangkit dan berlari ke kamar lalu memeluk
daeng tamar yang sedang tertidur pulas. daeng pun terkejut dan segera terbangun akan
tangisan djaka sang ketua. daeng berusaha bertanya dan djaka pun menceritakan semua yang
pernah di alaminya waktu di kampong. mendengar cerita dari djaka yang jujur keluar dari hati.
daeng tamar terenyuh haru. dan memberi semangat kepada djaka untuk membalasnya.


Tapi djaka masih belum yakin akan kehebatan yang sudah di milikinya, karena merasa belum pernah
berguru langsung pada seseorang, untuk menumbuhkan keyakinan, djaka ingin berguru pada
siapapun yang paling hebat di wilayah itu, lalu daeng tamar memasang telinga di mana2 untuk
mencari seorang guru yang terhebat di wilayah kabupaten luwuk. Seminggu kemudian orang
yang di maksudpun di temukan oleh salah satu anak buah daeng tamar, Sebut saja, orang itu
bernama pak Parhan asal dari banyuwangi jawa timur. setelah menyerahkan kembali
kekuasa’an kepada daeng tamar, berangkatkatlah djaka menemui pak parhan yang tinggal di
desa transmigrasi mayayap kecamatan pagimana kabupaten ampana propinsi sulawesi tengah.


Setibanya di desa transmigrasi mayayap, bertamulah djaka ke rumah pak Parhan yang
alamatnya sesuai petunjuk. setelah masuk dan mengutarakan masud dan tujuanya itu,
di terimalah djaka sebagai murid pertama pak parhan. setelah di angkat sebagai anak, kemudian
djaka di ajari berbagai kalimah ilmu yang di sebut aji karang, yang terdiri dari 3 tingkat, yaitu
tingkat awal sebagai dasar, lalu tingkat dua sebagai inti dan tingkat akhir sebagai pamungkas.
Setelah berhasil menghapal semua kalimah yang yang di berikan oleh gurunya, lalu djaka di
suruh mempelajari ilmu olah kanuragan terlebih dahulu sebagai penyempurna, karena pak
parhan tidak punya anak lelaki yang sudah besar dan anak pertamanya adalah perempuan, lalu
djaka di pasangkan dengan anak perempuanya, sebut saja namanya siti, sebagai lawan dalam
berlatih ilmu olah kanuragan, walau seorang perempuan, siti adalah putri pak parhan, orang
yang sangat ahli dalam bidang ilmu, sudah tentu dia sangat hebat dan lincah dalam olah
kanuragan.


Setiap sore djaka tolos dan siti selalu giat dalam berlatih, sesudah berlatih istirahat duduk
berdua sambil bercerita salin tukar penglaman. paginya sebagai pengabdian seorang murid
terhadap gurunya, djaka ke sawah untuk membantu gurunya mengolah lahan. pada waktu itu
djaka tolos berumur 13 tahun kurang lebihnya, sedangkan siti anak pak parhan gurunya berumur
12 tahun. selama berguru, bagi djaka tiada hari tanpa latihan dengan giatnya, begitu juga
dengan siti yang selalu setia melayani djaka sebagai lawan dalam latihan, tak pernah merasa
jenuh apalagi bosan, hingga semakin akrablah hubungan antara djaka dan siti, bagaikan
saudara sekandung.


Tak terasa waktu terus bergulir, sudah setahun djaka tolos berguru pada pak parhan.32 jurus
olah kanuragan telah berhasil di kuasai oleh djaka, dan tiba sa’atnya bagi djaka untuk menerima
inti sari dari seluruh ilmu yang di perolahnya. untuk melangkah ke pelajaran ilmu aji karang,
djaka mulai di gembleng untuk puasa, pertama djaka di suruh puasa mutih selama 3 hari 3
malam, lalu beralih dengan puasa ngepel selama 3 hari 3 malam, terus puasa ngebleng 3 hari 3
malam, di akhiri puasa pati geni sehari semalam. terus puasa kungkum di tempuran sungai
semalam, terus puasa ngalong semalam, terus puasa pendem selama 7 hari 7 malam. di tutup
dengan puasa melek selama sehari semalam. kemudian istirahat seminggu. Selama istirahat
djaka selalu melatih diri di temani oleh putri sang guru, setelah itu djaka di suruh puasa ngrokot
selama 90 hari 90 malam tanpa henti, selama puasa djaka tidak boleh masuk ke dalam rumah
ataupun berteduh di suatu tempat yang tertutup, untuk sehari-hari jika malam djaka tidur di
pinggir jalan atau di pematang sawah, jika siang djaka mencari tempat di tepi sungai untuk
menghindari terik matahari yang terlalu panas.


Setelah selesai 90 hari/malam, lalu djaka terhambat fitnah, para tetangga pak parhan gurunya, mengisukan kalau djaka dan siti putrinya
telah kumpul kebo, hal itu membuat pak parhan merasa malu hingga menghentikan latihan, pak
parhan tidak mau mengajari djaka lagi hingga lulus, kecuali kalau djaka mau menikahi putrinya
sebagai tebusan malu dan menutup isu yang membuatnya malu itu, lalu terpaksa djaka menikahi
siti putri pak parhan gurunya, sebagai tanda pengabdianya, pernikahan dini antara djaka tolos
dan sit pun terjadi pada hari senin pon tgl 25 bulan 10 tahun 1972, waktu itu djaka tolos berumur
13 tahun kurang, sedangkan siti istrinya masih berumur 12 tahun.
Setelah pernikahan resmi itu terjadi, lalu djaka melanjutkan pelajaran ilmu hingga berhasil


selesai, setelah lulus, lalu di adakan selamat sebagai tanda keberhasilan dalam belajar,…
(putraku…..kini semua ilmuku telah berhasil kamu miliki. sekarang, putriku siti juga telah menjadi
milikmu secara resmi dan sah, maka semuanya atas putriku aku titipkan
padamu, jagalah dia dan kasihi dia sebagaimana kamu menjaga dan mengasihi dirimu
sendiri, gunakan ilmu yang aku berikan itu di jalan yang benar, jangan sombong atau adigang
adigung adiguna, dan pakailah di sa’at kamu benar2 terdesak membutuhkanya, tinggal bersama
bapak dan ibu di sini untuk sementara waktu, karena kalian masih sangat membutuhkan
bimbingan kami, kelak jika kalian benar2 telah dewasa, barulah kalian menentukan jalan hidup
kalian sesuai dengan kehendak kalian berdua). begitulah wejangan terakhir pak Parhan sang
guru sekaligus Mertua, yang di berikan pada jaka tolos sebagai murid sekaligus anak
menantunya.


Dan sejak itu djaka hidup di bawah didikan dan bimbingan pak parhan sebagai murid dan anak,
djaka di pasrahi sebidang tanah untuk di olah sebagai sarana belajar kerja menafkahi sang istri.
pengalaman berharga baru telah di terima djaka dari gurunya. walau sudah beristri djaka tetap
belum tau harus bagaimana dan untuk apa istri itu sebenarnya. tidurpun setiap malam seperti
tidur dengan temanya. Setahun tak terasa djaka hidup sebagai suami istri dengan siti, namun
sejauh itu dan selama itu tetap tak tau apa2. taunya hanya kerja dan makan humor dan tidur,
cintapun belum di ketahuinya. pada suatu sa’at, d jaka dan siti sedang iseng latilah olah
kanuragan berdua di belakang rumah hingga larut malam, setelah latihan lalu istirahat di
samping rumah sambil makan pisang goreng, pada sa’at itu djaka dan siti mendengar suara
aneh dari balik dinding kamar sang mertua. djaka dan siti pun ngintip bersama, di lihatnya kedua
orang tuanya salin bertindih melakukan senggama.


Dan mulai itulah djaka dan siti tau apa yang harus di lakukan oleh seorang suami dan istri.
setelah tau, barulah djaka dan siti mulai meniru apa yang pernah di lakukan oleh kedua orang
tuanya sa’at di intip waktu itu. akhirnya djaka dan siti tau dan melakukanya juga. padahal waktu
itu keduanya masih tergolong usia ABG, anak baru gede. kalo istilahnya jaman sekarang,
bagaimana tidak, jaka tolos masih berumur 14 tahun kurang lebihnya dan siti berumur 13 tahun.
setelah tau kenikmatanya, djaka dan siti jadi sering melakukanya, akibatnya, sang istri hamil. di
sa’at istrinya hamil, inilah. djaka mulai bisa berpikir seperti orang dewasa. mengerti cinta dan
kasih sayang, juga mengerti soal tanggung jawab. hingga djaka menjadi semakin giat dalam
usaha. Karena ingin membahagiakan siti sang istri tercintanya, semua pikiranya fokus tercurah
hanya untuk istrinya, semua masa lalu terlupakan, termasuk dendam yang memaksanya harus
berguru. hampir semua orang di kampung mayayap itu di buatnya kagum, sampai2 orang
menyebutnya kecil2 si cabe rawit, namun sayang, waktu yang tidak mendukung djaka pada sa’at
itu.


Di sa’at usia kandungan istrinya menginjak usia yang ke lima bulanya, kemarau panjang datang
melanda propinsi sulawesi tengah, 3 bulan hujan tak kunjung menyiram bumi. sawah yang
mengharap siraman air hujan pun menjadi kering, semua padi yang baru sebulan di tanam pun
jadi menguning dan kemudian mati kekeringan, untuk selanjutnya merambat ke tumbuh2han
lainya, hingga semua mengering, tanah2 terbelah lebar, sumur kering. udara menjadi panas
menyengat. jaka mulai risau, begitu juga dengan mertuanya. Sementara waktu terus berjalan.
kehamilan siti pun hampir mendekati masa kelahiran. persiapan belum ada. kemarau masih
berlanjut. hingga pada sa’at itu semua warga setempat termasuk djaka, berburu tumbuhan hutan


yang di sebut gadung, yang kemudian di olah untuk di makan sebagai gantinya nasi. hingga
pada akhirnya tibalah sa’at kelahiran dari kehamilan siti istri djaka tolos. pada hari sabtu legi tgl
15 bulan 7 tahun 1974, mungkin bukan karena keada’an atau lainya, melainkan kehendak sang
ilahi rabb, putra pertama djaka tolos yang di beri nama AGUNG PRASTYO. hanya berumur
sampai 21 hari saja, lalu pergi menghadap ilahirobbi.


Kepergian putra pertama djaka sempat membuat djaka merasa kehilangan sesuatu yang sangat
berharga dalam hidupnya, dan bertambah dewasa lagilah djaka dalam menghadapi kehidupan
yang selalu tak terduga itu. lalu dengan telaten pak parhan memberikan petuah2 hidup yang
membuat djaka semakin mengerti dan memahami kehidupan, cinta sejati dan suci mulai tumbuh
menghiasi rumah tangganya, juga mulai mengerti bahwa dirinya harus bagaimana. walau begitu,
djaka masih merasa kurang dan ingin menambah pengalamanya lagi, ketika mendengar kabar
tentang OM YUNUS, orang kampung yang terpilih oleh suku trasing untuk di jadikan raja di
dalam rimba, djaka pun timbul keinganan untuk menemui om yunus dan ingin berguru padanya.
Lalu atas ijin istri dan keluarga mertua, djaka pergi menemui om yunus yang tinggal di puncak
gunung tompotika yang terletak di sebelah utara kecamatan bualemo. padahal gunung tersebut
di kenal dengan keangkeranya dan gawat keliwat-liwat, karena salain hutanya yang masih rimba
hingga terdapat banyak binatang buas, juga di huni oleh makhluk2 sebangsa jin dan prayangan,
namun djaka tak gentar sedikitpun untuk tetap maju, dengan berbekal pengalaman dari
mertuanya, djaka berangkat memasuki hutan rimba dan keramat itu.


Dan dengan perjuangan yang tidak mudah, karena harus melawan gelapnya hutan dan
penghuninya, akhirnya djaka sampai di puncak gunung tompotika, setibanya, djaka merasa
sedikit bingung, karena apa yang di ceritakan oleh kebanyakan orang tidak sama dengan
kenyata’an yang di lihatnya di atas puncak, di puncak gunung djaka tidak bertemu dengan
siapapun, tidak ada apapun, kecuali melihat hamparan tanah rata seluas 1 hektar, dan beberapa
batu besar yang nampak aneh wujudnya. Lalu di atas batu tersebut djaka duduk istirahat sambil
merenung, langkah apa selanjutnya yang harus di perbuat, dan secara tiba2 muncul di
hadapanya anjing hitam yang berjumlah ratusan ekor, anjing2 itu menatap djaka dengan penuh
keganasan, seakan sudah lapar selama puluhan hari. dengan ragu djaka bangkit dan berdiri di
atas batu yang tadi di dudukinya, sambil memandangi sekelilingnya, djaka mempersiapkan diri
kalau2 anjing itu akan menyerangnya, namun tak lama kemudian muncul pula di tengah antara
anjing itu seorang gadis yang berpakaian nyaris telanjang, lalu djaka berusaha menyapa gadis
itu, tapi rupanya gadis tersebut tidak mengerti dengan bahasa yang di gunakan oleh djaka, tanpa
alasan lalu gadis itu menyerang djaka dengan pedang mandau di tanganya, djaka pun berusaha
mengimbanginya dengan olah kanuragan yang pernah di pelajarinya dari pak parhan gurunya.


Di sa’at pertarungan sedang tegang, tiba2 muncul suara yang menghentikan pertarungan
tersebut, dan ternyata suara itu adalah suara om yunus yang sedang di cari djaka, dan gadis
yang sedang bertarung dengan djaka itu adalah anak om yunuh yang nomer 3, setelah
mendapat sambutan baik oleh om yunus, lalu djaka di persilahkan masuk ke rumah om yunus,
dan lagi pada sa’at itu pula djaka mendadak terkejut. tanah datar yang semula di lihatnya
kosong, tiba2 bermunculan menjadi banyak gubug2 mungil yang indah berhias seribu tanaman
bunga beraneka warna. djaka semakin kagum dan yakin kepada om yunus, bahwa dia memang
orang hebat seperti yang di ceritakan oleh orang2 kampung itu. Setelah salin ungkap, bergurulah
djaka tolos kepada om yunus dan tinggal menetap sementara di gunung tompotika.


Sebagai raja dari orang2 dayak, om yunus memang pantas mendapat sajungan dari banyak
orang di kampong karena kesaktianya luar biasa, banyak hal yang telah di pelajari oleh djaka
selama tinggal di tompotika, setelah 6 bulan belajar pada om yunus di gunung tompotika dan
merasa cukup, lalu djaka kembali ke mayayap untuk pulang menemui siti istrinya. setibanya di
rumah, djaka di kejutkan oleh sebuah berita yang membuatnya tertarik untuk membuktikanya.
Semenjak djaka tolos pergi berguru ke puncak gunung tompotika, transmigrasi mayayap di
gegerkan oleh orang yang menganut ilmu hitam, yang lebih di kenal dengan sebutan leyak, di
kampong itu sudah ada 6 bayi yang mati tidak wajar, konon di karenakan kehabisan darah, dan
darah itu di hisap oleh leyak tersebut, jika bayinya selamat, maka yang mati ibunya, juga karena
di isap darahnya.


Mendengar berita itu, djaka langsung ingat akan kematian putranya tempo dulu, pikirnya,
jangan2 juga karena leyak itu, namun anehnya tak ada satupun yang bisa menangkap atau
memergoki sa’at leyak itu beraksi, padahal hampir semua warga ikut berjaga-jaga, karena curiga
kalau yang membuat anaknya mati itu adalah leyak tersebut, dan penasaran ingin tau seperti
apa yang di sebut ilmu leyak itu, itung2 sambil menguji kemampuan ilmu yang selama ini di
pelajarinya, lalu djaka tolos ikut melibatkan diri berjaga bersama warga, dengan harapan bisa
ketemu dengan leyak tersebut. Walau bersama warga, djaka sering memisahkan diri dengan
cara keliling kampong, karena tidak sabar menunggu di satu tempat saja, dan bertepatan ada
salah seorang warga yang baru saja melahirkan bayi 8 hari, semua warga banyak yang berjaga
di rumah pak riduwan yang istrinya baru melahirkan itu, sementara djaka mengambil tempat
sendiri di atas pohon kelapa yang terletak di perbatasan pakarangan milik pak riduwan. tepat
tengah malam djaka melihat kepala manusia terbang melayang di udara hanya dengan
membawa isi perutnya saja, menyaksikan hal itu, djaka seakan tidak percaya, tapi benar2
melihatnya, hampir tak berkedip karena tak mau kehilangan jejak.


Djaka terus memandang dan memperhatikan kepala usus yang tanpa badan itu .semua warga yang berjaga di tempat itu, di buat tidur oleh kepala itu, tak lama kemudian, satu persatu warga yang berjaga salin berjatuhan
tertidur dengan pulasnya, namun sebelum semua jadi tertidur, djaka segera melompat
ke arah kepala itu, mendengar teriakan djaka yang sedang menyerang kepala tanpa badan itu,
membuat warga yang belum sempat tertidur, serentak kaget dan segera salin keluar rumah.


Pertarungan antara djaka dan leyak itupun jadi tontonan warga, tak satupun warga yang berani
membantu djaka, hingga djaka berhasil melumpuhkan leyak itu, dan mengejarnya hingga masuk
kerumahnya sendiri. Djaka dan semua warga segera memburunya, dan tertangkaplah siapa
pelakunya, ternyata dia adalah pak nyoman adimerta, salah seorang warga transmigrasi asal
dari bali, pak nyoman akhirnya di seret ke kelurahan untuk di adili, dan warga sepakat untuk
mengusir pak nyoman dari kampong mayayap, jika tidak, maka warga akan membunuhnya,
sebagai balasan atas anak2 dan istri mereka yang telah jadi korban ilmu sesatnya, dan sa’at itu
pula pak nyoman adimerta keluar dari kampung. Namun sebelum pergi istrinya yang kecewa
karena perbuatanya minta di cerai, akhirnya pak nyoman pun pergi terusir seorang diri tanpa
anak dan istrinya, sejak pak nyoman pergi entah kemana, kampong menjadi aman dan damai
kembali, tak ada cerita mistik yang mengerikan seperti yang lalu, djaka pun kembali menjadi
petani bersama keluarganya. Kemarau panjang yang melanda belum juga usai, untuk
menyambut kalau sewaktu-waktu hujan akan turun, djaka dan warga lainya mempersiapkan
lahan dan bibit tanaman, setelah semua lahan warga sudah siap, pada akhir tahun turunlah
hujan, dan semua wargapun menyambutnya dengan giat merperbaiki pematang sawah dan
lahanya masing2, yang kemudian di tanami padi.


Selesai di sawah, lahan kering di tanami kedelai. setelah lewat musim tanam, siti istri djaka
hamil lagi untuk yang kedua kalinya, djaka pun jadi senang dan bertambah giat serta semangat
dalam segala hal. kebahagia’an mulai nampak lagi di wajah djaka dan keluarganya, djaka pun
menjaga dan merawat istrinya penuh kasih dan sayang, seakan tak mau terpisahkan oleh
apapun.


Namun, pada suatu ketika, djaka melihat siti istrinya, di tendang oleh pak parhan mertuanya.
hanya karena kesalahan menumpahkan wedang kopi miliknya, yang di taruh di pinggir
pintu sa’at dia sedang membuat kurungan ayam. hal itu di anggapnya tidak sopan, lalu siti di
tendangnya hingga tersungkur jatuh, melihat sang istri tercintanya yang sedang hamil tua itu
jatuh tersungkur karena di tendang oleh bapaknya, djaka jadi marah dan tersinggung,
pertengkaran mulut pun terjadi antara djaka sang menantu dan pak parhan mertuanya, hal itu
membuat djaka sakit hati, lalu djaka membawa istrinya untuk memisahkan diri dengan
mertuanya, hidup mandiri sendiri. Setelah itu djaka menempati rumah temanya yang kosong
karena sedang di tinggal usaha di kota, di sinilah djaka mengalami suka dan dukanya sebuah
rumah tangga, sebagai pemula jadi kepala rumah tangga yang belum cukup bekal karena usia
yang masih dini.


Djaka sering mengalami pasang surutnya kebutuhan, sehari makan empat hari puasa bersama
istrinya itu hal yang biasa, rumahnya gelap gulita karena tak punya minyak untuk menyalakan
lampu juga sudah biasa, namun sebagai manusia biasa djaka sering gelisah dan malu serta
sering menyalahkan dirinya, karena kebodohanya itu, ucapan mohon ma’af pun sering di
lakukanya pada sang istri, karena tak dapat membahagiakan dirinya, namun si istri justru malah
menasehati djaka, sang suami, agar sabar dan tidak putus asa dalam segalanya. Bahkan selalu
setia dan tabah mendapingi djaka tolos sebagai istri walau sering mengalami kekurangan dan
kesulitan dalam segala halnya, bahkan berjanji pada djaka akan selalu setia jujur tabah
mendampingi djaka suka maupun duka, mendengar nasehat dan ungkapan hati sang istri yang
begitu tulus, djaka semakin percaya diri dan semakin setia pada istrinya, pernah suatu sa’at,
ketika itu sedang lebaran idul fitri. rumah djaka gelap gulita, karena tak punya uang untuk
membeli minyak tanah untuk menyalakan lampu.


Sementara rumah2 para tetangganya terang benderang, selain itu sudah 2 hari tidak makan
karena tak punya beras untuk di masak, semalam suntuk djaka tak tidur, sambil memeluk
istrinya yang sedang hamil tua, karena kasihan, paginya dari balik jendela djaka melihat orang2
sedang bersuka ria dengan pakaian bagusnya yang baru di beli dari pasar, sedang djaka melihat
istrinya yang masih tidur karena lemas belum makan dengan daster robeknya, djaka tak kuasa
menahan air mata kesedihanya, lalu mohon ma’af lagi untuk yang ke seribu kalinya, sang istri
tersenyum lalu bangun dari tidurnya, sambil mencium kening djaka dan memeluk tubuhnya...
Sang istri berkata,……..{ tabahkan hati dan bersabarlah mas, gusti allah sedang menguji iman
kita. dan allah punya rahasia baik serta indah buat kita, untuk itu….kita harus tetap tabah dan
sabar menunggunya }. mendengar kalimat2 sang istri, djaka tolos seketika luluh dan pasrah diri
dengan semua kehendak tuhan walau belum banyak tau tentang apa itu tuhan. seperti yang di
katakana siti istrinya. pagi itu untuk menghindari malu jika ada teman yang datang berkunjung
kerumahnya, lalu djaka menghindarinya dengan cara pergi mancing ke laut, setelah minta ijin
pada sang istri dan mendapat ijin, segera djaka berangkat dengan membawa kail dan golok
sebagai peralatanya.


Setibanya di laut, djaka meminjam perahu lalu mendayung perahu itu hingga ke tengah lautan,
tanpa sadar. malampun telah tiba, hingga tiba pagi lagi. tapi djaka tak mendapatkan seekor
ikanpun. Lalu dengan kehabisan semangat djaka mendayung perahunya untuk menepi. namun
tak kunjung sampai ke tepi, rupanya arus laut telah membawa perahu djaka ke lain arah yang
tak bertepi. karena sudah tak sanggup mendayung perahu lagi, djaka pasrah pada laut jika harus
mati di laut, asal istri tercintanya dapat penggantinya yang bisa membuatnya bahagia.


Dan pada sa’at itu muncul di hadapanya, dari bawah air laut yang terlihat biru, seorang wanita
cantik sempurna, djaka sempat terpesona, namun kondisinya yang lemah, membuatnya tak
mampu berbuat apa2. lalu wanita itu mengantarnya hingga ke tepi yang harus di tujunya, tanpa
memperkenalkan diri terlebih dahulu, lalu wanita itu pergi sambil mencium kedua pipi djaka
seraya berbisik, cepatlah pulang, karena istrimu sangat membutuhkan dirimu, dan suatu sa’at
kita akan bertemu lagi. Lalu, lenyaplah wanita itu, pulihlah djaka dari ke tidak berdaya’anya,
djaka pun segera pulang. Setibanya di rumah, djaka jadi marah dan kecewa karena sang istri tak
ada di rumah, semua pakaian pun di bawanya. Dan djaka jadi berpikir ini pasti perbuatan
mertunya yang sengaja menghasut dan ingin memisahkan djaka dan istrinya, emosi dan amarah
pun muncul tiba2 membara, segera djaka tolos mengasah goloknya hingga putih dan tajam, lalu
dengan mata merah djaka melabrak mertuanya untuk di tantang duel. namun warga berhasil
menenangkan djaka, lalu di beri tahu kalau tadi istri hendak melahirkan, karena di rumah tak ada
orang lalu lari ke rumah orang tuanya, dan kini sudah melahirkan dalam keada’an selamat.


Mendengar penjelasan dari warga seperti itu, djaka jadi terdiam kaku, lalu segara lari masuk
rumah, di pintu djaka melihat istrinya sedang terbaring lemah di ranjang dengan wajah cantiknya,
sedang si bayi mungil berada di sampingnya. penuh malu dan penyesalan djaka lalu mohon
ma’af pada kedua mertuanya, dan memeluk serta mencium anaknya yang mungil. dan sejak
itulah djaka jadi berkumpul lagi dengan mertuanya, dan sejak itu pula djaka jadi semakin hormat
pada mertuanya, karena merasa punya hutang budi yang tak bisa di bayar dengan apapun.
Pada akhirnya, putra yang kedua djaka terlahir juga, tepatnya pada hari minggu pon tgl 09 bln 08
tahun 1985, padahal waktu itu djaka baru berumur 18 tahun sedang siti amidah istrinya baru
berumur 17 lebih. anak kedua djaka yang lahir sebagai perempuan tersebut. kemudian di beri
nama RIA SUSANTI. kelahiran anak kedua inilah yang dapat merubah dan menjadikan djaka
tambah semakin dewasa lagi. seakan seribu kebahagia’an sa’at itu sedang berpihak kepada
djaka.


Namun masih ada sayangnya lagi, berpihaknya hanya sekejap mata saja, yang kemudian djaka
bertemu dengan orang sekampung dari kandang jongak, yang kebetualan sedang kerja buruh di
mayayap, djaka di beri kabar kalau bapaknya, sedang sakit keras dan tak kunjung sembuh,
selama sakit hanya nama djaka lah yang selalu di sebutnya. Mendengar kabar itu, djaka menjadi
risau memikirkan kebenaranya,…..,{ benarkah bapak sakit karena menahan rindu kepadaku…?
Benarkah..? kalau benar kenapa dulu bapak tega menghukumku hingga mengusirku…? }. Pikir
djaka dalam lamunanya. selain itu djaka pun jadi teringat dengan semua orang2 yang pernah
menganiayanya dulu, semua yang pernah di alami di kandang jongak jadi teringat kembali,
dendam pun yang sudah lama terlupakan jadi kembali tumbuh dan berkembang membara di
hatinya.


Lalu djaka nekad mohon ijin kepada kedua mertuanya untuk membuktikan kabar dari orang yang
sekampung itu, setelah mendapat ijin dari mertua, djaka dengan membawa serta anak dan
istrinya berangkat menuju kampung halamanya, tempat tinggal bapak dan ibunya keluarga,
setibanya, mendengar djaka tolos telah kembali dengan membawa istri dan anak, madsalim
yang semula hanya bisa berbaring di ranjang karena lemah akibat sakit, mendadak sembuh dan
bangkit lalu berlari menjemput djaka di pinggir jalan, di gendonganya djaka hingga sampai
rumah, sambil berteriak…..{ anak lanangku balik, lanang tenan anaku.! }


Orang sekampung ikut geger, semula orang menganggap djaka telah mati dan tidak mengira
kalau djaka bakal kembali lagi. setelah kenyata’anya lain, mereka pun jadi heran. sesudah satu
minggu istirahat dengan damai bersama keluarga, lalu djaka tolos mengumpulkan semua
keluarganya, bapak dan ibunya, dewi atnesi kakanya yang sudah tidak kerja lagi di kota karena
sudah bersuami, endang taurina adiknya, juga adik lelakinya yang lahir sa’at djaka sedang
berada di rantau yang bernama muhamad subur, lalu djaka bercerita tentang perjalanan
hidupnya selama ini, hingga kini kembali. Juga tentang dendamnya terhadap semua orang yang
telah menghancurkan semua masa depan dan harapanya.


Mendengar penjelasan djaka tolos, madsalim jadi minder penuh rasa kawatir bahkan takut, tapi
djaka berusaha untuk menenangkanya, kalau dirinya tidak mungkin akan membalas dendam
kepada orang tuanya, karena apapun yang pernah di lakukan oleh bapaknya dulu, di anggapnya
itu sebuah didikan, djaka hanya akan membalas berbuatan orang2 yang telah memfitnahnya
dulu, sehingga menjadikan dirinya kehilangan masa depan. djaka ingin membuktikan kepada
mereka, kalau apa yang mereka tuduhkan dulu itu adalah salah, kalau apa yang mereka lakukan
dulu itu adalah tidak berpri kemanusia’an, tidak adil.


Namun walau sudah mendapat penjelasan dari djaka, madsalim tetap minder dan takut. karena
merasa pernah ikut menganiaya djaka, esok paginya, sebelum waktunya orang berangkat kerja,
djaka mendatangi salah satu rumah orang yang pernah menganiayanya dengan fitnah, yaitu
yang bernama pak bilal, sambil berteriak lantang djaka memanggil pak bilal agar keluar dari
rumahnya untuk bertanggung jawab atas tuduhan dan penganiaya’an yang pernah di lakukanya
terhadap djaka dulu...


{ Siapapun yang ada di dalam rumah ini. Kluar…..aku santoso. Anak nakal yang sering kamu
aniaya dulu. Kini datang untuk menuntut keadilan. Ayo keluar…!!!. Sebelum aku hancurkan
rumah ini }.


Teriak djaka penuh amarah dendam. Tak lama kemudian. Pemilik rumahpun kluar. setelah pak
bilal muncul dari balik pintu rumahnya. Melihat wajah pak bilal, djaka merasa semua yang
pernah di lakukan pak bilal sedang terjadi saat itu, djaka tak mampu menahan emosi, lalu jaka
berkelit melompat ke arah pak bilal, dan menghajarnya tanpa di beri sedikitpun kesempatan,
setelah puas melampiaskan dendam. dan pak bilal pun sudah tak berdaya lagi, lalu djaka
menyeret pak bilal ke desa untuk minta pengadilan pada aparat desa setempat. Dengan di
saksikan banyak warga djaka berhasil mengungkap perkara masa lalu dengan pak bilal di
hadapan aparat desa, lalu djaka beralih lagi ke orang berikutnya yaitu pak jahir, ,pak jahirpun
bernasib sama seperti pak bilal. pak jahir di seret pula ke desa oleh djaka, lalu beralih lagi pada
guru sekolahnya dulu. juga istrinya ikut diseret oleh djaka ke desa. untuk minta di adili se adil
adilnya, jika tidak, djaka mengancam akan membunuh mereka semuanya yang pernah
menganiayanya dulu. Menyaksikan perbuatan balas dendam yang di lakukan oleh djaka,
madsalim jadi semakin ketakutan, beda dengan dewi arimi ibunya, dia semakin mendukung
djaka agar membersihkan noda nama baik keluarga dengan cara membuktikan segala
kebenaranya. begitulah cara djaka membalas dendam kepada orang2 yang pernah
menganiayanya dulu.


Satu persatu orang2 itu di seret ke desa, namun sebelumnya di hajar sesuai dengan apa yang
pernah mereka lakukan terhadap dirinya dulu, semua di sesuaikan hingga impas. namun walau
begitu ada juga yang kabur karena saking takutnya, dan sejak semua orang tau kalau waktu itu
djaka terfitnah dan teraniaya, banyak warga yang datang untuk minta ma’af kepada djaka.
Banyak pula para pemuda seusianya yang datang untuk minta di ajari agar bisa seperti djaka
sa’at ini. setelah semuanya terungkap, lalu djaka beralih mencari siapa pelaku yang sebenarnya.
dan atas bantuan pemuda yang sedang belajar pada djaka, akhirnya pelaku yang sering
melakukan pencurian waktud jaka masih kecil dulu. tertangkap juga, ke lima kawanan pencuri itu
pun di adili dan di bui untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatanya yang merugikan
orang lain. terutama djaka tolos.


Setelah semua terungkap tuntas dan kembali aman. madsalim yang semula ketakutan kepada
djaka kembali lega, dan atas usaha djaka pula perguruan silat yang sudah tertutup lama, di buka
kembali, nama baik keluarga dan harga diri menjadi pulih kembali pada keluarga madsalim.
djaka tolos lalu di angkat oleh aparat desa menjadi ketua pemuda di desa kandang jongak
tempat tinggalnya. sementara madsalim di angkat menjadi wakil kepala desa atau skertaris
desa. kini keluarga madsalim kembali normal bersama masarakat luas, Lalu djaka membawa
kembali anak dan istrinya ke desa mayayap untuk tinggal bersama lagi dengan mertuanya.
setibanya di kampung mayayap, musim hujan semakin menjadi, hingga banjir air terjadi di
mana2. banyak tananaman yang mati membusuk akibat tergenang air yang terlalu besar dan
lama. ekonomi pun menjadi semakin sulit, bahkan lebih sulit lagi di banding waktu musim
kemarau terdahulu.


Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. lalu djaka pergi usaha ke kota kabupaten luwuk lagi.
di sana djaka tolos menemui rekan2nya yang pernah menjadi anak buahnya, yaitu daeng tamar
dan anak buah lainya, setelah mendapat sedikit bantuan dari rekan2 itu, lalu di kirimkanya pada
keluarga di kampung mayayap. setelah tinggal sesa’at bersama para sahabatnya di kota, Djaka
tolos ingin mengenang masa lalunya bersama daeng tamar dan anak buahnya, apakah mereka
semua masih seperti dulu dan tetap menganggap djaka tolos sebagai pemimpin dan ketua
mereka. Lalu daeng tamar mengajak djaka keliling kota untuk menemui beberapa perwakilan
gank mandau yang terletak di empat penjuru, yaitu timur, selatan, barat dan utara kota, setelah
tau kalau mereka tetap hormat dan mengakui djaka sebagai ketua mereka sampai kapanpun
walau tidak di tunggui, djaka tolos menjadi lega dan semakin percaya terhadap daeng tamar,
dan sebagai tanda kepercaya’an itu, lalu daeng tamar di warisi beberapa ilmu kesaktian dan olah
kanuragan.


Namun suatu ketika, djaka di kejutkan oleh sesuatu yang membuat dirinya harus mengingat
masa kecil yang sangat menyakitkan dulu, waktu itu djaka sedang tiduran di serambi depan aula,
dalam posisi tertelungkup, kedua kaki djaka yang sedang di pijat oleh daeng tamar yang sedang
mengabdinya sebagai wakil dan murid, tiba2 djaka menatap sebuah bangunan baru di sebelah
utara aula tempat tinggalnya, yang sa’at itu sedang di kerjakan, djaka melihat ada tiga orang
yang sedang kerja di sana, di kenalnya orang tersebut, Dia adalah pak ansori, pak kardi dan pak
giyanto, tiga orang yang pernah menganiaya dan menfitnah djaka sewaktu kecil di kampungnya,
hingga masa depan dan kehidupanya menjadi hancur, namun djaka tolos waktu itu belum
membalasnya, karena ketiga orang itu keburu kabur entah kemana, pikirnya,….


{ o……rupanya kalian ada di sini, asam di gunung garam di laut, pada akhirnya dalam
tampurung bertemu jua, belum puas rasanya hatiku, jika semua dendamku belum terbalaskan}
kata djaka tolos sambil menggerutu dalam batin. lalu sambil menunjuk ke arah tiga orang itu,
Djaka memerintah daeng tamar untuk menangkapanya hidup2 dan membawanya di hadapan
djaka, tanpa membuang waktu sedikitpun, daeng tamar lalu bergegas pergi bersama 6 anak
buahnya untuk meringkus tiga orang itu buat djaka, 3 jam kemudian, daeng tamar dan anak
buahnya telah kembali dengan membawa tiga orang yang di maksud oleh djaka, ketiga orang
tersebut kaget begitu melihat dan tau kalau mereka anak buah djaka, lalu djaka menceritakan
kepada daeng tamar dan anak buahnya, kenapa harus menangkap ketiga orang itu, setelah tau
dari cerita djaka, kalau merekalah yang pernah menganiaya djaka waktu kecil di kampong,
Serentak mereka jadi naik darah dan membenturkan tubuh mereka ke dinding, lalu djaka
menyuruh agar mereka di kurung tanpa di beri apapun, tujuanya agar mereka juga merasakan
seperti apa yang di rasakan oleh djaka waktu di kurung bapaknya akibat fitnah mereka, namun
sa’at djaka sedang tidur pulas, tanpa sepengetahuan djaka, saking emosinya, daeng tamar dan
anak buahnya menyiksa dan menganiaya mereka bertiga.


Djaka terbangun karena kaget mendengar teriakan salah satu dari mereka, yaitu pak ansori yang sedang di pukuli oleh daeng tamar, menyaksikan hal itu, djaka langsung menghentikan mereka, tapi djaka sudah terlambat, karena pak giyanto telah tewas di tangan daeng tamar, djaka tolos jadi marah sekali pada sa’at
itu. karena daeng tamar telah melakukan sesuatu di luar perintahnya, tamparan tangan djaka
pun mendarat di pipi mereka masing2.


Tapi mau bagai mana lagi, nasi telah menjadi bubur, yang sudah mati tak mungkin bisa di
hidupkan kembali, mungkin itulah hukuman atau karma yang pantas buat dia, melihat temanya
tewas, pak kardi dan ansori ketakutan yang teramat sangat, dia tunduk di bawah kaki djaka
sambil meratap minta ampun dan tolong. setelah djaka menyuruh daeng tamar dan anak
buahnya pergi ke kampung untuk mengantarkan mayat pak giyanto tersebut, pada keluarganya,
dan menyerahkan pak kardi pada yang berwajib, lalu djaka membawa pak ansori masuk ke
kamar pribadinya. Masih dalam keada’an meratap dan sesekali sambil sujud di kaki djaka, pak
ansori terus bermohon dan bermohon kepada djaka agar tidak membunuhnya seperti temanya
itu. lalu djaka bangkit berdiri sambil mengangkat wajah pak ansori yang sedang tertunduk sujud,
djaka berkata…..{ pak, apa saja yang pernah bapak lakukan dulu terhadap saya,…tolong jawab
dengan jujur….jangan sampai ada yang tidak di ceritakan kepada saya }. tanya djaka pada pak
ansori. lalu pak ansori mengakui dan menceritakan semua yang pernah dia lakukan pada djaka
waktu itu. lalu djaka tertawa, dan sayapun akan melakukan hal yang sama pada bapak, agar
bapak juga merasakan apa yang saya rasakan pada sa’at itu.


Lalu djaka melucuti semua pakaian pak ansori seperti yang pernah di lakukanya pada djaka
dulu, lalu djaka pun melakukan hal yang sama seperti yang pernah di lakukan oleh pak ansori
kepadanya dulu, setelah semua perbuatan terbalaskan. lalu djaka menjadikan pak ansori
sebagai pembantu pribadinya, selama satu tahun, sebagai tebusan atas semua kesalahanya.
setelah itu baru akan mema’afkan dan melepaskan pak ansori, sebagai orang yang tidak punya
salah lagi.


Lalu djaka kembali lagi ke kampung mayayap dengan membawa serta pak ansori dan persiapan
modal untuk bertani. dan dengan modal itulah djaka kembali bekerja sebagai petani di sawah
bersama mertuanya. begitulah proses perjalanan hidup djaka tolos di waktu kecil hingga remaja,
beristri hingga berumah tangga mempunyai anak. Dan di akhiri dengan pelampiasan dendam,
pada orang2 yang telah membuatnya tersiksa dan kehilangan cita2 serta masa depan.
Begitulah kisah kenyata’an ki djaka tolos semasa kecilnya hingga sampai ke jenjang rumah
tangga dini tersebut…. Bagaikan buah simala kama yang jatuh di atas kerikil tajam, jika menolak
sangat menyakitkan, bila menerima sangatlah menyedihkan, jika menggeleng sangatlah
menyayat, bila mengangguk sangatlah menusuk, hingga mematikan. dan rasa sakit, sedih yang
meyayat dan menusuk kehidupan. bertengger di atas batu kerikil yang tajam. sehingga
menambah kepedihanya, semoga proses kehidupan yang seperti ini hanya djaka tolos yang
mengalaminya dan menjalaninya, tetapi jika ada, janganlah menolak, hadapi semua
kenyata’anya dengan apa adanya. karena kehendak TUHAN dan tujuanya itu bukanlah politik.
Melain kebenaran yang nyata. Yang mau tdk mau harus kita terima dan kita jalani dengan
keiklasan bersungguh-sungguh.


Sekembalinya djaka dari kota bersama pak ansori, yang kini jadi abdinya sebagai tebusan dari
semua kesalahan di masa lalu. djaka bekerja sebagai petani di sawah dengan di bantu pak
ansori, namun pada akhirnya atas saran sang istri djaka melepaskan pak ansori dan di suruhnya
kembali pulang ke kampung, dengan di beri pesangon yang lumayan sebagai bayaran selama
bekerja bersama djaka di sawah. tapi pak ansori justru menolak, tak mau kembali ke kampong.
dia lebih memilih tinggal bersama jaka, bahkan berjanji ingin dan akan mengabdikan seluruh jiwa
raganya pada djaka dan untuk djaka seumur hidupnya. Menurut pengakuanya, dia sudah
bercerai dengan istrinya dan anak2nya di ambil sebagai anak angkat oleh saudara2nya di
kampong. akhirnya djaka dan istrinyapun tak bisa memaksa pak ansori pulang, apalagi
mengusirnya. dan sejak itu pak ansori hidup bersama keluarga djaka tolos di mayayap. Sekali
dua kali tiga kali panen akhirnya djaka merasakan kalau dirinya memang tidak punya bakat jadi
orang tani. lalu pertanian di serahkan pada mertuanya. sementara dirinya berpamit ke kota untuk
usaha yang lain. lalu dengan doa restu dari istri dan mertuanya, djaka tolos berangkat untuk
usaha yang cocok dengan dirinya.


Bersama pak ansori yang tidak mau di tinggal dan ingin mengikuti djaka kemanapun pergi,
hingga menuju ke kota kabupaten poso, yang juga masih wilayah sulawesi tengah. setibanya di
kota poso, djaka berkeliling mencari lowongan kerja di berbagai tempat, jika malam telah tiba,
djaka dan pak ansori istirahat di terminal bus bersama dengan orang2 terminal dan para
penumpang yang kemalaman dan tak dapat mobil. paginya lalu keliling lagi untuk mencari
lowongan kerja. namun tak ada satupun pekerja’an yang mau menerima djaka sebagai
karyawan. semua lowongan selalu menanyakan ijasah atau pengalaman kerja. sementara djaka
tak punya ijasah dan pengalaman kecuali bertani.


Tak terasa sudah seminggu keliling kota poso djaka belum juga mendapat pekerja’an. Lalu
beralih menuju ibu kota sulawesi tengah, yaitu Palu, nawun hasil tetap sama, nilih... karena yang
selalu di tanyakan adalah ijasah/tanda tamat belajar dan pengalaman kerja, hal tersebut
membuat djaka tolos jadi teringat akan masa lalunya yang hancur karena orang2 yang telah
memfitnahnya, di sebuah jalan yang cukup sunyi, djaka menatap pak ansori dengan penuh
kebencian, karena dia salah satu orang yang telah menghancurkan masa depanya, hingga
seperti sekarang ini. coba kalau saja dulu djaka tak mengalami peristiwa tragis itu, tentu djaka
memiliki ijasah atau pengalaman. yang sering di pertanyakan oleh semua lowongan kerja.


Pak ansori mundur ketakutan, seluruh tubuhnya gemetaran hingga terkencing-kencing saking
takutnya pada djaka yang matanya menatap tanpa berkedip ke arahnya. sambil minta ampun
yang tak henti2nya pak ansori langsung menciumi kaki djaka sambil meratap dan menangis. tapi
masa lalu itu telah menguasai djaka, sehingga djaka pun tak punya kesadaran sedikitpun.
dengan dada yang berdebar, kedua tangan djaka mengepal kuat, dan ketika kepalan tangan
kanan itu hampir mendarat di kepala pak ansori yang sedang menunduk di kaki djaka. Tiba2
muncul di hadapanya, kakek tua yang dulu pernah dan sering menemui djaka saat di kurung
dalam kamar oleh ayahnya,…….


{ tahan…!.jangan lakukan hal itu raden, raden…….masa lalumu itu adalah sebagian dari laku
hidupmu yang harus kamu jalani, jadi ….apapun yang telah terjadi itu adalah benar, karena
semua itu atas kehendak gusti allah, sebagai tebusan dari semua kesalahan para leluhurmu di
masa lampau……untuk itu dan karena itu kakek dan para leluhurmu yang lain sangat berharap
dan nergantung pada dirimu raden, karena hanya radenlah satu2nya yang mampu dan bisa,
orang yang hampir raden pukul itu, sebagai salah satu sarana dari gusti untuk memperlakukan
hidupmu agar dapat menebus kesalahan para leluhurmu di masa lalu, raden.... Kakek dan
semua para leluhurmu memang salah, karena harus membebani hidupmu dengan seribu dosa
masa lalu kami, tapi kalau bukan kepadamu, lalu kepada siapa lagi raden…….kakek
mohon…jangan terlena, jangan tertipu oleh semua yang raden alami, yang raden hadapi selama
hidup, karena itu semua adalah laku yang harus raden lalui. tidak selamanya raden. hanya
sepintas lalu. dan jangan kawatir atau ragu juga takut, karena semua para leluhur raden, akan
selalu mendampingi dan memandumu raden}kata kakek yang tiba2 muncul di hadapan djaka
tolos saat itu. Yang hampir saja membunuh Pak ansori, yang dianggapnya sebagai penyebab
kegagalanya dalam mencari pekerjaan.


Djaka semakin penasaran kepada kakek itu. lalu djaka berusaha untuk minta penjelasanya,
namun kakek tua itu mengelak, dengan alasan, kelak djaka tolos akan tau dengan sendirinya,
jika di beri tau sekarang, djaka akan semakin sulit dan berat lakunya prosesnya, selain itu juga,
berati kakek itu telah membongkar rahasia tuhan atau ikut campur urusan tuhan. setelah di lihat
djaka telah kembali tenang, secara tiba2 pula kakek tua itu langsung lenyap dari pandangan
djaka dan pak ansori. dan sejak itu pula pak ansori jadi semakin takut dan patuh serta
keinginanya untuk mengbdikan diri kepada djaka tolos semakin kuat dan tidak ragu lagi.


Pak ansori menyakini kalau djaka masih keturunan darah biru, Karena tau waktu kakek misterius
itu memanggil djaka dengan sebutan Raden. setelah yakin di kota poso dan palu tak dapat
pekerja’an. lalu djaka tolos tambah nekad dan pergi ke kota Ujung pandang ,yaitu ibu kota
sulawesi selatan. pak ansori pun turut serta kesana, setelah menempuh perjalanan
sehari semalam lebih dengan kendara’an, akhirnya pada hari senin tgl 09 bln 06 thn 1979, djaka
dan pak ansori tiba di kota ujung pandang, yang menjadi ibu kota di sulawesi selatan. lalu djaka
memulai keliling lagi mengadu nasib mencari pekerja’an. dan setelah 4 hari berusaha, djaka di
terima kerja sebagai buruh bangunan di pengaspalan jalan raya di ibu kota sulsel, dan djaka pun
mulai bekerja dengan penuh semangat karena mengingat akan tanggung jawabnya
kepada anak dan istrinya yang di tinggal di kampong. namun….djaka bukan saja hanya bekerja,
di balik kerjanya, djaka selalu memperhatikan semua bentuk pekerja,an tersebut, semua di
pelajarinya dengan seksama dan teliti hingga hapal di luar kepala. Setelah 5 bulan bekerja
sambil belajar, lalu djaka nekat minta borongan sendiri yang di bantu dengan 10 anak buah,
karena hasilnya cukup bagus, lalu djaka mendapat kepercaya’an dari bos ke satu. Lalu djaka di
beri borongan jalan yang lebih panjang lagi, dengan itu djaka lalu menyuruh pak ansori untuk
pulang ke kampong, mencari karyawan sebanyak mungkin, dan dari kampong, pak
ansori berhasil membawa 170 karyawan kerja, djaka pun memulai pekerja’anya dengan
karyawan yang jumlahnya hampir dua ratus orang.


Keberhasilan dalam merantau di kota pun di raih oleh djaka, sebagai pemborong pengaspalan
jalan. setiap 2 minggu sekali setelah gajian/bayaran, djaka selalu rutin mengirimkan hasil kepada
keluarganya di kampong. sebagian di kirim pada kedua orang tuanya di kandang jongak, dan
sebagian lagi di kirim buat anak dan istrinya serta mertuanya di mayayap. dengan pekerja’an
sebagai pemborong pengaspalan jalan, tiap kali selesai, djaka dan karyawanya selalu pindah2
tempat pula, mulai dari kota. kecamatan hingga sampai ke pelosok2 desanya. 3 bulan sekali
djaka tolos pulang ke kampong untuk menemui keluarganya, begitu juga dengan semua
karyawanya, di suruhnya untuk istirahat, setelah seminggu beristirahat bersama keluarga di
kampong, lalu djaka menjemput semua karyawan kerjanya untuk di ajak berangkat kerja lagi.
Hingga pekerja’an ini di tekuninya selama 5 tahun, setelah mertuanya bisa memperbaiki
rumahnya, orang tuanya dapat membangun rumahnya dan dirinya sendiri sudah punya rumah
sendiri. djaka lalu menetap di rumah bersama anak istrinya di mayayap, dan berbahagialah
djaka tolos bersama anak dan istrinya hingga setahun di kapung.


Karena bekal sudah habis akibat nganggur selama di kampong, di sa’at kemarau datang, djaka
lalu mencoba usaha bareng warga sekampung untuk merambah hutan, mencari rotan dan getah
kayu dammar untuk di jual sebagai penghasilan. pak ansori yang selalu setia mendapangi djaka,
juga ikut bersama djaka masuk hutan, dengan membawa bekal sembako makanan yang cukup,
buat di makan selama 15 hari di hutan, berangkatlah djaka dan pak ansori bersama warga lainya
untuk masuk di hutan, setengah bulan sekali keluar dari hutan dengan membawa hasilnya untuk
di jual, Namun djaka hanya mampu bertahan beberapa bulan saja, setelah itu djaka lalu pergi
merantau ke kota lagi sebagai pemborong pengaspalan jalan. pada waktu itu djaka mendapat
borongan di kota luwuk. kota kabupaten dari kampungnya sendiri, namun sayang, setelah djaka
dan karyawanya sudah siap kerja, musim hujan pun mulai turun, sehingga pekerja’an yang
membutuhkan terik matahari itupun jadi terhambat, sehari bisa kerja 2 hari tak bisa kerja karena
hujan, ada kalanya sampai 3.hari 5 hari bahkan seminggu tidak bisa kerja karena hujan, djaka
pun jadi sering tekor, karena kerja tidak kerja, djaka harus tetap bertanggung jawab tentang
masalah makanya para karyawan. hingga djaka menjadi rugi dalam usahanya itu.


Sebagian karyawan lalu di pulangkan ke kampong asalnya, dan sebagian masih tetap bertahan
karena tak ada pesangon buat pulang, dan pada sa’at itu pak ansori jatuh sakit terkena demam
berdarah malaria. Dan karena hujan terus menerus tiada hentinya, lalu semua karyawanpun di
suruhnya pulang kampong semua, sementara djaka masih bertahan karena tak punya uang
cukup buat pulang kampong, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan merawat pak ansori
yang sedang sakit, djaka selalu bon di kantor perusaha’anya. dan pada suatu ketika. Pak ansori
dalam keada’an sangat parah dalam sakitnya. dia minta di temani dan tidak mau di tinggal
terlalu lama oleh djaka. dan djaka menjadi sedikit cemas di buatnya, sa’at djaka sedang duduk
mendampinginya, tiba2 pak ansori meminta ijin untuk mengungkap isi hatinya yang
sebenarnya, setelah djaka memberi ijin, lalu pak ansori mulai bercerita, dan ternyata, selain
karena ingin menebus kesalahanya kepada djaka, ternyata pak ansori jatuh cinta pada djaka, itu
sebab dia ingin selalu bersama dengan djaka, karena menurutnya, walau dulu pak ansori
melakukanya sa’at djaka masih kecil, tapi djaka lah orang pertama yang pernah membuatnya
merasa puas dalam soal seks, karena hasratnya yang terpendam selama bertahun-tahun dapat
tersalurkan, sehingga setelah djaka besar dia jadi jatuh cinta.


Mendengar pengakuan pak ansori, djaka jadi teringat pada sobari, orang yang pernah
memberinya tentang pengalaman cinta, dan mengaku kalau dirinya gay, lelaki yang menyukai
lelaki, pikir djaka, berati pak ansori itu seorang gay, sama seperti sobari, djaka sedikit melamun,
tapi lamunanya segera sadar karena terkejut oleh suara pak ansori, yang bermohon ingin
memeluk tubuh djaka dan menikmatinya untuk yang terakhir kalinya, djaka sedikit gugup harus
bagaimana, di turuti merasa risih, tidak di turuti perminta’an orang sakit. sambil meratap terus
menerus pak ansori memohon kepada djaka untuk memenuhi permohonan terakhirnya, karena
tak tega melihat pak ansori, lalu djaka mau dan membiarkan tubuhnya di telanjangi dan di
cumbui oleh pak ansori. Semalam suntuk djaka tidur telanjang bersama pak ansori untuk
menuruti kemauanya. setelah pak ansori merasa puas dengan tersalurnya sahwat dan
mengucapkan terima kasih, lalu djaka keluar menuju sumur untuk mandi membersihkan diri,
seusai mandi bergegas kembali lagi menemani pak ansori, namun sa’at itu juga djaka terkejut,
karena setibanya di kamar, pak ansori sudah tidak bernyawa lagi (meninggal dunia), dia
meninggal dalam posisi tidur terlentang sambil memegang selembar kertas yang bertulisan.
Lalu djaka mengambil kertas itu dan di bacanya, isi kertas itu, tentang ucapan terima kasihnya
kepada djaka yang telah menerima dan mengerti akan dirinya, lalu djaka mengirim kabar pada
keluarganya di kampong, dan di bawalah jenazah pak ansori oleh keluarganya pulang ke
kampong untuk di makamkan.


Sepeninggalan pak ansori, djaka menjadi kesepian, karena dalam
segala hal harus di lakukanya seorang diri, resah dan gelisah karena keada’an nganggur mulai
di rasakan oleh djaka, kini tak ada lagi yang menghiburnya seperti dulu waktu masih ada pak
ansori. mau pulang tak punya bekal yang cukup buat di kampong, tidak pulang di tempat selalu
nganggur, musim hujan belum juga berlalu. Djaka tolos... benar2 baru merasakan betapa
berartinya pak ansori setelah dia meninggal, Keberadaanya selama itu, cukup berkesan bagi
djaka, djaka amat kehilanganya, kehilangan bantuanya, hiburnya, perhatianya, perawatanya
bahkan kasih sayangnya... di kenangnya kembali, masa2 sewaktu bersama pak ansori
almarhum... dan semakin terasalah kasih dan sayangnya pak ansori yang begitu besar, selama
bersamanya, dan djaka mengabaikanya selama itu jua... Mungkinkah djaka tolos juga telah jatuh
cinta pada pak ansori..? jika iya, berartikah cintanya itu..? karena pak ansori sudah
meninggalkan dunia ini... Sahabat, itulah sekelumit cerita masa lalu saya yang sempat saya
bukukan... kalau ingin tau kelanjutanya... ditunggu seri berikutnya ya. Semoga yang sudah
terposting dalam catatan buku biografi saya ini, sudah cukup menghibur dan memberikan sedikit
pengalaman, yang mungkin ada manfaatnya bagi sahabat, dalam mengarungi/menjalani proses
dalam kehidupan di dunia ini... akhir kata dari saya... Wassalamu alaikum wr/wb....


Sepeninggalan pak ansori, djaka menjadi kesepian, karena dalam segala hal harus di lakukanya
seorang diri, resah dan gelisah karena keada’an nganggur mulai di rasakan oleh djaka, kini tak
ada lagi yang menghiburnya seperti dulu waktu masih ada pak ansori. mau pulang tak punya
bekal yang cukup buat di kampong, tidak pulang di tempat selalu nganggur, musim hujan belum
juga berlalu. dan pada sa’at itulah muncul fitnah lagi yang teramat kejam, di kampong istrinya,
siti mendapat kabar dari orang, yang mengatakan kalau djaka tidak mungkin pulang ke mayayap
lagi, karena sudah kawin lagi di kota, itu sebab tidak pernah kirim uang lagi ke kampong. karena
penasaran, lalu siti pergi menyusul djaka ke tempat kerjanya di kota luwuk. sa’at sang istri tiba di
tempat, djaka tidak ada di tempat, karena sedang mengantar anaknya bos belanja ke pasar. dan
sa’at djaka pulang bersama seorang perempuan, di anggapnya bahwa itu istrinya yang baru, dan
dia yakin kalau kabar yang di terimanya itu adalah benar, pertengkaran mulutpun terjadi, siti tak
mau lagi mendengar penjelasan dari djaka, karena bukti tersebut.


Lalu lari pulang sambil menangis penuh kecewa dan marah, karena tak mau masalahnya
menjadi panjang, djaka pun segera pamit pada bosnya untuk menyusul istrinya pulang ke
mayayap. Tapi kedatangan djaka sudah di anggap terlambat, sang istri sudah terlanjur
menceritakan semua yang di lihatnya di kota tentang djaka suaminya, pada orang tuanya, dan
semuanya sudah percaya dan yakin kalau djaka tolos sudah berhianat, kedatangan djaka di
rumah di tolak bahkan di usir, namun djaka berusaha untuk bersabar menunggu kesempatan
guna memceritakan yang sebenarnya, waktu itu djaka menginap di rumah tetangganya. Namun,
hingga seminggu telah berlalu, djaka masih juga belum di terima, bahkan untuk ketemu dengan
ria susanti anak tercintanya saja, tidak di ijinkan, malah sang istri di dukung oleh orang tuanya
untuk minta di ceraikan segera, djaka semakin panik mendengar pernyata’an istrinya yang minta
cerai. pikiranya jadi melambung tinggi hingga membayangkan jika hal itu benar2 terjadi, karena
tak mampu menolak desakan sang istri dan mertua yang minta cerai, dan jaka tidak mau
menceraikan istri tercintanya itu, lalu djaka tolos memilih pergi tanpa pamit dengan siapapun.
dengan membawa seribu dukanya tentang perminta’an cerai dari istrinya.


Djaka berjalan kaki dan terus berjalan mengikuti jalur jalan yang di laluinya, tanpa membawa
bekal apapun, di sepanjang perjalanan, yang ada di dalam pikiran djaka hanyalah bayangan
wajah sang anak dan istrinya, berhari-hari, siang dan malam djaka terus berjalan kaki tanpa
henti, pikiranya melambung tinggi dalam lamunanya, hatinya kosong tak bercorak sedikitpun,
tatapan matanya hampa tak terarah, tubuhnya tak berdaya kecuali untuk berjalan, langkahnya
tidak pasti, linangan air matanya mulai mongering, bibirnya bergetar karena tak putus2nya
menyebut nama anak dan istrinya, di luar kesadaranya. Langkah kakinya telah membawanya
dari kampung mayayap hingga sampai di kota kecamatan pagimana kabupaten poso. Yang
memiliki jarak tempuh sekitar 230 km lbh, di sebuah jalan langkah kakinya di hentikan oleh
seseorang yang mengenalnya, dia adalah om sobari, satu2nya orang yang pernah bersahabat
dengan djaka di waktu kecil dulu, melihat kondisi djaka tolos yang acak2kan, sobari jadi nekat
mengurung djaka, agar tidak hilang di telan daerah yang tak di kenalnya, pada waktu itu, baju
djaka sudah tak berupa baju, tubuhnya kotor, wajahnya kusut, tidak ubahnya dengan orang gila
di jalanan, tapi sobari tanpa malu dan sungkan walau di lihat banyak orang, terutama anak
buahnya, yang bekerja di pengaspalan jalan waktu itu.


Sobari memeluk djaka dan membawanya ke bass cam. setibanya, lalu djaka di mandikan dan di
ganti pakaianya, lalu di berinya makan sambil di Tanya tentang apa yang sedang terjadi
Padanya, namun djaka tetap diam tak bersuara sedikitpun, makan tak mau apalagi bicara,
namun sobari tetap sabar dan telaten merawat djaka, karena dia merasa yakin kalau djaka
tidaklah gila, selama satu bulan lebih djaka hidup di bawah rawatan sobari, dan selama itu pula
djaka belum mau becara sepatah katapun, Sementara itu, hampir setiap malam sobari yang
menganggap djaka telah hilang ingatan itu, selalu di cumbuinya bak seorang lelaki dan wanita
yang sudah resmi menjadi istrinya. tanpa sungkan dan malu sedikitpun. walau djaka tau apapun
yang di lakukan oleh sobari atas dirinya. tetap tak peduli sedikitpun. dia tetap diam dan tak
melakukan apapun. hingga pada akhirnya, sobaripun merasa takut dan bingung juga tentang
keada’an djaka tolos yang tak ubahnya dengan sebongkah patung. dan pada
suatu sa’at. dia berbisik di telinga djaka yang sa’at itu sedang terbaring di ranjangnya.


{ Santoso…. kamu adalah satu2nya orang yang ku kenal paling hebat dan kuat dalam segi
apapun. itu sebab aku suka dan kagum padamu. aku yakin semua orang yang kenal dan tau
tentang kamu, juga merasakan sama seperti apa yang aku katakana tadi kepadamu, tapi……jika
kondisi keada’anmu seperti ini…….terus menerus….lalu apa kata semua orang nanti. aku yakin
ini bukan sipatmu yang sebenarnya. jika kamu sedang punya masalah, katakanlah dan
ceritakanlah dengan hati terbuka, om pasti akan membantumu, tidak ada masalah yang tak
dapat di selesaikan, semua masalah pasti ada jalan keluarnya, untuk itu, agar om bisa
membantumu, katakan dan ceritakan pada om, jangan diam terus menerus seperti ini, om jadi
takut dan kawatir, om tidak mau kehilangan kamu dan tidak ingin melihatmu seperti ini terusterusan.
apa kamu tidak malu jika sampai orang2 yang mengagumimu tau kalau ternyata kamu
selemah ini……..}


Kata sobari yang ingin mencari tau tentang apa yang mebuat djaka hingga seperti itu....
Mendengar ucapan sobari seperti itu, djaka langsung melirik ke arah sobari dan menatapnya
dengan tajam, sobari jadi takut dan mundur beberapa langkah, namun segera tenang kembali
sa’at djaka menyapanya dan menyuruhnya duduk kembali di sampingnya. lalu djaka tolos
menceritakan tentang apa yang sedang di alaminya, tentang apa yang sedang di kawatirkanya
dan tentang apa yang sedang di rasakanya. mendengar pengakuan djaka yang bercerita sambil
melinangkan air matanya, sobari ikut terbawa sedih dan haru. lalu bermaksud meluaskan
pikiranya yang sedang sempit sa’at itu, dengan bahasa……

{ Santoso…,dunia itu tak selebar daun kelor. melainkan sangat2 luas sekali, artinya, wanita itu
bukan cuma istri kamu, masih banyak yang cantik bahkan lebih dari istrimu, kalau dia sudah
begitu, cari lagi, kan bisa, kamu lelaki, gagah, masih muda dan hebat lagi, aku yakin bukan hal
yang sulit bagimu untuk mendapat kan yang lebih baik dari istrimu itu}. kata sobari pada djaka
yang bermaksud menghiburnya. namun djaka justru marah dan menarik leher baju sobari sambil
berkata,…..


{ dunia memang luas, dan banyak yang lebih dari siti istriku, tapi ketahuilah…..tidak ada satupun
yang bisa menggantikan posisinya di hatiku,….tau..!.}. kata djaka membentak sobari yang
bermaksud menghiburnya saat itu. Lalu djaka berjalan keluar dan pergi mengikuti kehendak
kakinya lagi, sobari pun bergegas mengikutinya untuk menahanya. salin bantah bahasa di
halaman basscam pun tak bisa di hindari. hingga membuat semua karyawan yang sedang
istirahat jadi terbangun dan Menontonya dan salin mengguncingkan djaka yang sedang
bertengkar dengan sobari saat itu. ada bilang…..


{ saya kira yang di rawat sobari itu orang gila…ternyata bukan },{iya saya kira juga begitu }, ada
juga yang bilang, { saya kira bisu atau pikun dan hilang ingatan }, { memangnya dia itu siapa
sih…..saudara bukan teman bukan…kok di pikiri. seperti kurang kerja’an saja }, kata sebagian
karyawan yang sedang menonton pertengkaran antara djaka dan sobari saat itu.


Mendengar suara mereka yang sumbang itu, djaka jadi panas telinga dan mengalihkan
amarahnya pada mereka. dan dengan suara yang lantang, djaka mengarahkan pandangan
matanya yang tajam bagaikan ujung pedang, pada pusat suara2 tersebut, lalu melangkah ke
arahnya dan menyeretnya dan di hajarnya, awalnya mereka salin melawan dan membela diri,
tapi setelah tau kalau djaka tidak seperti yang mereka duga, merekapun salin tersungkur
merangkak untuk minta ampun pada djaka, namun djaka tidak peduli sama sekali. djaka tetap
melampiaskan amarahnya bahkan menantang semua orang yang hadir di tempat itu untuk
bertarung sesuai dengan keinginan mereka masing2


Tapi tak satupun yang berani membalas tatapan mata djaka, apalagi menerima tantanganya,
untung sobari berhasil menenangkan djaka, dan djaka masih mau mendengarkan ucapan
sobari, karena merasa punya hutang budi padanya. lalu sobari menarik dan membawa djaka
masuk ruangan tempat tidurnya, di peluknya djaka sambil berkata….


{ kenapa kamu bisa seperti itu santoso…..tenangkan hatimu, mari kita sama2 berusaha mencari
jalan keluarnya, jangan menuruti emosimu }.


Tapi sejak kejadian itu, semua karyawan yang ada di tempat itu, jadi hormat pada sobari, dan
banyak yang ingin bersabat dengan djaka tolos. tapi sobari dan djaka menanggapi semua itu
dengan biasa2 saja. setelah proyek selesai dan pindah ke kota mamuju. sobari pun ikut serta
pindah ke mamuju sulawesi selatan bersama djaka, sobari berpikir tidak akan melepaskan djaka
jika djaka masih dalam keada’an seperti itu. sesampainya di mamuju, djaka masih tetap sering
melamun memikirkan anak dan istrinya, hingga pikiranya lebih sering kosong di banding
tidaknya. lalu sobari mencoba mencarikan hiburan buat djaka.


Dengan cara mengajaknya jalan2 ke kota, sa’at mampir makan di restoran ikan bakar khas
sulawesi, sobari memperkenalkan djaka dengan seorang gadis cantik pelayan restoran itu, djaka
pun sedikit terhibur karenanya, gadis itu bernama nur halimah. dan sejak perkenalan itu. nur
halimah sering datang main ke basscam untuk menemui djaka. kedatanganya, membuat djaka
jadi merasa berhutang budi padanya, karena itu juga, lalu sobari memaksa djaka untuk menikah
dengan gadis itu. Asal djaka bersedia, semua biaya perkawinan sobari yang tanggung, dan
akhirnya pernikahan itupun terjadi juga, djaka menikahi nur halimah pada bulan 10 tahun 1983.


karena djaka akan tinggal bersama istri barunya, lalu sobari minta waktu satu malam pada djaka
sebagai tanda pisah ranjang. dan semalam suntuk pula sobari mencumbui djaka bagaikan
istrinya sendiri, karena sudah tau dan memahami tentang sobari, djaka pun melayaninya dengan
senang hati dan tanpa beban apapun. Setelah itu lalu djaka tinggal bersama nur halimah istri
keduanya itu di kota. namun walau begitu, sobari sering mengunjungi djaka dua hari sekali.
namun djaka tetap tak bisa melupakan siti istrinya dan ria susanti anak tercintanya, dia masih
sering termenung melamun memikirkan mereka, jika di tanya istrinya, djaka selalu mengelak
dengan berbagai kebohonganya, namun lambat laun kebohongan itu pun di ketahui istri, karena
tau dan merasa di jadikan sebagai pelampiasan nafsu dan pelarian cinta. pertengkaran pun
sering terjadi antara djaka dan nur halimah istrinya, dan pada akhiranya, rumah tangga yang
baru berumur 5 bulan itupun jadi kandas dan putus di tepi jurang.


Setelah perceraian itu, djaka kembali tinggal bersama sobari lagi. setelah proyek pengaspalan
jalan di mamuju selesai. lalu bersama proyek itu pula pindah tempat ke pualau peleng. tepatnya
di kota kabupaten banggai, yang terletak di sebrang laut selatan kota luwuk. setibanya, seperti
biasa djaka lebih sering melamun dari pada membantu pekerja’an sobari sebagai pemborong
bangunan jalan, setelah 20 hari di banggai, waktu itu sa’at para karyawan istirahat kerja, tempat
mandi dari air pancuran di lereng bukit yang merupakan satu2nya tempat mandi di baascam.
membuat semua karyawan harus rela antri bergilir tiap2 mau mandi, dan seperti biasa pula djaka
selalu mengambil antrian paling terakhir yang bertepatan dengan waktu tenggelamnya matahari.


Namun waktu ini bagi djaka adalah waktu yang di anggapnya paling istimewa, karena pada sore
itu djaka tolos melihat dan bertemu dengan seorang gadis yang semuanya sangat mirip dengan
siti istri tercintanya, untuk dapat menikmati pandanganya yang terasik itu, djaka pun memilih
mengalah dan membiarkan gadis kampong itu mandi duluan, seusai gadis itu, karena tak mau
kehilangan kesempatan, djaka pun tak jadi mandi melainkan hanya cuci muka saja, dan segera
mengejar gadis itu, sambil berjalan santai, djaka memperkenalkan diri, begitu juga dengan gadis
itu, Sebut saja, namanya palawang. tinggalnya di kampung wajo kecamatan salakan, dan
setelah pertemuan dan salin kenal itu, lalu djaka sering mengadakan pertemuan berdua dengan
palawang di sebuah tempat kusus, yaitu di bawah pohon laban yang tumbuh di tepi jalan
samping tebing yang jalanya sedang di aspal, dalam pertemuan cinta itupun, banyak cerita indah
yang salin terungkap di sana, tak satupun orang yang mengetahui pertemuan itu, termasuk
sobari, karena djaka merahasiakan dari semuanya.


Hingga pada suatu sa’at. terucaplah sebuah janji dari mulut djaka. yang mengarah pada sebuah
perkawinan, untuk niyatnya itu, lalu djaka meminta pada palawang agar memperkenalkan dirinya
dengan keluarga, terutama kedua orang tuanya, lalu djaka di ajaknya ke rumah. namun sayang,
pada sa’at itu, menurut palawang semua keluarga sedang pergi kondangan di desa sebelah, di
sana sedang ada pesta keluarga, pulangnya sekitar 2 hari lagi, dan palawang tidak ikut karena di
suruh untuk menjaga rumah. akhirnya, rumah besar yang indah dan megahpun jadi terasa ganjil,
karena hanya di tempati seorang gadis saja, djaka pun merasa bebas dan leluasa, perbincangan
tentang perkawinan pun terus berlanjut, sambil bercerita indah, gadis itu merebahkahkan bagian
tubuhnya ke pangkuan djaka, hal itu membuat djaka jadi mana tahan.


Hingga di malam itu, terjadilah hubungan badan, yang seharusnya di lakukan setelah menikah
bukan sebelum nikah. keduanya salin di landa asmara hingga lupa diri, esok malamnya djaka
datang lagi kerumah itu, ditemuinya palawang sedang terisak nangis seorang diri di sudut
kamarnya, sa’at djaka masuk. hal itu membuat djaka merasa sangat bersalah akan kejadian
semalam. sambil menangis palawang mengeluhkan rasa kawatirnya pada djaka, dan dengan
kesungguhan djaka berjanji akan tetap bertanggung jawab atas apa yang telah di perbuatnya
kemarin malam. namun palawang tetap ragu dan tetap menangis. lalu agar salin percaya, salin
mengadakan perjanjian terlarang. keduanya salin melukai lengan tanganya masing2 dengan
cara menggoreskan pisau tajam hingga berdarah. lalu salin mengucapkan janji yang di sepakati
sambil menghisap darah tersebut. djaka tolos menghisap darah milik palawang dan palawang
menghisap darah djaka tolos. setelah itu barulah palawang merasa lega dan percaya akan janji
tersebut. setelah mengadakan perjanjian itu, lalu keduanya salin berpelukan dan salin
menyalurkan gelora asmaranya hingga sama2 merasa melayang tinggi ke alam sorga maniloka
yang berhias seribu cinta dan sejuta kasih, setelah keduanya tergulai lemah di atas ranjang yang
baru saja di hujani asmara cinta itu. tiba2 palawang yang semula sangat mirip dengan siti istri
djaka, mendadak berubah menjadi seorang wanita cantik, bahkan sangat cantik, hingga djaka
merasa baru kali itu melihat wanita berwajah cantik sesempurna itu, dengan busana yang indah
gemerlap, wanita itu berdiri di tepi ranjang, tepat di samping djaka yang sa’at itu masih terbaring
lemah, telanjang bulat, karena usai di gulung badai cinta. Sambil tersenyum, wanita itu bercerita
tentang siapa dirinya yang sesungguhnya.


Ternyata….dia……adalah seorang ratu dari bangsa halus….sekilas cerpen tentang gadis yang
awalnya mirip dengan siti istri djaka, yang mengaku bernama palawang.
( dulu….di pulau peleng berdiri sebuah keraja’an dayak, dan pulau peleng sangatlah di kenal
dengan hewan2 buruanya, sehingganya, raja dari majapahit bernama prabu brawijaya sangat
tertarik ingin berburu ke pulau peleng. dan sang raja dari tanah jawa itu pun berangkat bersama
pengawal kususnya untuk berburu ke pulau peleng. setibanya di pulau itu, sang raja bertemu
putri dayak yang bernama bidae arum, dan sang raja jatuh cinta padanya, lalu atas restu sang
ayah, bindae arum di kawinkan dengan prabu brawijaya, raja asal dari tanah jawa resebut.
Setelah perkawinan itu, bindae arum mengandung benih sang raja jawa itu, namun sayang.


Sebelum kandungan itu lahir, sang raja sudah terpanggil untuk segera kembali ke tanah jawa
guna menduduki tahta kewajibanya sebagai raja, lalu dengan berat hati dan kesedihan pula
bindae arum di tinggal ke tanah jawa dalam keada’an hamil tua. namun sebelum pergi, sang raja
sempat meninggalkan kenangan sebagai tanda dan bukti kalau dirinya akan selalu menjadi
miliknya selamanya, kenangan itu berupa lambang keraja’an majapahit. Sepulangnya sang raja
ke tanah jawa, selang beberapa bulan kemudian lahirlah jabang bayi kembar dari rahim bindae
arum, sebagai tanda hasil perkawinan tersebut.


Lalu kedua anak itu di beri nama jalala dan jalali. setelah tumbuh dewasa kedua anak tersebut
menanyakan bapaknya, karena tak mau di anggap buruk oleh kedua putranya, lalu bindae arum
menceritakan kejadianya, setelah tau, sang putra lalu minta di pertemuka dengan bapaknya
sebagai bukti kalau cerita itu benar adanya. lalu bindae arum menyuruh kedua sang putra itu
menyusulnya ke tanah jawa dengan membawa lambang keraja’an peninggalan bapaknya
sebagai bukti kalau mereka adalah putranya.


Berangkatlah kedua putra itu menuju tanah jawa, setibanya di tengah laut, karena tak mau
tersaing. lalu sang adik membunuh sang kakak. dan jasadnya di ceburkan ke laut, sa’at tubuh itu
masuk ke dalam laut. berubahlah tubuh jalala menjadi se ekor ikan yang kini di sebut ikan
pare, lalu berkata, {hae...adik, ingatlah perkataanku ini, kelak, ajalmupun ada di laut ini
bersamaku} sementara jalali tetap melanjutkan perjalananya ke tanah jawa untuk menemui
bapaknya, setibanya di tanah jawa dan berhasil menemui bapaknya yang jadi raja di majapahit.
Jalali baru percaya dengan kata2 ibunya dan merasa lega, setelah belajar beberapa sa’at
kepada bapaknya, lalu jalali kembali ke pulau peleng. Setibanya di tempat, sa’at di tanya oleh
ibunya tentang kakaknya, jalali tak bisa mengelak, dan menceritakan yang sebenarnya,
mendengar hal itu, bindae arum terkejut hingga jatuh sakit dan meninggal dunia. setelah
kakeknya berusia lanjut lalu kedudukanya di wariskan pada jalali cucunya, setelah di nobatkan
sebagai raja, jalali menikah dengan wanita dusun, dan di karuniai seorang putri yang di beri
nama ratu gadis palawang. Jalali kemudian meninggal dunia di usia muda sa’at memancing ikan
di laut, ajalnya tiba karena balas dendamnya sang kakak yang dulu di bunuhnya dan di buang
kelaut hingga berubah menjadi ikan pare, dan jalali lupa akan kejadian itu, sehingga memancing
di laut, dan kailnya di makan ikan pare yang tidak lain adalah kakaknya sendiri yang sudah lama
mengincarnya, jalala melampiaskan pembalasanya sa’at jalali sedang melepaskan ikan pare itu
dari kailnya, ekornya yang merupakan senjata beracun mematikan, dan sudah lama di
siapkanya, langsung di tusukanya ke paha jalali hingga meninggal, dan sejak itu kedudukanya
sebagai raja di ambil alih oleh putri tunggalnya bernama ratu gadis palawang.


Menjelang usianya yang telah dewasa, keraja’an banggai pun tidak lepas dari penjajahan
belanda, sang ratu yang arif bijaksana dalam memerintah rakyatnya dan tidak suka dengan
pertumpahan darah atau perang, lalu menyabda keraja’an banggai beserta rakyatnya menjadi
perpindah ke alam prayangan, sa’at penjajahan belanda tiba dan menyerang pulau banggai,
sehingganya pulau terlihat menjadi hutan belantara tak perpenghuni sama sekali. namun
sayang, walau sudah merdeka ini, keraja’an tersebut tetap menjadi penghuni alam ga’ib. tak bisa
kembali ke alam dunia lagi, karena sang ratu tak memiliki pamungkasnya, untk mengembalikan
kerajaanya ke dunia nyata lagi.


Akhirnya hingga kini menjadi penghuni tetap di alam halus}. itulah sekilas kisah gadis yang baru
di kenal oleh djaka. Yang ternyata dia adalah ratu banggai yang sedang jatuh cinta pada djaka
dan djaka tidak boleh mengingkari janjinya yang telah bersedia menikahinya, karena djaka telah
berenang dan meminum airnya, sang ratu pun akan menuntut jika djaka ingkar janji, Mendengar
dan setelah tau tentang apa yang sedang di alaminya. masih dalam keada’an telanjang
bulat, djaka langsung melopat dari atas ranjang lalu lari kabur sekuat mungkin menuju
basscam, setibanya, langsung memeluk sobari yang sa’at itu sedang mempersiapkan diri akan
tidur. melihat djaka yang pulang dalam keada’an telanjang dan langsung memeluknya sambil
menangis, menjadi gugup dan bingung. lalu segera di berinya kain untuk menutupi tubuhnya
yang bugil, dan djaka pun segera menceritakan kejadianya dari awal hingga akhir.


Lalu minta ma’af pada sobari, karena telah merahasiakan semua kejadianya, mendengarnya
sobari menjadi tersentak kaget antara percaya dan tidak percaya, tapi djaka yang ketakutan
terus memohon agar mencari jalan keluarnya secepat mungkin. karena pernikahan itu akan
berlangsung pada bulan purnama ini. dan bulan purnama itu kurang 3 hari lagi. semalam suntuk
djaka dan sobari tidak tidur, memikirkan masalah tersebut, sementara djaka yang sedang
ketakutan, tak mau melepas pelukanya pada sobari hingga menjelang pagi. Karena penasaran
lalu sobari meminta djaka untuk mengantarnya pergi ke tempat itu, dengan penuh
rasa takut djaka pun mengantar sobari ke rumah palawang, djaka menjadi semakin takut setelah
tau dan melihat, rumah palawang yang besar dan megah itu, ternyata hanyalah serumpun
semak belukar yang tumbuh di bawah pohon beringin di tepi jalan. dan sejak itu djaka dan sobari
serta di bantu beberapa rekanya. mencari dukun untuk membantu menyelesaikan masalah
tersebut.


Namun sayang, hampir semua dukun kampong yang membantu masalah djaka, selalu berakhir
dengan kematian, akibatnya tak ada lagi dukun yang mau membantunya lagi. hingga pada suatu
sa’at. Waktu itu situasi basscam sedang di rundung ketegangan, datanglah seorang lelaki tua
yang merupakan ketua adat di desa itu, semua mengira kalau orang itu akan menolong djaka,
ternyata tidak, dia hanya memberikan ketegasan pada djaka, agar menerima kenyata’an yang
tlah terjadi.


Karena menurutnya, {Dulu hingga sepanjang masa di pulau peleng kabupaten banggai ini, setiap
tahunya pasti ada pemuda yang hilang, hilangnya pemuda tersebut karena di ambil oleh ratu
gadis palawang, untuk di jadikan suami sesa’at, setelah setahun, lalu pemuda itu di kembalikan
lagi dalam keada’an utuh dan sehat, kemudian mengambil pemuda lainya sebagai ganti, dan
selalu seperti itu dan selalu begitu, hingga semua jadi paham dan hapal. sampai menjadi sebuah
kebiasa’an tradisi. Jadi, jika ada pemuda yang hilang secara tiba2, tak satupun yang mencari,
baik dari pihak keluarra maupun warga, karena jika di cari akan menimbulkan bala bencana, toh
jika sudah waktunya, akan di pulangkan lagi. walau begitu, seluruh pulau ini selalu tenang dan
damai tak pernah ada masalah apapun, yang kemudian munculah sebuah proyek pengaspalan
ini, tujuanya memang baik dan bagus, karena memperbaiki dan memperindah kemajuan desa
ini, tapi seharusan tidak asal di lakukan, setidaknya harus menyesuaikan adat setempat.


Sebagai tanda pamit atau ijin pada leluhur setempat, minimal selamatan atau sukuran, begitulah
menurut sesepuh itu, lalu lanjutnya, penggusuran tebing2 untuk pelebaran jalan yang akan di
bangun. pohon2 yang di tumbangkan, itu adalah merupakan tempat tinggal para leluhur wilayah
ini. coba kita bayangkan sendiri. jika yang mengalami hal itu adalah kita, rumah kita tanaman kita
di gusur dan di runtuhkan hingga hancur berkeping-keping tanpa sebab dan alasan apa2, bagai
mana perasa’anya, seperti itulah yang di alami oleh sebagian para leluhur di wilayah ini. mereka
menjerit meratap karena kehilangan tempat tinggalnya masing2, sudah jelas kita akan marah
dan menuntut, Sama. mereka pun begitu. seharusnya proyek ini sudah di hancurkan oleh para
penghuni tempat ini sejak pertama kali di adakan. karena ratu mereka marah dan tidak terima
senang, tapi lagi. Karena ratu mereka jatuh cinta pada salah satu orang yang sedang menjadi
karyawan di proyek ini, hingga proyek ini menjadi tetap utuh hingga sekarang. takan ada orang
yang bisa dan mampu melawan kekuatan ratu leluhur kami di sini, sekalipun di datangkan
dukun2 sakti dari segala penjuru, karena posisi kalian adalah posisi salah. datang di rumah
orang tanpa ijin tanpa pamit, merusak lagi.

Dan karyawan yang bernama santoso itu adalah di
anggap sebagai ganti ruginya, Jadi, percuma kita melakukan apapun, karena hasilnya akan sia2}
Seperti itulah kata sesepuh itu, selanjutnya, yang kemudian pergi begitu saja tanpa pamit pada
siapapun. setelah mendengar penjelasan dari orang tersebut, semuanya jadi tau dan paham,
terutama djaka, pikirnya mungkin ini semua sudah takdir nasibnya, sejak kejadian itu, banyak
karyawan yang pulang karena takut, sementara djaka selalu berduka bersama sobari, hampir
setiap sa’at djaka wanti2 berpesan pada sobari. agar menyampaikan salam pada kedua
orang tunya di kampung, Dan tibalah malam purnama itu, waktu itu semua karyawan tak ada
yang berani tidur, semuanya salin bergerombol penuh dengan ketegangan, sementara djaka tak
mau melepas pelukanya pada sobari. namun sobari tak bisa berbuat apa2 untuk djaka, kecuali
perkata’an ma’af atas kesalahanya, karena telah membawanya ke pulau ini, lalu tepat bulan
berada di atas kepala, segerombol pasukan wanita datang tiba2, tak satupun yang bisa melihat
kedatanganya itu kecuali djaka sendiri. mereka adalah utusan ratu gadis palawang untuk
menjemput djaka tolos sebagai pengantin pria, Dan sobari pun tersentak kaget sa’at djaka tolos
mendadak hilang dari pelukanya. sobari menangis sambil memanggil djaka tolos, jaka
mendengar suara panggilan sobari, tapi sobari tidak mendengar jawaban djaka, hingga djaka
pun pergi jauh bersama orang2 itu.


Sampailah djaka di sebuah tempat yang sangat asing baginya, udaranya beda dari biasanya,
cuacanya juga beda, tempatnya juga beda, semua serba beda dan ganjil. tapi djaka tak bisa
berbuat apa2, lalu dengan di iring orang2 itu, djaka memasuki pintu gerbang halaman yang
sangat besar dan indah, hingga memasuki sebuah rumah yang cukup luas dan besar serta
megah sekali. di dalamnya terdapat banyak kaum wanita di banding kaum lelakinya. di sebuah
singgasana yang megah, terlihat ratu gadis palawang sedang duduk menanti kedatangan djaka
tolos calon suaminya. Setibanya djaka di hadapanya, hadirlah beberapa orang tua yang
kemudian mengesahkan pertemuan itu, lalu palawang berdiri menghadap pada semua rakyat,
dan mengumumkan kalau mulai sa’at ini. dia telah bersuami. dan di perkenalkan pula seluruh
rakyatnya dengan djaka, lalu di lanjutkan dengan sebuah pesta adat selama satu minggu
berturut2.


Di sana djaka juga melihat warga kampong di alam manusia ikut merayakan pesta perkawinan
itu, sementara pesta berlangsung, djaka di ajak berkeliling untuk mengenal seluk beluk tempat
tinggalnya yang baru itu,
{ seumur hidup aku baru kali ini melihat dan masuk serta tinggal di sebuah tempat yang luas
besar indah dan megah, sperti ini } pikir djaka dalam hati. lalu palawang berkata sambil
tersenyum pada jaka,……{ mulai sa’at ini, semua yang kumiliki adalah milikmu juga,
tempatku, kekaya’anku, rakyatku, kedudukanku, dan semuanya serta segalanya adalah milikmu
jg. aku adalah kamu. dan kamu adalah aku } begitulah kata Ratu gadis palawang kepada djaka
tolos meyakinkan.


Setelah di pikir2 oleh djaka, akhirnya djaka pasrah juga dengan semua kenyata’an yang sedang
dialaminya. Dan hari demi hari yang telah di lalui oleh djaka, akhirnya jadi terbiasa juga, malah
baginya, di sini jauh lebih nyaman, damai dan mewah, semua yang di inginkanya tersedia dan
terlayani penuh kehormatan dan kasih sayang, semua orang hormat dan tunduk padanya,
hingga djaka merasa suka dan bahagia sekali, Setelah kebahagia’an itu hadir menyelimuti
kehidupan baru djaka, djaka mulai timbul niyat untuk mempelajari apa yang di miliki oleh ratu
gadis palawang, terutama tentang ilmu. dan dengan senang hati ratu gadis palawang
mewariskan hampir semua ilmunya pada djaka tolos.


Singkat punya cerita’ entah berapa lama djaka tolos tinggal bersama ratu gadis palawang di
alam prayangan sebagai suami istri, karena djaka sendiri tak bisa menghintung hari2 di alam itu,
karena baginya susah di bedakan antara siang dan malam, keduanya hampir sama tak berbeda,
Dan pada akhirnya djaka tolos berhasil menguasai separuh ilmu yang di miliki oleh istrinya. sa’at
dalam pertemuan antara pemimpin dan rakyatnya, tiba2 muncul di hadapanya pangeran
lajer, buyutnya jaka tolos, karena dia adalah bapak dari Pangeran Damarjati, kedatanganya hadir
di hadapan djaka dan istriya, untuk memberi tahu kalau keada’an madsalim bapaknya djaka,
dalam posisi kritis, dan sangat membutuhkan kehadiran djaka segera, juga memberi pengertian
pada ratu gadis palawang untuk tidak mengikat djaka dan memberinya kebebasan, karena
tanggung jawab dan perjalanan djaka sangat panjang dan teramat besar dan penting, namun
sayangnya seribu kali sayang lagi, sa’at djaka berusaha mencari tau yang sesungguhnya,
pangeran lajer masih belum juga mau menjawab, jawabanya sama dengan jawaban pangeran
damarjati dan pangeran anom. djaka pun masih kecewa dan di hantui rasa penasaran itu. Lalu
beberapa waktu kemudian, atas saran dan ijin sang istri. djaka pergi menemui madsalim
bapaknya di kampung. setelah salin berjanji untuk tidak salin berhianat, ratu gadis palawang
mengantarkan djaka hingga sampai di perbatasan desa,djaka sedikit samar dengan desanya
yang telah mengalami perubahan, desa yang dulu di tinggalnya masih kampung, kini telah
menjadi kecamatan, lalu djaka mulai berjalan dengan penuh kewaspada’an.


Sambil mengingat
arah tujuan ke rumahnya, waktunya sekitar jam 9 malam, di tepi jalan djaka singgah di sebuah
kios untuk membeli rokok. djaka kenal betul dengan pemilik kios tersebut, karena kios terdekat
dari rumah tempat tinggalnya, pemilik kios itu bernama mbah Sarif, namun sa’at djaka sampai di
depan kios dan membeli rokok. djaka terkejut sa’at itu juga mbah sarif ketakutan melihat djaka.
Dalam ketakutanya itu. Mbah sarip lalu berteriak hingga banyak warga yang berdatangan.
Sementara mbah sarif sendiri langsung jatuh pingsan karena ketakutan. djaka bingung di
buatnya, pikir djaka...

{apakah wajahnya telah berubah menjadi buruk dan mengerikan. Stelah perkawinanku dengan
palawan ya, shingga menakutkan orang }, karena tak mau ada masalah, lalu djaka segera pergi
meninggalkan kios itu, sebelum warga berdatangan, di sepanjang jalan djaka selalu berpikir
sambil meraba-raba wajahnya, hingga tiba di rumahnya, sa’at itu rumah madsalim orang tua
djaka nampak sangat sunyi sekali. tidak biasanya rumah itu sunyi diwaktu sore hari, di intainya
dari balik celah dinding rumah tentang seisi rumahnya, djaka kawatir kalau keluarganya telah
berpindah rumah. dari balik celah jendela, djaka melihat madsalim bapaknya sedang dalam
pasungan, seperti orang gila, karena tak sabar lagi ingin segera tau kejadianya, djaka langsung
memanggil-manggil ibunya untuk di bukakan pintu.


Tapi tak satupun yang keluar dari kamar
untuk membuka pintunya. djaka mendengar seperti ada suara orang yang sedang ketakutan di
dalam kamar itu. tanpa menyerah djaka terus memanggil-manggil dengan suara yang cukup
keras, hingga semua tetangga pada dengar dan berdatangan, bersama’an itu
djaka melihat sang ibu keluar dari kamar, dan penuh ragu membuka pintunya. sementara warga
yang berkumpul di jalan sana. salin pandang entah apa yang sedang mereka pikirkan.
Sa’at pintu terbuka dan melihat djaka tolos yang sedang berdiri di depan pintu, dewi arimi ibu
djaka, terkejut dan langsung jatuh pingsan, untung djaka segera menangkapnya, sehingga tidak
sampai jatuh ke tanah, lalu penuh penasaran djaka membopong tubuh ibunya masuk ke kamar,
di lihatnya adik dan kakaknya serta keluarganya berlarian keluar rumah penuh ketakutan, tak
berselang lama kemudian, kepala desa dan stapnya bersama warga masuk ke dalam rumah
djaka. Hingga rumah menjadi penuh oleh warga. djaka semakin tidak mengerti. lalu djaka
mendekati kepala desa dan mohon penjelasan tentang apa yang sedang di alami keluarganya,
lalu di ceritakanya pada djaka.


Menurut cerita kepala desa:
{pada waktu itu……tiba2 datang kabar dari minahaki, salah satu desa kecil yang berada di atas
bukit tebing tepi pantai yang berkecamatan batui, kabar itu menceritakan tentang seorang warga
setempat yang menemukan mayat di jurang tepi pantai, tubuh dan wajah sudah tidak bisa di
kenali lagi, karena telah rusak, tapi dari saku celana yang di pakai mayat itu, warga menemukan
dompet yang berisikan beberapa uang dan surat2 serta ktp, dan ktp itu adalah milikmu nak
santoso, dan karena bukti itulah kami dan keluargamu menyakini kalau itu adalah kamu.


kamipun segera ke desa itu untuk membawa pulang jasad yang kami yakini adalah kamu itu.
,dan menguburnya seperti pada umumnya, madsalim bapakmu yang tidak bisa menerima
kenyata’an tersebut. jadi hilang kesadaran, karena sering melakukan hal2 yang
membahayakan orang lain. lalu demi keamanan dan kenyamanan. kami memasungnya, dan
sejak pemakaman itu hingga sekarang. sudah dapat setahun lebih, dan karena itulah kami
semua merasa heran dan penasaran serta takut, karena orang yang sudah kami kubur setahun
yang lalu. kini muncul kembali}


Begitulah cerita menurut kepala desa kepada jaka tolos yang bertanya ke padanya, setelah
selesai bercerita, lalu kepala desa itu balik bertanya kepada djaka tentang kejadian yang di alami
dirinya selama ini. lalu djaka pun bercerita tentang semua yang di alaminya dari awal hingga
akhir. dan malam itu menjadi malam yang paling istimewa bagi warga kandang jongak kususnya.
djaka tolos pribadi tentang kejadian tersebut, semalam suntuk rumah djaka ramai di penuhi
warga yang ingin melihat djaka kembali.


Setelah sadar, dewi arimi memeluk djaka dan tak henti2nya menciumnya, sementara madsalim
mendadak sembuh, ketika melihat putranya yang di anggap telah mati ternyata masih hidup.
Paginya dengan di antar kepala desa dan setapnya, juga kedua orang tuanya djaka berkunjung
ke pemakaman untuk melihat kuburanya. karena penasaran dan ingin membuktikan
kebenaranya, lalu warga sepakat untuk membongkar kembali makam tersebut, ternyata setelah
di bongkar, kuburan itu adalah kuburan kosong, tak ada apa2 kecuali kain putih yang di
temukan.


Setelah setengah bulan tinggal bersama keluarga di kampung, rumah djaka mulai sepi dari
pengunjung yang datang karena penasaran akan kejadian yang ganjil itu. hanya satu keluarga
yang tak kunjung datang, yaitu keluarga istrinya dari mayayap. setelah mendengar kalau siti
istrinya telah menikah, djaka kembali prustasi, ternyata bagi djaka. kenangan itu begitu sulit dan
berat untuk di lupakan begitu saja, lalu secara diam2 djaka pergi menemui keluarga baru istrinya
di mayayap. begitu melihat suami siti yang baru itu, jaka tolos menjadi lupa diri. ada amarah
dendam dalam dirinya juga, kebencian yang teramat sangat.


Akibatnya, djaka tolos lalu
menyeretnya keluar dari rumah dan di hajarnya tanpa di beri kesempatan untuk menghirdar,
melihat jumhari menantunya yang baru itu di hajar djaka, pak Parhan ikut tampil
untuk menolongnya. pertarungan pun beralih dengan pak parhan, hampir semua warga
mayayap berdatangan untuk melihat perkelahian itu. djaka pun berhasil mentaklukan pak parhan
yang pernah menjadi guru dan mertuanya itu. lalu di lemparnya hingga jadi berdampingan
dengan jumhari menantunya, lalu siti di istrinya cari dan di seret keluar rumah, tanpa sadar
tangan djaka mendarat sebagai tamparan amarah di pipi istri itu.


Lalu di hadapan warga djaka mengungkap peristiwa yang pernah terjadi tentang rumah
tangganya dulu. setelah mendengar kan penjelasan lengkap dari djaka tolos, barulah semua tau
dan sadar, bahwa apa yang di tuduhkan oleh istri dan mertunya pada sa’at itu adalah salah. lalu
djaka bertanya pada sang istri tentang siapa yang menyampaikan kabar fitnah itu, setelah di beri
tau orangnya, djaka langsung berkelit mencari orang tersebut, tak lama kemudian djaka sudah
menyeret orang itu dalam keada’an babak belur. setelah semuanya menjadi jelas, lalu djaka
memeluk putri tercintanya, Ria susanti yang telah sedikit tau duduk persoalanya walau masih
kecil itu, bisa meneteskan air mata sa’at berada di pelukan djaka tolos bapaknya, lalu djaka
membawa putrinya pulang ke rumah orang tuanya di kandang jongak, selang beberapa minggu
kemudian, siti istrinya datang menemui djaka. Untuk menyatakan penyesalanya, dan ingin rujuk
kembali, tapi djaka menolak dengan alasan kasihan dengan suami yang barunya itu,
{ walau kamu sudah menjadi milik orang lain. kamu tetap istriku yang sah, karena aku belum
pernah menceraikanmu, teruskanlah perjodohanmu denganya, karena
semua sudah terlanjur, nasi telah menjadi bubur tidak mungkin bisa di tanak kembali }


Begitulah kata djaka menolak istrinya yang meminta rujuk kembali,
Lalu siti balik berkata kepada djaka…

{ mas…walau di dunia kita tidak bersama, tapi di akherat nanti, kita pasti bersatu, karena kita
masih sah sebagai suami istri }

Setelah itu istri djaka pun pamit pulang, dan djaka pun melepasnya dengan air mata bersama
putri tercintanya. dan sejak itu djaka menjadi prustasi lagi. karena merasa tak sanggup
melupakan kenangan bersama istrinya. Di tambah lagi dengan masalah dewi atnesi kakaknya,
yang selalu di permainkan para lelaki. kini sudah menjadi janda untuk yang 8 kalinya, dan
mempunyai 3 anak yang berlaianan bapak. Djaka semakin dendam pada semua wanita, di
anggapnya semua adalah sama. Akibatnya, djaka jadi meraja lela untuk mempermainkan semua
wanita. hingga banyak yang menjadi janda seperti dewi atnesi kakaknya. awalnya djaka berguru
pada seorang wanita tua yang di juluki ratu pengasihan. Wanita itu bernama eyang trinil, usianya
sekitar 60 thn, dia seorang janda sakti berasal dari wonogiri pulau jawa. untuk berguru ilmu
pengasihan pada eyang trinil. djaka harus mengorbankan dirinya untuk rela di jadikan
pelampiyasan nafsu birahinya. Karena, eyang trinil meminta syarat berhubungan badan dengan
djaka, sebagai tebusan ilmu pengasihanya.


Hampir setiap habis menghapalkan kalimahnya/doanya, djaka selalu di minta untuk melayani
birahi eyang trinil, jika menolak, maka tidak akan mendapat kan apa2. akhirnya demi ilmu itu
djaka pun rela jadi budak nafsunya. 49 hari djaka berguru ilmu pengasihan/pelet pada eyang
trinil, dan selama itu pula djaka tolos berhubungan seks dengan eyang trinil sebagai syarat
utamanya, hingga berhasil memiliki seluruh ilmu dari eyang trinil. dan pada akhirnya eyang trinil
meninggal dunia setelah menurunkan dan menyalurkan semua ilmunya kepada djaka, dan mulai
sa’at itulah djaka tolos hidup sebagai sang petualang cinta asmara, menundukan banyak gadis
untuk di nikahinya dan tiap tiga bulan skali, kemudian di ceraikanya hingga di sebut janda seperti
kakaknya..Yang sudah punya suamipun tidak lepas dari dendam djaka...



Hampir setiap habis menghapalkan kalimahnya/doanya/jampi2nya, djaka selalu di minta untuk
melayani birahi eyang trinil, jika menolak, maka tidak akan mendapat kan apa2. akhirnya demi
ilmu itu djaka pun rela jadi budak nafsunya. 49 hari djaka berguru ilmu pengasihan/pelet pada
eyang trinil, dan selama itu pula djaka tolos berhubungan seks dengan eyang trinil sebagai
syarat utamanya, hingga berhasil memiliki seluruh ilmu dari eyang trinil. dan pada akhirnya
eyang trinil meninggal dunia setelah menurunkan dan menyalurkan semua ilmunya kepada
djaka, dan mulai sa’at itulah djaka tolos hidup sebagai sang petualang cinta dunia asmara,
menundukan banyak gadis untuk di nikahinya dan tiap tiga bulan skali, kemudian di ceraikanya
hingga si gadis bisa di sebut janda seperti kakaknya. Yang sudah punya suamipun tidak lepas
dari dendam djaka.. direbutnya, di pacarinya, lalu di tinggalkanya begitu saja...


Satu persatu wanita2 di kampunya snediri, sampai merambah ke gadis2 desa tetangga, di
peletnya, dengan ilmu pengasihan, hasil berguru pada eyang trinil... Hingga, semakin lama,
djaka semakin asyik menikmati kenikmatan sesa’at itu. Hingga merambah ke kota, Setelah
merasa cukup puas dan imbang/impas dengan derita kakaknya yang menyandang status
janda, djakapun berhenti berpetualang cinta di dunia asmara, tepat sa’at dewi atnesi kakaknya
mendapat seorang jodoh yang mau menerimanya dengan apa adanya serta bertanggung jawab
penuh sebagai seorang suami.


Setelah itu djaka mencoba mencari kehidupan baru di daerah lain. setelah memasrahkan ria
susanti putrinya pada sang ibu, lalu djaka pergi merantau ke manado sulawesi utara. Di sini
djaka bertemu dengan pak nyoman adimerta. orang yang pernah membuat geger di desa
mayayap dengan ilmu leyaknya, sa’at bertemu. Pak nyoman gentar dan ketakutan, tapi djaka
berusaha untuk menenangkanya, lalu, karena masih penasaran dengan ilmu leyak itu, lalu
djaka mengajak pak nyoman untuk pergi ke suatu tempat yang cukup sunyi. di tempat itulah
djaka menantang untuk adu ilmu dengan pak nyoman, tapi pak nyoman bukanya menerima
tantangan itu, justru malah pasrah kepada djaka untuk di bunuh saja, karena menurutnya,
hidup sudah tak berarti lagi baginya, karena akibat ilmu tersebut, dia telah kehilangan anak
istri, tempat tinggal dan semua saudara serta teman, juga semua orang memusuhinya,
menolakanya, bahkan membenci dan mengucilkanya. Untuk itu dia memilih mati saja.


Mendengarnya djaka menjadi sangat iba dan terharu, teringat akan masa kecilnya dulu. Sa’at
tersisih dari semua orang di kampungnya, djaka juga pernah merasakan bagaimana menjadi
orang tersisih, orang terkucil, orang yang terusir dan tertolak, lalu djaka menghampiri pak
nyoman yang sedang tunduk bersimpuh di hadapan djaka, di meraih kedua bahu yang sedang
terisak itu, lalu di suruhnya berdiri dan di peluknya, belum sempat djaka berkata-kata, pak
nyoman sudah bermohon lagi,…


{ tolonglah saya….saya ingin membuang ilmu yang telah memperdaya saya ini… tolong
bantu saya, jika tidak bisa juga, bunuh saja saya, dari pada saya hidup tapi membuat orang
lain celaka,….} kata pak nyoman berohon kepada djaka tolos.


Lalu djaka merangkul pak nyoman untuk dijadikan saudara angkatnya, lalu di bawanya ke
tanah toraja untuk menemui sahabatnya bernama yohanes, dulu yohanes pernah bercerita
pada djaka tentang kelebihan tanah toraja, dengan ilmu mejignya, untuk itulah djaka datang
ke toraja sulawesi selatan, dengan harapan di sana pak nyoman bisa terbantu, setibanya di
tanah toraja, djaka di ajak oleh yohanes berkeliling ke tempat2 keramat peninggalan para
leluhur tanah toraja, dan di antara tempat yang di tunjukan oleh yohanes, ada satu yang
membuat djaka tertarik untuk mengetahuinya. yaitu goa pemakaman para leluhurnya. Lalu
atas ijin dari keluarga yohanes, djaka masuk ke dalam goa tersebut, setelah cukup puas dan
jelas dengan penjelasan dari juru kuncinya, lalu djaka kembali ke rumah yohanes untuk
beristirahat, malamnya, djaka merasa ada sesuatu yang ganjil menyelimuti lingkungan dan
rumah yohanes, hingga mata djakapun, susah untuk di pejamkan, tepat tengah malam, pak
nyoman yang sedang tidur di sampingnya, memdadak tersentak bangun dan menggerang
bagaikan harimau lapar, sambil mencekik lehernya sendiri. pak nyoman berguling kesana
kesini bab orang yang sedang menahan rasa sakit yang teramat sangat.


Djaka menebak kalau
ilmu leyak itu sedang timbul dan minta di pergunakan, tapi pak nyoman menolaknya, lalu
karena tak sampai hati menyaksikan pak nyoman yang meraung raung itu, djaka
menggunakan kekuatanya untuk membantu pak nyoman meredam gejolak ilmu itu agar tidak
timbul, dan usaha djaka berhasil, setelahnya……


Pak nyoman bermohon lagi untuk segera di bantu, karena sudah tidak kuat lagi hidup dalam
keada’an seperti itu, semalam suntuk akhirnya berdua tidak tidur, salin tegang memikirkan
tentang ilmu yang telah menganiaya dan membelenggu hidup pak nyoman itu. menjelang
pagi, djaka merasa kantuk yang teramat sangat, hingga tanpa sadar djaka pun jadi tertidur
dengan pulasnya, namun baru saja terpejam pulas, djaka sudah di kejutkan oleh sebuah
mimpi yang sangat buruk. Djaka bermimpi melihat pak nyoman memakan 7 bayi sekaligus di
hadapan djaka, sa’at itu juga djaka terbangun dengan terkejut karena mimpi itu, di lihatnya
pak nyoman masih duduk termenung di sudut ranjang, lalu djaka bertanya tentang cara yang
bisa membuat ilmu itu tidak timbul selain dengan memakan bayi atau minum darah segar,
lalu di ceritakanya pada djaka, menurut pak nyoman, satu-satunya cara agar ilmu
itu tidak sering timbul adalah, harus di gunakan untuk memakan daging bayi yang segar atau
minimal minum darah seorang yang baru saja melahirkan, dengan begitu ilmu itu tidak sering
timbul, timbulnya hanya setiap bulan purnama saja. ada cara lain yang bisa meredam agar
ilmu itu tidak timbul, tapi kekuatanya hanya mampu satu minggu saja, jika setelah satu
minggu itu tidak di lakukan pencegahan, maka hari berikutnya akan timbul lagi, bahkan
timbulnya lebih ganas di banding sebelumnya…..


{ lalu cara itu apa…?.}.tanya djaka penuh penasaran. { caranya dengan meminum air hidup,
tiap seminggu sekali…}. jawab pak nyoman…{ maksudnya air hidup itu apa…?.}, tanya
djaka yang minta penjelasan. { air hidup itu yang punya hanya kaum lelaki saja, dan lebih di
kenal dengan sebutan banyu mani atau sperma…}, jawab pak nyoman dengan sedikit
keraguan, lalu dengan berpikir sejenak djaka langsung menjawab…..{ baiklah….kalau itu
memang satu2nya cara lain untuk meredam ilmu itu, untuk sementara waktu, selagi saya
belum bisa menemukan orang yang bisa melunturkan ilmu itu, saya sanggup membantu
bapak dengan memberikan sperma saya tiap seminggu sekali, untuk meredam ilmu itu agar
tidak timbul menuntut atau minta di gunakan.


Dan mulai sejak itulah djaka selalu melayani pak nyoman tiap seminggu sekali sebelum
ilmunya timbul, dengan memberinya air spermanya yang di awali dengan bercumbu terlebih
dahulu untuk mempermudah proses pengeluaranya, karena djaka kesulitan mengeluarkan
spermanya tanpa adanya pasangan, permainan bak suami istri, antara sesama jenispun.


Dialami djaka tolos, demi kasihnya kepada pak nyoman, awalnya djaka risih dan bimbang,
tapi rupanya pak nyoman memiliki pengalaman tentang hubungan sesama jenis, sehingganya,
proses sulitnya dapat di tanggulangi, seminggu skali, setiap malam jumat, djaka
mempersiapkan dirinya di atas ranjang, menunggu permainan seks sejenis dari pak nyoman,
yang amat sangat membutuhkan spermanya, guna mencegah timbulnya ilmu jahat/leyak
tersebut, untuk ke empat kalinya djaka melakukan, djaka sedikit kaget, ketika pak nyoman
juga ingin mengeluarkan spermanya, kala itu, pak nyoma menyodorkan kelaminya ke mulut
djaka, melihat kelamin yang tidak di sunat itu, djaka menghindar, ada rasa jijik dengan bau
yang kurang sedap dari kelamin itu, namun karena mengingat, kalau itu adalah sebuah proses,
djaka terpaksa memaksa dirinya untuk menuruti apa yang menjadi kehendak pak nyoman,
akhirnya... djakapun merasakan, seperti apa jika mulut di masuki kelamin lelaki, sebuah
pengalaman baginya, tapi pengalaman konyol, jika menurut umum, pernah di suatu
perjalanan hendak pulang ke kampong, ilmu pak nyoman timbul sa’at ada di dalam
kendara’an. lalu di tengah perjalanan itu, djaka minta di turunkan bersama pak
nyoman, dan segera membawa pak nyomah ke suatu tempat yang sangat sunyi, lalu di
usahakan agar djaka bisa memberinya penangkal, dan sesudah aman, munculah pangeran
damarjati di hadapan djaka, untuk memberi tau agar cepat kembali ke kandang jongak
kampungnya, karena ada perjalanan yang sudah sa’atnya di lalui, dan djaka segera pulang ke
kampung atas petunjuk kakek gurunya yang berindentitas misterius itu.


Namun sebelumnya djaka sempat minta tolong agar membantu masalah pak nyoman, dan
atas bantuan pangeran damarjati, ilmu leyak pak nyoman, berhasil di lenyapkan dari tubuh
pak nyoman. Dan akhirnya, djaka dan pak nyoman pulang ke kampung dengan tanpa beban,
dalam perjalanan, djaka singgah di kota luwuk, untuk menemui daeng tamar, lalu di titipkan
dan di serahkanya pak nyoman padanya, untuk di beri modal buat usaha di kota luwuk itu.
guna mempertahankan hidupnya, lalu djaka sendiri meneruskan perjalanan pulang ke
kampong, setibanya di rumah, tidak ada satupun orang, dewi atnesi kakaknya, dan anaknya
telah tinggal di rumah sendiri bersama suaminya, endang taurina juga ikut dan tinggal
bersama suaminya, muh subur adik bungsunya juga sedang tidak ada di rumah. Dewi arimi
ibunya masih belum pulang dari pasar, madsalim bapaknya masih juga belum pulang di
kelurahan, waktu itu semua pakaian djaka kotor semua, lalu djaka merendamnya di sebuah
bak mandi, untuk di cuci nantinya, seusai mandi, djaka membuka lemari milik bapaknya,
dengan maksud mau meminjam sarung buat ganti sementara, tapi dari tumpukan baju di
lemari itu, djaka menemukan sebuah amplop yang berisikan surat keluarga, di bacanya
tulisan yang tertera di kedua bagian amplop tersebut, tulisan sampuk amplop { dari samsudin
/ fatonah sekeluarga di desa luwung ireng, rt/rw skiyan/sekiyan, kec kedong kab Ci titik2x
yang berpropinsi jawa barat, yang sebelahnya lagi, kepada madsalim sekeluarga di
desa kandang jongak ,rt/rw sekiyan/sekiyan no.G.32 kec toili kabupaten luwuk banggai.
propinsi sulawesi tengah }


Setelah membaca tulisan yang tertera di amplop tersebut. djaka jadi berpikir panjang dan
penuh curiga, sayang amplop itu sudah tak ada isi suratnya, kalau ada, mungkin djaka sedikit
paham dan mengerti, sambil duduk djaka terus berpikir, apa mungkin dirinya itu bukan anak
kandung dari madsalim. Buktinya dulu madsalim begitu tega ikut-ikutan menganiaya dirinya,
apa mungkin dirinya itu anak pungut, atau anak tiri, kalau iya, lalu siapa orang tuaku, apa
mungkin yang alamatnya tercantum di amplop surat ini, adalah orang tua kandungku? itulah
pemikiran yang hadir pada diri djaka saat itu. Dengan penuh ketidak tenangan, djaka tolos
mondar mandir kian kemari, menduga-duga dan menebak-nebak tentang siapa dirinya, juga
dengan tidak sabar menunggu kedua orang tuanya pulang, setelah sekian lama di siksa
kejenuhan. akhirnya kedua orang tua yang sejak tadi di tunggunya, pulang juga, belum
sempat kedua orang tuanya melepas baju dan istirahat, djaka sudah memanggil keduanya
dan di dudukan di hadapanya, keduanya pun serentak bingung dengan apa yang di lakukan
oleh djaka, lalu djaka memohon ma’af serta ampunan, setelah itu djaka bermohon lagi pada
keduanya untuk bercerita tentang siapa dirinya dengan penuh kejujuran. Tentang siapa
bapaknya dan siapa ibunya serta dari mana asalnya, setelah mendapat penjelasan yang
tdk sesuai dengan yang di harapnya, dari kedua orang tuanya, lalu djaka menunjukan amplop
surat tersebut, sambil membentak kesal……….



{ kalau saya anak kandung bapak kenapa bapak dulu kejam terhadap saya…!.lalu ini surat
dari mana dan siapa…..!.kenapa sudah tidak ada isinya lagi, isinya
pasti sudah di bakar karena takut saya tau…!. Tolong pak……tolong bu…….saya
mohon…….ceritakanlah tentang sebenarnya akan diri saya ini……seumur hidup…..saya
sudah cukup menderita…..jangan buat saya lebih menderita lagi….karena tidak tau siapa diri
saya yang sebenarnya…terlalu banyak kejadian-kejadian yang tidak masuk akal sering saya
alami... dan saya tidak tau itu apa} bentak dan keluh djaka pada kedua orang tuanya dalam
bermohon.


Mendengar ratapan djaka tolos, lalu madsalim dan dewi arimi salin berpandangan, kedua
matanya salin berkaca-kaca, tak lama kemudian madsalim bangkit dan berdiri untuk pergi,
tapi djaka terlalu cepat untuk menghalanginya,……{ jangan pergi dulu pak…sebelum
semuanya jelas…}. kata jaka, mencegah bapaknya yang hendak pergi meninggalkan tempat
duduknya. { tidak anaku….biar ibumu yang akan menjelaskan semuanya, bapak tidak
sanggup untuk menceritakan masa lalu itu },…jawab madsalim menghindar.


Lalu djaka melempar pandanganya pada sang ibu, dan segera di hampirinya, sambil
meneteskan air mata, dan bibir yang bergetar, dewi arimi berusaha mengingat semua masa
lalunya, lalu di ceritakanya pada djaka putranya, setelah mendengar sendiri tentang dirinya
dari sang ibunya, djaka baru mulai mengerti tentang semuanya, tentang raden anom.,tentang
pangeran damarjati, juga tentang pangeran pungkes yang pernah menemuinya dan
memberinya berbagai macam warisan ilmu leluhur, tentang mengapa mereka memanggilnya
raden, walau begitu, djaka masih merasa belum puas sebelum dapat membuktikan cerita dari
ibunya tersebut, lalu djaka tolos memaksa kan diri untuk pergi ke pasundan pulau jawa, untuk
membuktikan kebenaran cerita dari ibunya itu, tak satupun yang bisa menghentikan niyat dan
tujuan djaka tolos, hingga, mau tidak mau, rela tidak rela, dewi arimi dan madsalim orang
tuanya, harus melepasnya dengan doa restunya jua, lalu esok malamnya, djaka menemui ratu
gadis palawang istrinya di banggai untuk minta pendapat dan pertimbangan, sang istripun
memberi ijin kalau djaka hendak ke pulau jawa, dengan syarat, tetap salin setia dan percaya.
Lalu dengan di bekali alamat adik kandung madsalim di pasundan jawa barat, dan pesangon
sebesar satu juta rupiyah hasil jual ternak sapi, akhirnya pada hari minggu tgl 17/03/1989.


madsalim dan dewi arimi sekeluarga, melepas kepergian djaka tolos di dermaga kota luwuk
selawesi tengah, dengan seribu doa ketulusan yang di sertakan pada sang anak yang telah siap
berangkat meninggalkanya, untuk mencari jati diri sejati yang sebenarnya.


Sementara djaka tolos sendiri yang telah siap dengan segala resikonya dalam perjalanan
mencari identitas jati diri pribadinya, meneteskan air mata sa’at melihat kedua orang tuanya
sekeluarga yang menangis pula melepas kepergianya, di pandanginya semua dari kejauahan,
keluarganya, pemandangan kota kampungnya yang akan di tinggalkanya. Dan…..tepat jam
07.00 kapal tampomas yang di tumpangi djaka tolos mulai bergerak meninggalkan
pelabuhan kota luwuk, dengan lambaian tangan bibir djaka bergerak, seakan tak mampu
untuk berkata-kata kepada semuanya, namun di dalam hati djaka berkata, selamat tinggal
bapak, ibu, kakak dan adik2ku, selamat tinggal anak tercintaku, istriku. saudaraku dan
kampong halamanku, selamat tinggal semuanya, doakan aku dan akupun akan doakan
semuanya.


Kemudian…beberapa saat setelahnya, di balik deburan ombak tepi pantai, djaka melihat ratu
gadis palawang istrinya turut mengantar dan melepas kepergian djaka, di sana djaka melihat
sang istri ikut melambaikan tanganya, dan dengan senang hati serta senyum kasih dan sayang
djaka membalas lambaian tangan tersebut. Begitulah proses perjalanan djaka tolos menjelang
usia dewasanya, semua serba tidak masuk akal pikiran manusia pada umumnya, seakan
hidupnya bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain, dia hampir tak pernah
memikirkan akan dirinya sendiri, tak perduli pada dirinya sendiri, selalu orang lain yang dia
pikirkan, padahal dirinya sendiri nyaris tak pernah di pikirkan oleh orang lain, Tanpa tujuan
yang tertuntun, d jaka terus melangkahkan kakinya hanya untuk sebuah bisikan yang
dirinya sendiri tidak tau pangkal dan ujungnya, pengalamanya, kebanyakan didapat dari alam
gaib dan hanya orang2 tertentulah yang sudi menuntunya, tanpa peduli tanpa mengikuti
kehendak hati maupun angan2 atau pikiran, djaka selalu bergerak melangkah dan terus
melangkahkan kakinya. Untuk siapa semua itu di jalaninya, entah untuk siapa dia sendiri
tidak tau tentang apa2, seperti sumur yang di gantung, seperti telaga yang di awang2, tak
satupun ambil tau maupun peduli, apalagi mencari tau, namun sedikit demi sedikit, djaka
tolos mulai sadar diri, dengan semua itu, djaka baru mengerti, bahwasanya, di dunia ini tidak
ada satupun yang kekal dan abadi, namun, kebanyakan dari orang, suka dengan yang tidak
kekal abadi itu, kebanyakan suka kebohongan yang semu, kebanyakan juga suka
yang palsu, yang bukan sesungguhnya.


Kini djaka mulai berjuang mencari jatidiri yang sesungguhnya, yang sebenarnya dan yang
sejatinya, dengan bekal doa serta nasehat dari kedua orang tua dan para gurunya, djaka nekat
melanglang buana mencari sarang, mengungkap asal usul diri pribadinya yang banyak
membuatnya tidak mengerti sehingga sering di landa kebimbangan dan keraguan. Namun
sayang, pada sa’at itu djaka tolos sama sekali belum mengenal dengan apa yang di sebut
agama, apalagi yang namanya tuhan, sehingganya, di setiap langkah kakinya selalu tak
terarah dan lebih sering terhambat, walau terkadang ada rasa takut dan kawatir, tapi dirinya
tak mengerti dan tidak tau mengeluh dan harus bermohon kepada siapakah gerangan…
Selain mengandalkan ilmu kesaktian yang di milikinya, yang dia tau hanyalah ibu bapak dan
guru, sementara mereka tak pernah memberi tahunya tentang hal yang sebenarnya.


Setelah perpisahan itu, kapal laut tampomas semakin jauh membawa djaka tolos berlayar ke
tengah samudra, di teras kapal djaka berdiri sambil memandangi matahari yang hendak
tenggelam di ufuk barat, matanya menatap jauh tanpa batas, namun tatapan itu kosong tanpa
isi, hatinya hancur karena masa lalu yang di alaminya, selama menjadi penghuni pulau
sulawesi, hanya satu harapanya, jika sampai di pulau jawa nanti, dan dapat bertemu dengan
kakeknya yang konon sangat mendambakanya. Setelah 7 hari 6 malam berlayar di tengah
samudra bersama kapal tampomas. tepatnya pada hari sabtu tgl 23/03/1989. Djaka tolos tiba
di pelabuhan tanjung perak Surabaya jawa timur, di atas dek kapal, djaka memandangi sekitar
pelabuhan itu. djaka berpikir, mampukah dirinya dalam menyesuaikan dirinya dengan kota
sebesar ini.?. sambil turun dari tangga kapal, djaka selalu mengingat pesan dewi
arimi ibunya, sebelum berangkat berlayar, Sang ibu pernah berpesan kepada djaka tolos, agar
ramah tamah sopan santun pada setiap lingkungan yang di laluinya, harus bisa menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang di tempatinya, tidak boleh sombong atau adigang adigung
adiguna, selalu waspada dan tata titi titis serta hati2 dalam segala tidakan, karena di jawa itu
tempatnya orang2 sakti mandraguna, untuk itu tidak boleh mengaku kuat, hebat atau sakti,
karena di atas bukit itu masih ada langit.


Pesan2 sang ibunya itu, selalu terngiyang di telinganya dan bersemayam di dalam kalbunya
sebagai jimat yang paling handal baginya, setibanya di dermaga, djaka singgah di sebuah
kedai penjual rokok dan minuman, djaka tersentak kaget sa’at hendak membayar rokok yang
di belinya, karena dompet di saku celananya telah lenyap tanpa bekas, kecuali saku celana
yang sobek seperti habis di silet, sambil kecewa dan malu djaka tak jadi membeli rokok
tersebut, lalu mojok di sudut dermaga sambil berpikir kemana hilangnya dompet itu, karena
di dalam dompet itu, selain uang juga ada alamat yang harus di carinya. jika telah sampai di
pasundan nanti. Dan akhirnya, bingung was dan kawatir serta ragu mulai bergejolak di
hatinya, djaka bingung harus bagaimana, di pulau jawa dia sebagai pendatang baru yang
belum mengenal seluk beluk pulau jawa, tidak punya siapa2 yang bisa di mohon bantuanya,
sehari semalan tanpa makan dan minum djaka tolos duduk di tepi dermaga dengan tatapan
kosongnya, namun tetap saja tidak mendapat jalan keluar apapun, akhirnya djaka nekat
dengan berjalan kaki menuju jawa barat.


Walau tanpa bekal apapun, djaka merasa yakin pasti bisa, lalu mulailah djaka keluar dari
dermaga pelabuhan tanjung perak Surabaya jawa timur, di tengah keramaian kota, djaka
terus berjalan kaki dengan mengikuti rambu2 jalan yang di temuinya sepanjang jalan,
sipatnya yang angkuh dan terlalu percaya diri itu, membuatnya enggan bertanya pada
siapapun, setelah rambu2 sudah mulai jarang di temuinya. djaka beralih dengan
mengikuti arah buss yang berlalu lalang. Sehari dua hari djaka sering di tawari kondektur
untuk naik bus, tapi djaka menolak karena tak punya uang buat bayarnya, djaka pun yakin
tidak mungkin ada bus yang mau membawa penumpang secara gratis, tapi lama2 hampir
semua mobil yang berlalu hapal dengan djaka yang selalu jalan kaki, dengan situasi tetap
begitu2 saja, hingga tak ada lagi, satu pun mobil yang menawarinya untuk naik.


Akibat dari tak mau bertanya, perjalanan djaka pun keliru arah, djaka sadar sa’at tubuhnya
mulai merasa lemah, karena berjalan tanpa henti dan tanpa makan serta minum, dalam
perjalananya djaka sampai di pelabuhan ketapang banyuwangi yang masih propinsi jawa
timur, padahal arah yang harus ditujnya adalah pasundan jawa barat, pada salah seorang
djaka mencoba untuk bertanya, tentang arah jalan yang menuju ke jawa barat, tapi sa’at
mendapat jawaban dari orang itu, djaka tertunduk lemas, karena perjuangan jalanya ternyata
sia-sia, bukanya menuju dan mendekati ke arah tujuan, malah semakin menjauhinya.


Sesuai petunjuk orang tersebut, lalu djaka berbalik lagi menuju Surabaya tempat pertama dia
menginjakan kaki, lalu djaka berusaha untuk lebih teliti lagi dalam mencari arah, setelah
melewati jombang, caruban, ngawi, madiun dan ponorogo, djaka tiba di kota pacitan, di kota
pacitan, djaka mencoba istirahat karena tubuhnya mulai lemah kehabisan tenaga, lalu djaka
mengeluarkan selembar bajunya dari dalam tas untuk di tukar dengan nasi dan air di sebuah
warung, setelah makan dan minum serta istirahat sejenak, djaka merasa tenaganya telah pulih
kembali.


Lalu djaka melanjutkan perjalananya menuju pasundan, setelah melewati hutan2 dan
beberapa kota kecil, djaka tiba di wonogiri, dan istirahat di solo jawa tengah, karena sudah
mulai kehabisan tenaga lagi, lalu djaka mengeluarkan pakaian lagi dari tasnya untuk di tukar
dengan makanan dan minuman lagi, setelah istirahat sejenak, lalu djaka melanjutkan
perjalananya tanpa menyerah, setelah melewati purwodadi pati dan lomongan, djaka mulai
merasa tidak mampu lagi untuk berjalan kaki, lalu djaka istirahat di laren, untuk menukarkan
bajunya dengan makanan lagi, setelah makan dan minum, lalu mencoba untuk istirahat, di
dalam istirahatnya, djaka tertidur pulas, di bawah sebuah pohon yang cukup rindang di tepi
jalan pantai utara, sa’at tidur, djaka bermimpi bertemu dengan semua keluarganya di
sulawesi, djaka merasa sangat bahagia sekali sa’at itu, namun kebahagia’an itu mendadak
lenyap sa’at djaka terkejut oleh suara klakson mobil yang berbunyi sangat keras di
sampingnya, mimpipun seketika sirna, lalu djaka memcoba berjalan kaki lagi, dengan
harapan semoga saja tujuanya sudah semakin dekat dan tidak salah jalan lagi.


Setelah berhari-hari berjalan kaki dengan sisa2 semangatnya, djaka tergulai lemah sa’at
melintasi kota gresik, di pinggir jalan djaka membaca tulisan Surabaya, djaka duduk di tepi
jalan sambil berpikir. { mungkinkah aku telah salah jalan lagi…?}. ketika ada orang yang
melintas di hadapanya, djaka berusaha bangkit dan menghentikan orang itu untuk bertanya,
ternyata jaka benar, dia telah salah jalan lagi, seharusnya dari pati djaka mengambil arah kiri
bukan arah kanan, karena, arah kanan adalah arah ke Surabaya, bukan ke pasundan, lalu
dengan lemas dan kecewa djaka berjalan perlahan mencari warung nasi, di dalam tasnya
masih ada satu lembar baju dan celana, lalu di tukarkanya baju itu dengan nasi dan air,
setelah makan dan minum serta istirahat, djaka masih tetap lemas dan lemah, tenaganya tak
mau pulih kembali.


Lalu djaka duduk termenung di sebelah warung yang baru saja di laluinya, namun baru saja
djaka menyandarkan punggungnya, pemilik warung itu marah2 dan mengusir djaka seperti
orang gila, seketika itu djaka meneteskan air mata sambil pergi menghindari lemparan batu
dari pemilik warung itu, dan memilih istirahat di tepi kebun pinggir jalan, djaka sudah
kehabisan akal dan tenaga untuk berjuang menuju pasundan, pikiranya sudah mulai sempit,
tubuhnya mulai mengurus, rambut panjangnya sudah mulai gimbal acak2kan bagai ijuk yang
ada di tengah hutan belantara, pakaian yang di kenakanya, sudah tak nampak warnanya,
sepatu yang di pakainya sudah terkikis habis di makan jalan hingga jebol di setiap
pinggirnya, kulitnya hitam hangus terbakar sinar matahari, akibat berbulan2 di jalanan.


Melihat keada’anya sendiri djaka tidak mengenal, sudah pantas jika setiap orang yang
melihatnya menganggap orang gila, karena memang seperti orang gila, bahkan mungkin
memang sudah gila, lalu djaka menukar pakaianya untuk yang terakhir kalinya, karena
setelah itu tak ada lagi lainya. Setelah makan dan minum, lalu djaka menggunakan sisa2
tenaganya itu untuk melanjutkan perjalananya menuju pasundan, dengan langkah yang sangat
lambat, selambat keong berjalan, akhirnya djaka kembali sampai di pati, setelah melewati
tayu, jepara, kudus dan demak, djaka sampai di kota semarang, djaka merasa sangat lega
ketika membaca tulisan semarang jawa tengah. Pikirnya, berati jawa barat sudah dekat dari
semarang ini, lalu semangat djaka kembali lagi membara, dan melangkah penuh semangat,
setelah melewati ungaran, ambarawa, magelang dan jogja, jaka sudah kehabisan tenaga lagi,
sementara itu, sudah tak punya barang lagi untuk di tukar dengan makanan, lalu dengan sisa2
tenaganya, djaka terus berjalan mencari perkebunan yang ada tanaman yang bisa di makan,
untuk mengganjal perutnya yang sudah lengket dengan pinggangnya, di sebuah persawahan,
djaka menemukan tanaman ubi, lalu dengan susah payah djaka berusaha mencabut
pohon ubi tersebut yang kemudian, umbinya di makanya mentah2.


Lalu berjalan lagi dan menemukan sebuah warung, lalu djaka nekad meminta makanan, tapi
pemilik warung itu ketakutan dan mengusir djaka, lalu djaka berjalan lagi hingga sampai di
persimpangan jalan, di sana djaka membaca tulisan rambu2 yang menuju Jakarta, tulisan itu
cukup membuat djaka merasa sedikit kenyang, lalu djaka mengikuti arah jalan tersebut,
hingga sampai di wates, purworejo, kebumen, banyumas dan purwokerto.


Di sinilah djaka benar2 merasa sudah tidak mampu lagi untuk menggerakan tubuhnya, sa’at
melewati warung, lalu nekat lagi untuk meminta makanan, djaka merasa sangat senang sekali
sa’at itu, karena di beri sebungkus nasi dan air oleh pemilik warung itu, lalu djaka mencari
tempat yang agak teduh dari matahari untuk istirahat makan, sa’at membuka
bungkusan itu, djaka sedikit kaget, karena isi bungkusan itu adalah sisa2 nasi dan duri ikan,
tapi karena sangat lapar sekali, djaka tetap memakan walaupun nasi itu adalah nasi sisa, lalu
tenaga yang baru pulih itu, di gunakanya untuk berjalan kaki lagi, dengan tertati-tati djaka
terus melangkah dan melangkah demi mencapai tujuanya.


Djaka melewati hutan2 pinus dan beberapa kota kecil, di antaranya, bobot sari
purbalingga, randudongkal, pemalang, dan pekalongan. hingga istirahat di kota Kendal, di
kota ini djaka merasa lemah kembali, dan merasa ragu, jangan2 salah arah lagi, lalu djaka
mencoba untuk bertanya, namun tak satupun orang yang bisa di dekati, apalagi untuk
bertanya, semua orang ketakutan sa’at di dekati oleh djaka, padahal djaka cuma ingin
bertanya, tak punya maksud lain apalagi niyat jahat, mereka takut mungkin di anggapnya
djaka orang gila. Karena tak ada tempat untuk bertanya, lalu djaka nekad melanjutkan
perjalanan itu, dan ternyata benar, arah salah, djaka sampai lagi di kota semarang, lalu djaka
berbalik lagi kearah yang baru saja di laluinya, tapi djaka sudah benar2 tidak kuat dan sangat
tidak mampu lagi untuk menggerakan badanya, di tempat itu juga djaka berjatuh lemah dekat
tukang ojeg di pertiga’an, rupanya para tukang ojeg itu tak mau peduli pada djaka, karena di
anggap mengganggu kenyamanan mereka, djakapun di lempari batu dan di usir untuk enyah
dari tempat itu, karena sakit akibat lemparan batu yang mengenai tubuhnya yang sudah rapuh
itu, djaka pun merangkak berusaha pergi dari tempat itu, mencari tempat yang tak ada
orangnya, dan djaka istirahat di tepi jembatan di bawah terik matahari, karena tak ada pohon
untuk berteduh.


Djaka tolos merasa tubuhnya bergetar, menggigil dingin yang tak tertahankan, lalu djaka tak
sadarkan diri, lupa akan segala yang sedang di alaminya, pada sa’at itulah muncul di
hadapanya dua orang wanita cantik yang kemudian membawanya terbang jauh ke angkasa,
lalu memasuki lautan dalam, disana djaka tolos di bawa masuk ke sebuah istana bawah laut
yang sangat megah berhias mutiara, kedatanganya di sambut oleh seorang ratu yang cantik
jelita, wajahnya ayu alami tanpa polesan dan sangat mendamaikan angan pikiran, senyumnya
indah berwibawah dan menyejukan hati, wujudnya sempurna, busananya serba emas intan
dan berlian, rambutnya terurai panjang hitam mempesona, suaranya yang merdu dan sejuk
serta mendamaikan... dan.


Terucap sebuah kata dari bibirnya yang penuh pesona kedamaian menyambut djaka tolos
yang baru saja tiba,……{ selamat datang di keraton siti hinggil laut kidul tempat tinggalku
raden……semoga sambutanku ini cukup menghibur hatimu yang sedang prihatin }. Kata ratu
itu menyapa djaka tolos sebagai tamunya, mendengar suaranya yang merdu bergema, djaka
terbius, bisu hingga tak mampu berbuat apa2, kecuali memandangi sekelilingnya.


 Djaka...
kagum dengan kesempurna’an wujud wanita yang baru saja menyapanya, setelah menyapa
lalu wanita itu kembali duduk di sebuah singgasana yang terbuat dari emas, tak lama
kemudian, wanita yang berbusana serba sutra biru, yang berdiri di samping wanita yang
duduk di singgasana emas itu, mulai bersuara memperkenalkan semuanya yang ada ditempat
itu. { ma’af raden……raden pasti terkejut dan bingung akan semua ini…… perkenalkan…….
yang duduk di singgasana ini adalah KANJENG IBU RATU KENCANA SARI SEKAR
JAGAT WIJAYA KUSUMA, sesembahan kami, junjungan kami, beliaulah penguasa laut
yang menempati kedaton siti hinggil kidul ini, beliau lebih di kenal dengan sebutan dewi
samudra, dan saya sendiri adalah ... RATU MAS RORO KIDUL, wakil dari kanjeng ibu ratu,
yang bertugas di laut kidul ini, dan yang berdiri di samping kiri beliau itu, adalah RATU
MAS DEWI LANJAR, juga merupakan wakil beliau yang bertugas di laut utara, sedangkan
yang berdiri di belakang samping kanan beliau, adalah senopati apit kanjeng ibu ratu,
bernama RATU DEWI BATARI KARTI, sedangkan yang di sebelah kirinya itu, juga
seno pati apit beliau, bernama RATU DEWI ANDARA WATI. } kata salah seorang wanita
cantik yang berdiri di samping ratu yang sedang duduk di singgasana itu, menjelasakn kepada
djaka tolos.



Wajahnya tak kalah cantik. Namun penuh aura birahi, Lalu suara itu di lanjutkan oleh suara
ibu ratu yang sangat merdu mendamaikan hati itu,……{ ma’af raden….bukan maksudku
mengganggu perjalanan raden, tapi apa yang sedang raden alami itu, membuat istanaku
berguncang, itu sebab aku membawa raden ke sini, tujuanya agar raden tau dan mengerti
kami di sini…..}, lalu djaka mencoba untuk bisa bersuara….., { ma’af kanjeng ratu……dari
mana kanjeng ratu tau tentang diri saya yang sebenarnya…..},Tanya djaka dengan sedikit
keraguan, sambil tersenyum ratu itu menjawab……{ siapa yang tak kenal pangeran
damarjati, seorang kesatria dari tanah pasundan, juga hingga ke atas yang akhirnya sampai
pada prabu siliwangi raja pajajaran yang kesohor itu, dan atas merekalah aku tau tentang
dirimu raden, namun sayang…..aku tak punya banyak hak untuk menjelaskan semuanya,
karena jika itu aku lakukan, sama halnya aku telah ikut campur urusan Tuhan, dan artinya
aku telah melanggar kodrat,… jadi, ma’afkan raden….aku tak bisa banyak membantumu, aku
hanya bisa memulihkan tenagamu yang telah habis, selebihnya aku tak kuasa apa2 }.

{ Saranku….tetaplah pada tekat dan pendirian, karena tidak lama lagi, raden akan sampai
pada puncak dan titik temu yang seharusnya raden tempati…, tapi jika suatu sa’at raden
sudah berhasil dalam mencari jatidiri, sempatkanlah untuk singgah ke sini, pintu keraton siti
hinggil laut kidul, akan selalu terbuka untuk raden kapanpun raden bersedia datang
menemuiku di sini …..terimalah mustika ini sebagai tanda perkenalan, dan dengan mustika
ini, raden bisa dengan mudah untuk masuk ke laut kidul menemuiku sewaktu2 jika perlu, dan
jangan sekali-kali menunjukan apalagi memberikan mustika itu pada orang lain, karena akan
menimbulkan bencana besar }.


Begitulah, sedikit kata2 dewi samudra yang telah menolong djaka tolos, dari masa kritisnya,
saat mengalami kelemahan dalam perjalananya menuju tanah pasundan tempat kelahiranya,
Setelah mendengar sapaan dewi samudra dan mendapat sedikit penjelasan dari beliau, djaka
tolos menjadi semakin yakin, dengan pengakuan cerita dewi arimi ibunya, hingga,
membuatnya, semakin tidak sabar, ingin segera secepat mungkin sampai di pasundan, untuk
bisa bertemu sang kakek, yang dulu selalu menemaninya dalam suka dan duka, saat di aniaya
oleh warga di kampungnya, sebagai anak yang tersiksa, setelah sejenak istirahat seusai
pemulihan tenaga, lalu djaka tolos di antar kembali ke tempatnya, djaka sedikit kaget sa’at
melihat tubuhnya sedang tergeletak di pinggir jembatan tepi jalan, lalu dengan semua ketidak
mengertian, djaka merasa masuk kembali ke dalam raganya itu, dan terbangunlah dari
pingsanya, sambil meraba-raba seluruh tubuhnya, djaka heran dengan apa yang baru saja di
alaminya, tapi djaka tak mau ambil pusing, lalu di pergunakanya tenaga yang baru pulih itu
untuk melanjutkan perjalananya menuju pasundan, mendekati kota Kendal djaka mulai
merasa lemah kembali, karena sudah berminggu-minggu perutnya tidak kemasukan apa2.


Tapi djaka berusaha untuk tetap bertahan dan terus memaksakan diri untuk berjalan dan terus
berjalan. malam itu djaka duduk di tepi jalan sambil merenungi apa yang akan terjadi pada
dirinya yang sudah tak berdaya itu, tiba2 djaka di kejutkan oleh suara takbiran aidul fitri,
yang melintas di hadapanya, suara takbir yang di sertai arak-arakan kendara’an yang
jumlahnya tak sedikit itu, terdengar begitu meriah sekali, tapi mengancurkan perasa’an djaka
yang sedang dalam perjalanan tak bertepi, tanpa apapun dan siapapun, di tepi jalan itu, djaka
benar2 merasa seorang diri, hati djaka serasa di sayat seribu sembilu, pedih sekali, namun tak
ada yang peduli, sedih sekali, namuntak ada yang ambil tau, walau betapapun pedih dan
sedihnya djaka, dia tetap tak bisa berbuat apapun, air matanya telah habis dan kering untuk di
teteskan, pikiranya telah buntu untuk dapat berangan-angan, hatinya telah gelap untuk bisa
mengenang, semuanya sudah tak di milikinya, daya ingat pun sirna, tekat yang membarapun
jadi punah lenyap di telan seribu duka kesedihan.



Paginya, dengan langkah yang tertati-tati lagi, djaka mencoba untuk bisa melangkahkan lagi,
untuk melanjutkan perjalananya dengan sisa-sisa tenaga dan harapanya, namun sebesar
apapun harapan yang tersisa itu, tetap tak mampu membuat djaka bisa bangkit kembali, lalu
seakan ada bisikan di telinganya yang menuntun, djaka terpaksa melapor ke pos polisi yang
sedang di laluinya, untuk minta bantuan, namun belum sempat djaka melapor, di pintu masuk
pos polisi, djaka sudah jatuh pingsan terlebih dahulu.


Dan ketika sadar membuka kedua matanya, djaka sudah dalam keada’an tidur terlentang di
sebuah bangku pangjang di dalam kantor pos polisi tersebut, di tatapnya semua ruangan dan
para polisi yang berada di sampingnya, lalu salah satu dari mereka, menyuruh djaka mandi
sambil memberikan satu setel pakaian pada djaka. Seusai mandi, djaka sudah di siapi nasi
bungkus dan di suruhnya makan, sesudah makan, djaka di panggil untuk di beri pertanya’an2.
Djaka pun menjawab dengan apa adanya, semuanya di ceritakan mulai awal hingga akhir.
Polisi2 yang mendengarnya, terkagum-kagum, ada yang terharu bahkan ada yang sampai
meneteskan air matanya, lalu polisi yang sempat menangis itu, memberi uang sebesar 15 ribu
rupiyah. Lalu djaka di buatkan surat kehilangan dan pengantar, setelah memberikan beberapa
saran dan petunjuk, lalu djaka di carikan mobil tumpangan yang berjurusan pasundan, dan
berangkatlah djaka tolos atas bantuan para polisi Kendal tersebut.


Namun sayang, karena situasi, djaka tidak sempat untuk salin mengenal para polisi yang telah
menolongnya tersebut, dan akhirnya, pada hari rabu tgl 05/10/1990, djaka tiba di tempat
tujuanya, tepatnya di salah satu kantor polisi di wilayah pasundan, dan dengan bantuan dari
polisi pula, djaka keliling untuk mencari alamat saudara dari bapaknya, namun karena alamat
yang tak jelas, polisi pun kesulitan untuk membantu djaka, untuk mencari saudaranya
tersebut, hingga seminggu telah berlalu, karena tak sabaran, lalu djaka pamit untuk
mencarinya sendiri.


Siang hari itu, tanpa mengenal lelah dan lebatnya hujan yang sedang mengguyur kota
pasundan, djaka berjalan mengelilingi seluruh kota yg di laluinya. Namun tak satupun orang
yang di tanyanya tau tentang nama dan alamat yang di carinya, setelah 3 hari keliling kota,
lalu djaka beralih ke desa2nya, di pedesa’an djaka mengalami yang lebih sulit lagi, karena
sebagian besar orang2nya jarang yang bisa berbahasa melayu atau indonesia, sementara djaka
sendiri, juga tidak bisa bahasa pasundan, walaupun lahirnya di pasundan. Setelah 10 hari
keliling kota dan desanya, djaka putus asa, karena belum juga di temukan alamat yang di
carinya. Rasa lapar dan letih mulai menguasainya perut dan tubuhnya, lalu dari ujung jalan,
malam itu djaka melihat masih ada penjual mi yang masih buka, bergegaslah, djaka
mendekati warung itu untuk minta mi, tapi kesulitan, karena gadis sang penjual mi itu, selain
tak bisa bahasa Indonesia, juga ketakutan melihat djaka yang berambut panjang lagi gimbal
dan dekil itu, hingga gadis itu berteriak memanggil tetangganya untuk menemaninya, lalu
sambil makan mi, djaka mencoba bertanya pada teman penjual mi yang bisa bahasa Indonesia
itu, dan…….djaka serasa di timpa seribu kesenangan, sa’at mendapat jawaban kalau desa
yang di carinya itu adalah desa yang sedang di injaknya sa’at itu, lagi-lagi tapi sayang, djaka
lupa dengan nama saudara yang harus di temuinya itu, namun djaka berusaha untuk
menjelasakan tentang asal usul hingga sampai di pasundan ini.


Dan rupanya orang itu mengerti dengan apa yang di maksud oleh djaka, lalu orang itu
memanggil pemilik rumah dan warung itu, dengan sebutan bibik fatonah, djaka teringan
kalau nama itu yang ada tercantum di alamat yang hilang itu, tak lama kemudian, keluarlah
pemilik warung itu, lalu di ceritakanya tentang djaka, jawaban pemilik
56
rumah,…..{ kalau begitu….orang itu keponakan saya, anaknya kakak saya yang di sulawesi,
karena saya dapat kiriman surat dari sulawesi, yang mengabarkan kalau anaknya lelaki akan
ke jawa, tapi surat itu saya terima setahun yang lalu bahkan lebih, dan anaknya itu belum juga
datang sampai di sini hingga sekarang, namanya santoso }

kata pemilik warung itu, menanggapi cerita anaknya yang sedang menjaga jualanya…
mendengar pembicara’an perempuan separuh baya pemilik warung itu, djaka tidak kuat
menahan diri, djaka langsung melompat bersujud di kaki wanita itu sambil berkata…..
{ sayalah anak itu bik……sayalah anaknya madsalim kakak bibik, yang dari sulawesi itu,
saya terlambat sampai karena kehilangan pesangon dan alamat, hingga tersesat di
jalanan}, kata djaka tolos memperjelas kadaan kepada pemilik warung itu.


Seketika itu pula wanita itu balik memeluk djaka sambil menangis pula, hingga terjadilah
salin tangis menangisi pertemuan yang tak terduga tersebut, hingga mengejutkan dan
membangunkan orang se RT, lalu djaka di bawa masuk, masih dalam pelukan bibiknya.
semua keluargapun datang berkumpul, untuk mendengarkan cerita djaka yang terlambat
datangnya itu. Bibik fatonah adik kandung madsalim bapak djaka, tak henti-hentinya
menangis, karena melihat kedua telapak kaki djaka yang hancur terbakar karena kerikil dan
panasnya terik matahari di jalanan selama setahun lebih. Dan singkatnya cerita, mulai saat
itu, djaka di rawat oleh bibik fatonah penuh dengan kasih dan sayang, hingga kembali
sembuh dan pulih seperti sedia kala, setelah semua kembali aman, lalu djaka di pertemukan
dengan neneknya yang sudah sangat tua di kamarnya, dia adalah ibu kandung madsalim
bapaknya, istri dari ki buyut sarpani almarhum. Di pangkuan sang nenek, djaka tolos
mencurahkan air matanya penuh haru, sambil menyampaikan salam dari bapaknya, namun
sayang, sang nenek sudah tak bisa di ajak ngobrol secara sempurna, juga sudah tak bisa cerita
sejarah lagi, karena sudah amat tua dan pikun tertelan usia, yang sudah seratus tahun lebih.
Walau begitu, djaka sudah bisa sedikit tenang dan bangga, karena sudah membuktikan salah
satu cerita ibunya tentang keluarga di tanah jawa, setidak-tidaknya, ada harapan untuk
melangkah ke depanya lagi.


Hari-hari yang di lalui oleh djaka selama tinggal bersama bibik fatonah, selalu di buatnya
untuk merenungi tentang apa yang akan di alaminya lagi setelah itu, di hatinya bertanya,
siapa yang akan mengantarnya untuk bisa bertemu dengan pangeran damarjati kakeknya,
yang sangat di rindukanya selama ini. Sa’at di Tanya bibiknya, mengapa sering melamun.
djaka menjawab ingin bisa segera bertemu dengan kakeknya, dan fatonah bibiknya,
menjawab, kalau pangeran damarjati kakeknya itu sudah tiada, mendengarnya, hati djaka
serasa di sambar seribu petir, hancur rasanya semua harapan, orang yang sangat di
dambakanya telah meninggal, dan sejak itu, djaka jadi sering melamun karena tak tau harus
berbuat apa, sementara tujuan utamanya dari sulawesi adalah ingin bertemu pangeran
damarjati kakeknya. Tapi ternyata sudah tiada, semua terasa sia2 tanpa guna. Dan karena
itulah djaka jadi larut pada kesedihanya itu……….


Demikianlah proses perjalanan djaka tolos dalam mencari sarangnya, asal usul kelahiranya.
guna mengungkap jati diri yang sebenarnya, di awali dengan berbagai liku-liku perjalanan
hidup yang sempat membuatnya putus asa dan kehilangan keseimbangan, baginya. Pulau
jawa memang di akuinya, tanah jawa memang di kaguminya, tapi djaka tolos merasa yakin,
bahwa dirinya, suatu sa’at ketika, bisa menyatu dengan tanah jawa. Djaka kagum dan tertarik
dengan kehidupan jawa, yang di temuinya di sepanjang perjalananya menuju sarangnya.
dirinya berjanji, akan mengenang semuanya dan menjadikanya sebagai ilmu pelajatan alam
yang tak terlupakan.



Walau hatinya sudah tak sabar lagi menunggu sampai semuanya mendukung, namun djaka
tolos tetap mengindahkan amanat sang ibunya, djaka selalu berusaha untuk sabar dan
menyesuaikan dirinya, terlebih dahulu pada lingkungan dan alam sekitarnya, mulai dari
bahasa, pergaulan, kebiasa’an, adat istiadat hingga sampai ke ilmuanya di pelajari dan di
sesuaikanya.


Sebulan sudah djaka tolos tinggal bersama fatonah bibiknya yang bersuami samsudin. namun
sejauh dan selama itu belum juga ada yang mau bercerita tentang keraton tanah pasundan,
asal-usul dewi arimi ibunya, djaka jadi jenuh dan bingung harus bertanya pada siapa, kepada
nenek maria ibu dari bapaknya, sudah tidak nyambung bila di ajak cerita, mau bertanya pada
bibik fatonah dan paman samsudin, hampir tak pernah ada waktu, karena mereka berdua
selalu di sibuk dengan pekerja’annya di sawah, juga keluarga besar bibik fatonah sering
membuat djaka menjadi risih. Namun, walau begitu, kedatangan djaka yang berkisah
menyedihkan itu, banyak mengundang keluarga besar ki buyut sarpani, dari tempat
tinggalnya masing2.


Keluarga demi keluarga salin berdatangan untuk menjenguk djaka, dan pada akhirnya, salah
satu keluarga ki buyut sarpani yang paling kaya, datang dan ingin membawa serta djaka
tinggal bersamanya, dia adalah kakak keponakan madsalim, bernama surtinah, ibu surtinah
adalah seorang janda yang mempunyai 4 orang anak, semua anaknya itu telah berumah
tangga dengan kesuksesanya masing2. Karena ibu surtina tinggal hanya seorang diri di
rumahnya, lalu djaka di bawa serta untuk tinggal bersamanya, dan sejak itu djaka tolos
tinggal bersama uwaknya yang bernama surtinah tersebut, di sini djaka sehari-hari membantu
kegiatan uwak surtina yang berdagang sembako di pasar, tiap pagi dan sore hari djaka di beri
tugas untuk antar jemput dengan menggunakan becak, di luar itu, djaka di suruh belajar
agama pada bapa murnawi, seorang tokoh agama di dukuh sebelah kampung tempat
tinggalnya.


Di luar tugasnya menjemput, djaka selalu giat belajar pada kiyai murnawi, disini djaka
berlajar banyak tentang ilmu sare’at agama islam, yang sebelumnya belum pernah di
pelajarinya, sebelum di mulai belajar, karena tidak tau sama sekali tentang agama islam,
langkah pertamapun djaka di tuntun untuk mengucapkan dua kalimah sahadat, sebagai
sarat utama dalam memeluk agama islam, setelah mengucapkan dua kalimah sahadat, baru
djaka melangkah kedalam pelajaran agamanya dan pengamalanya, djaka di tuntun tentang
tata cara berwudhu dan bab sholat lima waktu, yang hukumnya wajib, serta cara2nya yang
tepat dan benar, juga sholat2 sunah sebagai kesempurna’anya, cara berdo’a, cara
berdikir, juga cara beribadah yang benar.


Singkat punya cerita, tak terasa, djaka pun telah menghabiskan waktu 3 bulan untuk bisa
memahami ilmu sare’at agama islam tersebut, secara singkat namun lengkap dan jelas serta
pasti kebenaranya dan hasilnya, djaka sudah banyak mengalami perubahan, terlebih lagi
dengan ilmu akhlak dan adab yang telah di pelajarinya dari bapak murnawi guru agamanya.
Dan sejak mengenal ilmu akhlak dan adab, jiwanya mulai mengenal dan memiliki
ketenangan, karena sudah bisa berdoa, jika sedang galau dan risau, tidak lagi merasa seorang
diri dan tidak lagi mengeluh pada kekosongan angan, melainkan mengadu dan berdoa kepada
Tuhan, yang lebih akrab dan di kenal dengan sebutan gusti Allah.



Namun sayang, pelajaran itu harus putus, sebelum djaka beralih ke pelajaran lainya, yaitu
hakekat yang di janjikan oleh sang guru. Karena, uwak surtina yang di banggakanya, di
hormatinya sebagai pengganti ibunya, tiba2 berbalik jatuh cinta kepada djaka, yang sudah di
anggap anaknya sendiri. Awalnya, semua kebutuhan djaka tanpa terkecuali, di turuti dan di
penuhi, tapi rupanya di balik semua itu, ada maksud lain, surtina yang menganggap djaka
tolos menerimanya sebagai calon istri, menyebar kabar dan undangan nikah ke seluruh
kerabat, hingga tersiarlah kalau djaka akan mengawini uwaknya sendiri, rasa kecewa dan
malu, membuat djaka tolos harus nekad kabur dari rumah demi menghindari pernikahan itu
terjadi.


Seperti pada awalnya, djaka pergi tanpa bekal apapun, kali ini djaka sudah banyak
tau dan paham tentang seluk beluk tanah pasundan, bahasa pun sudah di kuasainya walau
baru sedikit. Setelah meninggalkan rumah, djaka menuju gunung cermai yang terletak tidak
jauh dari tempat tinggalnya, pikirnya, menurut ibunya, dulu djaka di lahirkan di lereng
gunung cermai, Saat sang ibu berjuang mengusir gerombolan pengacau keraton, waktu itu,
dewi arimi sedang mengandung djaka tolos 8 bln, karena tugas yang tdk adil dari pangeran
damarjati, yang berdalih situasi darurat, dewi arimi yang sedang hamil tua tersebut. Di tugasi
untku memimpin pasukan perang bersama madsalim suaminya. Setelah berhasil mengusir
gerombolan pemberontak tersebut. Dalam perjalanan pulang, lahirlah djaka tolos di dalam
tenda peristirahatan para prajurit keraton saat itu.


Djaka nekad pergi ke tempat kelahiranya, karena berharap akan dapat yang lebih baik di sana,
setelah sehari semalam djaka berjalan kaki melewati jalan perkampungan, akhirnya sampai
juga di lereng gunung sebelum matahari terbenam, di sebuah bukit kecil yang terletak di
lereng gunung, djaka memandangi alam sekitarnya, di lihatnya kota dan perkampungan di
tanah pasundan yang nampak kecil2 dari kejauhan, sekecil batu kerikil, pikirnya, sampai
kapan saya harus seperti ini…


Dan akhirnya, di dalam lamunanya itu, tak sengaja dari balik pohon tempat djaka berdiri,
terlihat sebuah gubug yang terletak di tepi air terjun, lalu bergegaslah djaka menuju gubug
tersebut sebelum malam tiba, untuk bermalam menunggu pagi hari, setibanya di tepi air
terjun, djaka melihat kalau gubug itu berpenghuni, di lihatnya seorang lelaki separuh baya
yang sedang menyalakan api di depan gubugnya itu, setelah dekat, djaka mengucapkan
salam, sabil terkejut lelaki itu menjawab salam djaka, yang kemudian mempersilahkan masuk
ke dalam gubugnya. Setelah salin duduk santai di lantai gubug bambu sambil makan ubi
bakar, keduanya lalu salin memperkenalkan diri, orang itu bernama mang onang, asal dari
desa yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal djaka, waktu ikut uwaknya, hanya beda
kecamatan saja, dan sudah tinggal menetap di lereng gunung cermai ini selama 7 tahun,
setelah tau kalau djaka bertujuan hendak mendaki gunung, mang onang berusaha
mencegahnya, menurutnya, gunung itu terlalu berbahaya, karena selain angker dan keramat
dengan penghuni ga’ibnya, juga masih di huni banyak binatang buas, namun djaka
tak gentar sedikitpun tentang apa yang di katakana oleh mang onang.


Lalu djaka dengan penasaran membalikan cerita tersebut, dengan sebuah kalimat,….
{ kalau memang sebahaya itu…..lalu kenapa mang onang memilh tinggal di sini seorang diri,
menjauhi dunia ramai, yang seharusnya menjadi tempat para manusia moderen}kata djaka
yang ingin ambil tau tentang mang onang yang memilih tinggal di lereng gunung, di banding
keramaian di bawah sana, jawabanya karena terpaksa, ketika djaka mengejar jawaban itu,
akhirnya mang onang bercerita tentang masa lalu yang membuatnya terpakasa harus tinggal
di lereng gunung cermai seorang diri.


Menurut pengakuan cerita mang onang, dia dulu adalah seorang kiyai, yang mengajar di
salah satu pondok pesantren di wilayahnya, mang onang adalah salah seorang yang
mempunyai kelainan seksual, dia suka sesama jenis. Bahkan lebih sangat menyukai lelaki
dari pada perempuan, rasa dan perasa’an itu di pendamnya seumur hidupnya waktu itu, pada
suatu sa’at, dia tak mampu menahan hasrtnya, hingga hasrat birahi itu di lampiaskan pada
salah seorang santrinya, yang kebetulan santri itu adalah anak seorang kepala desa, sekali dua
kali mang onang berhasil, tapi pada suatu ketika, hubungan rahasia itu di ketahui oleh warga,
yang pada sa’at itu memergokinya sedang bercumbu dengan santri lelakinya, lalu terjadilah
sebuah masalah besar, hubungan yang di tolak karena di yakini sebagai perbuatan yang di
laknat Tuhan. Lalu mang onang di hakimi dengan hukum rimba, sementara bapak dari sartri
itu yang tidak terima, anaknya di ajak berbuat jina seperti itu, merasa tak puas jika mang
onang tidak di singkirkan dari pondok pesantren kampung itu, karena di hawatirkan akan
terulang lagi pada santri-santri lainya, lalu mang onang di lepas sebagai kiyai dan di usir
tanpa apapun yang di ijinkan untuk di bawa sebagai bekal, dan sejak itu serta karena itulah
mang onang lalu memutuskan untuk tinggal di lereng gunung ciremai seorang diri, menjauhi
semuanya yang menolak kehadiranya, mendengarnya, dalam hati djaka tolos mendesah……
{ ya….allah…kenapa engkau selalu mempertemukan aku dengan orang2 seperti mang onang
ini, hingga mang onang entah menjadi orang yang keberapa dalam hidup djaka, apa
maksudmu…ya..Tuhanku }


Walau begitu, djaka merasa sangat yakin sekali, kalau Tuhan memiliki rencana dan rahasia
yang sangat indah dan baik buat dirinya, dengan begitu dia tetap mantap dan tegar dalam
pendirianya, paginya, djaka bangun dengan tujuan hendak mendaki gunung cermai, tapi pagi
itu seluruh tubuh djaka terasa lemas tak bertenaga sama sekali, serasa tak punya tulang dan
otot, sehingga mengurungkan niyatnya untuk melanjutkan perjalananya naik gunung, tapi
lagi, djaka sedikit curiga, karena pagi itu dia tidak melihat mang onang di sampingnya,
padahal semalam tidur salin berdampingan, lalu djaka ingat semalam waktu
bangun hendak buang air kecil, sempat minum secangkir air yang sudah tersedia di
sampingnya.


Lalu dengan lemas djaka merangkak meraih cangkir bambu bekas air yang di minumnya
Semalam, ternyata benar, cangkir itu berbau ramuan daun, setelah tau, djaka menjadi marah
sekali, tapi tak berdaya, karena sekujur tubuhnya lemas tanpa daya dan tenaga, tak lama
kemudian, mang onang pun datang dan masuk gubug, djaka langsung bertanya apa
maksudnya menaruh racun pelemah sarap itu ke minumanya, dia menjawab sangat sederhana
sekali, lalu pergi keluar dari gubug lagi. katanya, biar kamu tidak jadi masuk dan naik
gunung, karena saya kasihan padamu, dan kamu belum kenal hutan dan gunung itu.


Sehari semalam djaka dalam kelemahan tanpa sarap, dan malam itu sa’at djaka tidur, djaka
bermimpi bertemu kakeknya, yaitu pangeran damarjati, pangeran damarjati datang untuk
mencegah djaka tolos, agar tidak naik ke gunung cermai, karena itu hanya akan membuangbuang
waktu saja, menurut pangeran damarjati, dari pada harus ke gunung itu tanpa tujuan
yang pasti, lebih baik menjalankan tapa wuda di bawah air terjun gunung cermai yang
terletak di belakang gubug yang di tempatinya, karena dengan begitu, djaka akan dapat
menyatu dengan alam bersama dengan air yang mencurah tersebut, selain itu ada
kemungkinan, djaka akan dapat isaroh atau petunujuk bahkan mungkin dapat pengalaman
baru tentang tanah jawa ini, Setelah itu, paginya djaka berjanji pada mang onang untuk tidak
masuk ke gunung cermai, setelah mendapat obat penawarnya, lalu djaka di ajari oleh mang
onang tentang ilmu tarekot, setelah belajar tarekot pada mang onang di kaki gunung cermai
selama satu bulan lebih, lalu djaka menjalani tapa wuda/telanjang di bawah curahan air
terjun, sesuai petunjuk dari kakeknya tempo hari di dalam mimpi, bawah curahan air terjun
gunung cermai, dengan telanjang bulat djaka duduk bersila tepat di tempat jatuhnya air di
atas batu yang membentuk tampah/penapis beras, sementara mang onang menjaga djaka tolos
hingga selesai bertapa selama 21 hari duduk di bawah air terjun.


Sa’at bertapa, djaka tolos bertemu dengan seorang raja agung yang mengaku bernama prabu
siliwangi, Raja dari pajajaran, penguasa dan leluhur tanah pasundan. Prabu siliwangi sengaja
menemui djaka tolos untuk memberikan ilmu warisan siliwangi, peninggalan para leluhur
tanah pasundan yang secara terun temurun harus di miliki oleh keturunanya, setelah itu,
beliau menyuruh djaka turun gunung menuju pantai utara gunung, guna menemui salah
seorang sesepuh yang masih ada kaitan keluarga djaka, dari garis dewi arimi ibunya, yang
sudah siap menunggu kedatangan djaka tolos sewaktu-waktu.


Tepat tengah malam, djaka mengakhiri pertapa’anya genap 21 hari, tubuh djaka lemas akibat
kedinginan oleh air terjun pegunungan, lalu mang onang menggendongnya hingga sampai ke
dalam gubug. lalu djaka di tutupi dengan semua selimut yang ada di tempat itu, dan di
buatkan wedang jahe panas untuk menghangatkan tubuh, tapi djaka tetap menggigil hebat,
hingga konsentrasipun hilang keseimbanganya, untuk menghangatkan tubuh djaka, lalu mang
onang memeluk dan menindih tubuh djaka, hingga djaka merasa hangat dan tertidur pulas
Di dalam kepulasanya, tanpa sadar, mang onang yang memang menyukai sesama jenis, dan
sudah tahuanan menahan berahinya, merasa tidak mampu menahan hasratnya, dan akhirnya
menyetubuhi djaka di sa’at sedang tertidur lelap itu, hingga berkali-kali, dan untuk yang
terakhir kalinya, sa’at menjelang pagi, djaka sudah terbangun, mengetahui tubuhnya yang
sedang di tindih dan di cumbu oleh mang onang, djaka terkejut dan marah besar, seketika itu
mang onang di tendangnya dan di hajarnya dengan membabi buta, masih dalam keada’an
telanjang bulat, tanpa henti djaka menghajar mang onang sambil menyerangnya secara
bertubi-tubi. Karena tak mau terlalu sakit, mang onang pun berusaha untuk menghindari
semua bentuk serangan djaka tolos. Sambil sesekali memberikan penjelasan kepada djaka.
karena djaka tak peduli dengan mang onang yang berusaha memberikan penjelasan, akhirnya
mang onang membela diri juga.


Terjadilah sebuah pertarungan yang seimbang, djaka tidak pernah menyangka kalau mang
onang bisa bertarung juga, namun sayangnya, mang onang tidak bisa membela dirinya terlalu
lama, karena keburu di kalahkan oleh djaka, sa’at tangan kanan djaka yang sudah berisi
kekuatan penuh hendak menghantam tubuh mang onang yang terkapar, muncul tiba2
bayangan yang menghentikanya, dia adalah pangeran damarjati, kakeknya.


{ hentikan Raden…!.jangan bunuh dia, dialah yang telah merawat dan menolong raden
bukan,,, sekarang bersiaplah untuk segera turun gunung, jangan berhenti terlalu lama raden }
Kata kakek itu menghentikan serangan djaka yang membabi buta kepada mang onang.
Setelah itu, bergegas djaka masuk gubug untuk berpakaian, sementara mang onang yang telah
tau siapa djaka tolos yang sebenarnya, atas kejadian tadi, langsung tunduk patuh dan berjanji
akan mengabdikan sisa hidupnya untuk djaka, dan berjanji tidak akan mengulangi
perbuatanya, lalu dengan di sertai mang onang sebagai pendamping, djaka segera turun
gunung menuju pantai uatara menemui eyang sukma yang di tunjukan oleh leluhurnya,
sewaktu menjalani tapa wuda.


Setelah perjalanan sehari penuh, djaka tiba di muara, seperti dalam petunjuk. Dari sudut
pandang, djaka sudah melihat ada gubug indah di tepi muara, dan djaka bersama mang
Onang pun segera menuju ke tempat itu, setibanya, ternyata penghuni gubug indah itu
memang sedang menunggu kedatangan djaka, baru saja kaki kanan djaka berpijak di lantai
teras yang terbuat dari kayu jati yang halus itu, pemiliknya sudah menyambut dengan penuh
kasih. { selamat datang cucuku…masuklah, eyang sudah terlalu lama menunggumu di sini }.
{ ternyata dia EYANG SUKMA }. Pikir djaka.


Dan ternyata, beliau sudah di temui dan di beri penjelasan tentang djaka tolos oleh prabu
siliwangi, sebelum djaka tiba, dan sejak itu djaka tolos hidup di bawah asuhan eyang sukma
di pertapan muara jati pantai utara, eyang sukma medidik djaka tentang ilmu tarekot yang di
bantu oleh mang onang yang sebelumnya telah menjadi guru djaka, sa’at di lereng gunung
cermai.


Selain itu, eyang sukma juga banyak menceritakan tentang sejarah tanah pasundan, termasuk
keratonya yang kini telah pecah menjadi sejarah belaka, eyang sukma juga sering membawa
serta djaka tolos masuk ke dalam keraton, tiap-tiap ada acara penting yang berhubungan
dengan sejarah pasundan, untuk mengetahui dan menyaksikan langsung kondisi dan
berubahan keraton peninggalan kakeknya pangeran damarjati. Setelah di anggap cukup dan
sudah tiba sa’atnya, lalu pada suatu ketika, eyang sukma memperkenalkan dan menceritakan
tentang siapa djaka tolos yang sebenarnya. Kepada segenap keluarganya, awal mulanya
semua kaget dan terkejut, tapi setelah melihat dan membaca buku silsilah keluarga keraton,
yang mencatat nama djaka tolos, membuat keterkejutan mereka tak berarti, dan pada akhirnya
mau tidak mau, setuju tidak setuju, semua keluarga keraton mengakui dan mengijinkan djaka
tolos untuk menjadi bagian dari keluaraga besar Pangeran damarjati sang pelopor
kuno tersebut.


Dan mulai sejak itulah djaka hidup di dalam keraton peninggalan pangeran
damarjati kakeknya, yang kini telah brubah menjadi sejarah leluhur pasundan saja, di
dampingi mang onang yang mengabdi dengan kesetia’anya yang tulus, serta tetap di bawah
lindungan dan didikan eyang sukma, djaka hidup penuh aturan dalam keluarga. Djaka merasa
seperti di kurungan dalam penjara, tapi karena tekanan dari eyang sukma gurunya, dan
hiburan dari mang onang, lama ke lama’an djaka jadi terbiasa dan betah juga, namun walau
begitu, djaka tolos selalu waspada dan siap siaga serta berhati-hati dalam posisinya, karena
sejak awal djaka sudah merasakan adanya musuh dalam selimut dan duri dalam daging.
tentang para abdi dan keluarga yang sebenarnya tidak suka dan tidak setuju akan
kehadiranya, untung djaka membawa bukti dari dewi arimi ibunya, yaitu sepasang pusaka
kujang, yang merupakan lambang dan bukti keluarga siliwangi. Kalau tidak, sudah tentu
djaka tidak akan di terima oleh segenap keluarganya di pasundan, apalagi di
akuinya.


Dan sejak tinggal di bersama keluarga besarnya, djaka mulai mempelajari tentang kehidupan
di dalam keraton, juga selalu mengikuti kegiayatan2 dan pendidikan di keraton, namun di
antara sekian banyak pelajaran yang di dapatnya dari dalam keraton, djaka tolos lebih
condong tertarik untuk mempelajari ilmu ketabiban/pengobatan, yaitu masalah pengobatan
tradisional kuno, peninggalan para leluhurnya.


Dan….djaka tolos pada akhirnya merasa puas dan bangga atas keberhasilanya itu, selain telah
bisa membuktikan kata2 ibunya, djaka bangga karena telah berhasil meraih banyak ilmu
pengalaman hingga dapat menyatukan dirinya dengan tanah jawa tempat kelahiranya, atas
keberhasilanya itu, djaka tak lupa mengirim kabar kepada bapak dan ibunya sekeluarga di
sulawesi, keluarganya pun memberi balasan tantang kebangga’anya dan ucapan selamat atas
keberhasilanya. Hingga hari2 yang selalu di lewati oleh djaka, selama hidup di tanah
pasundan, merasa tenang, walau begitu, djaka tetap suka dalam belajar pengalaman, selain
tetap mengikuti semua aturan dan pelajaran yang di adakan tetap di dalam keluarga, djaka
tolos juga belajar di luar keluarga, pada salah satu kyai di pesantren, dan beberapa tokoh
agama di sekitar wilayah pasundan.


Dan pada suatu ketika, djaka di temui lagi oleh kakeknya, yaitu pangeran damarjati, yang
kemudian berkata…..

{ Raden jangan terlalu bangga dengan apa yang sudah raden dapatkan sekarang ini, karena itu
baru seper empatnya dari pejalanan raden yang harus di lalui, langkah raden di dalam
perjalanan masih jauh dan panjang, untuk itu tetaplah siap siaga, tetaplah bergerak, jangan
pernah berhenti terlalu lama, agar cepat terselesaikan, dan yang paling penting, jangan
sampai raden terlena, jika raden sampai terlena akan kesemuan dunia ini, maka seluruh dan
semua para leluhur raden, yang telah berharap besar serta banyak kepada raden, akan
selamanya tidak sempurna di dalam ketersesatanya, raden adalah satu2nya harapan kami
yang bisa kami harapkan, maka kakek bermohon, dengan amat sangat, jangan kecewakan
kami, dan kami akan selalu mengayomimu hingga semuanya berakhir tamat tak bersambung
lagi, yaitu, sempurna raden….sempurna jati lah….yang sangat kami harapkan dari raden
seorang, teruslah melangkah, teruslah berjalan, teruslah bergerak, teruslah bertindak, raden
pasti kuat, pasti bisa, pasti berhasil, tidak jauh raden, dekat, sangat dekat, bahkan lebih dekat
dari urat nadimu, maka jangan sia2kan, jangan tunda2 selagi masih ada waktu dan
kesempatan }. Kata kekeknya yang berusaha mengingatkan djaka, agar tidak terlena dengan
sesuatu yang telah di raihnya.


Kini djaka telah tau dan mengerti dengan apa yang di katakan oleh semua para leluhurnya
sa’at menemuinya, itu sebab djaka dapat merasakan apa yang mereka rasakan, prinsip djaka,
dia tidak boleh mengecewakan para leluhurnya itu, apapun resikonya, djaka harus berusaha
dan berjuang, walau bagaimanapun, djaka harus melanjutkan sejarah para leluhurnya yang
belum terselasaikan. Semua sejarah dan segala sejarah yang berkaitan dengan para leluhurnya
harus selesai hingga tamat, agar tak ada yang menanggung lagi, untuk meneruskanya.dengan
begitu mereka semua akan damai tanpa beban dalam perjalananya menuju kesempurna’an
sejati. Sehingga, setelah djaka tolos, tak ada lagi penerus sejarah berikutnya, karena telah
di selesaikan oleh djaka seorang diri …..seperti itulah proses perjalanan djaka tolos dalam
balada petualangnya, tentang pencarian asal usulnya, di awali dengan lika liku yang tak
menyenangkan, apalagi mudah dan gampang, walau dengan sebuah perjuangan yang tak
mudah. Namun dengan tekad yang kuat dan hati yang sabar serta mau berusaha dengan apa
adanya, tanpa politik dan rekayasa, djaka berhasil menemukan titiknya, yang di idamkanya.
ibarat kata mutiara, sejauh –jauhnya kerbau yang pergi, pada waktunya, akan kembali ke
kandangnya lagi, setinggi-tingginya burung yang terbang, pada akhirnya pulang lagi ke
sangkarnya.


Setahun sudah djaka tolos tinggal di dalam lingkungan keluarga besarnya di pasundan.
banyak pula yang telah berhasil di raihnya, ilmu pengalaman, ilmu adat istiadat, ilmu
pengobatan, ilmu sare’at/tarekot/hakekat/tasawuf bahkan ilmu ke ma’rifatan, juga ilmu olah
kanuragan serta kebatinan dan jaya kawijayan pun berhasil di raihnya, lalu kemudian atas
nama keluarga besar, djaka tolos di beri tugas untuk memperkenalkan dirinya kepada alam
semesta, dan menyatukan jiwanya kepada persada bumi pertiwi, dengan cara berkelana
sebagai musafir yang tanpa asal usul identitas serta bekal apapun, kecuali pakaian yang
menempel di badan serta seorang diri.


Pengembara’an tersebut harus di jalaninya setanah jawa, tugas ini merupakan ujian bagi
djaka untuk membuktikan kemampuan djaka tolos sebagai keturunan siliwangi, djaka sedikit
gugup dalam menyanggupi tugas untuk yang pertama kalinya ini, lalu djaka mohon saran
kepada eyang sukma gurunya, sang gurupun memberi restu dan saran, djaka di beri saran,
agar di dalam perjalanan mengembara, melakukan ziarah ke makam para leluhur, para,
pejuang sejarah, para wali dan tokoh2 ulama, juga napak tilas ke seluruh keramat dan candi2
bersejarah. Kususnya di tanah jawa dan umumnya di luar jawa.


Lalu dengan ijin dan doa sang guru pada hari jumat kliwon tgl 04/09/1992, djaka memulai
perjalananya untuk mengebara, menguji kemampuanya sebagai keturunan siliwangi, mang
onang yang tak mau pisah walau sekejapun, harus rela untuk berpisah sementara dengan
djaka tolos demi tugas pertamanya tersebut, perjalanan itu di awali oleh djaka dengan
berziarah ke pemakaman keluarga besar leluhurnya. Lalu ke buyut dan kakeknya dan seluruh
keluarga dan para abdi keraton, lalu pindah untuk berziarah ke makam syek datuh kafi atau
syekh nurjati, ke patilasan wali 9 dan para pini sepuh sejarah pasundan, lalu berziarah ke
pemakan keluarga di luwung ireng, lalu keliling ke makam para buyut dan ki gede di seluruh
telatah tanah pasundan, trus ke astana gunungjati dan gunung sembung cirebon, setelah itu
dengan melewati jalur pantura, djaka mengarah ke barat, setelah singgah di, karang ampel,
panguragan, indramayu dan sumedang, lalu djaka istirahat di makam syekh quro’ kerawang,
yang kemudian di lanjutkan lagi ke bekasi, bantar gebang, sunda kelapa, bogor, jampang,
banten dan serang. Lalu istirahat di telatah luar batang, kemudian ke badui, di pedalaman
badui, djaka sempat tinggal beberapa sa’at untuk berguru, lalu ke ujung kulon dan berguru
lagi pada eyang gelung, satu2nya sesepuh kuno yang masih hidup di wilayah ujung kulon,
lalu djaka memutar ke arah selatan pandegelang hingga sampai ke curug sewu dan istirahat di
gunung tangkil pelabuhan ratu suka bumi, lalu ke tangkuban perahu bandung, dan
istirahat di makam Syekh H. Abdul muhyi pamijahan tasik Malaya.


Lalu ke pangandaran dan panjalu, lalu ke majalengka, raja galuh dan kuningan, di kuningan
djaka tolos mendapat petunjuk untuk sowan ke gunung papandaean garut purwakarta, lalu ke
alas gandaka dan istirahat di gunung tampomas sumedang, di goa kaki gunung tampomas
djaka sempat istirahat cukup lama, karena kehabisan tenaga akibat musim kemarau yang
banyak mematikan tumbuhan liar yang dapat di makan, di dalam goa djaka tolos menemukan
penyipanan harta karun milik para leluhur, yang di simpan dalam ruangan goa yang sangat
tertutup dan bahaya. Karena tempat itu telah di huni se ekor ular yang lumayan besar, setelah
itu perjalanan di lanjutkan kembali ke arah selatan hingga menembus ke cilacap, lalu
berbelok ke arah bumiayu, wangon dan istirahat di gunung putri, lalu di lanjutkan lagi ke
ajibarang purwokerto dan istirahat di baturaden lereng gunung slamet, di sinilah djaka
berguru pada salah seorang peduduk asing yang tinggal di lereng gunung slamet, lalu atas
perintah gurunya itu djaka mendaki gunung slamet untuk mengambil rumput jalak yang
tumbuh di tepi kawah gunung slamet, setelah berhasil, lalu djaka di suruh menjalani tapa
pendem selama 21 hari di hutan gunung slamet. Setelah itu perjalanan di lanjutkan ke bumi
jawa, terus ke walangsanga moga, randu dongkal, bobotsari, dan istirahat di makam syekh
jambu karang di puncak gunung ardilawet purbalingga, lalu turun ke kramatsari untuk
berziarah ke makam syekh ma’dum husain, lalu ke arah banyu mas dan singgah di pertapan
jambe pitu gunung selok adipala perbatasan cilacap dan banyumas.


Sa’at berada di pertapan jambepitu, djaka tolos di temui keluarga persiden untuk di ajak
bekerja sama dan terjalinlah sebuah perjanjian antara djaka tolos dan keluarga cendana,
pejabat negara tersebut, setelah itu djaka turun dari gunung selok untuk singgah di pertapan
jambe lima dan jambe tiga yang terletak di bawah gunung selok, lalu mengelilingi 99 gua
yang terdapat di kaki gunungnya, dan istirahat di goa ratu 3 hari, di goa nagaraja 3 hari,
setelah itu di lanjutkan ke gunung srandil untuk berziarah ke makam pangeran langlang
buana. Dari sini djaka mendapat petunujuk untuk kembali ke karang lewas purwokerto, untuk
sowan ke makam syekh ma’dum ali dan panembahan mangku bumi atau raden banjak blanak,
setelah itu di lanjutkan lagi ke arah selatan, dan singgah ke makam mbah suci karanganyar,
dan istirahat di makam raden jaka sanggrip di kedaton bulupitu kebumen, lalu melintas ke
arah utara menyebrangi hutan, menembus ke dataran tinggi dieng, setelah singgah ke kawah
candra dimuka, sumur jalatunda, dan beberapa candi keramat peninggalan leluhur. Djaka
menjalani tirakat di goa semar yang kemudian menjalani tapa kungkum di telaga warna
Dieng, di sinilah djaka di temui kanjeng ibu ratu sekar jagat wijaya kusuma, kanjeng ratu
menyarankan agar djaka menetap sementara di sekitar telaga warna, karena akan ada sesuatu
yang akan di perolah, dan ternyata setelah seminggu tinggal menetap di sekitar telaga warna,
djaka tolos bertemu dengan seorang gadis yang merupakan juru kunci di telaga warna, dia
bernama RUMINI, anak ontang anting asal dari jepara, yang telah di angkat anak oleh
kanjeng ratu dan atas saran kanjeng ratu pula, lalu djaka dan ajeng rumini menikah.


Setelah satu bulah pernikahanya, lalu djaka melanjutkan perjalananya untuk mengembara,
sementara adjeng tetap dalam tugasnya menjadi juru kunci di telaga warna dieng, lalu djaka
menuju gunung sundoro sundari di temanggung dan singgah berziarah ke makam syekh
mekukuhan di gunung sumbing wonosobo, lalu turun menuju utara dan naik lagi ke gunung
ungaran semarang, untuk napak tilas ke candi sewu, yang lebih di kenal dengan sebutan,
candi lawang atau gedong 9, peninggalan wali 9, lalu pindah ke gunung anoman dan singgah
mandi di telaga dewi anjani di grobogan. Lalu ke ambarawa, magelang dan singgah di
gunung merapi jogja, lalu ke borobudur magelang dan singgah untuk istirahat di padepokan
bukit manoreh, lalu naik lagi ke gunung wangi untuk berziara ke makam pangeran smono,
lalu ke gunung kraton loano berziarah ke makam panglima gagak handoko dan gurunya
gagak pranolo di gunung pring, lalu turun dan menuju ke istana girigondo wates, lalu ke
bantul dan istirahat di masjid agung kauman ngayugjokarto.


Di sini djaka mulai merasakan kelelahan, tapi djaka merasa harus mampu, karena hal ini
menyangkut nama keluarga besarnya, setelah beberapa hari istirahat, lalu djaka melanjutkan
perjalananya lagi ke makam syekh jumadil qubro di sragen, lalu di lanjutkan ke istana
imogiri, lalu ke wonosari dan gunung kidul dan istirahat di goa langse untuk berziarah ke
makam syekh dumbo dan syekh belabelu, lalu ke goa cermai lalu ke goa gong dan goa
tabuhan hingga tembus ke pacitan. Di pacitan djaka bertemu jodoh lagi dan lalu menikah
dengan AMBAR WATI, putri tunggal dari pak narto sangit, juru kunci goa iskendar gunung
bawang pacitan, setelah 2 bulan menikah, lalu djaka melanjutkan perjalananya lagi menuju ke
utara, lalu singgah di goa jurang mangu berziarah ke makam ki surononggo, lalu ke ponorogo
dan madiun dan berputar ke ngawi lalu istirahat di alas ketonggo, untuk napak tilas di
pertapan sri ganti dan prabu heru cokro, lalu naik ke gunung lawu, turunya singgah di
pertapan cemarasewu dan napak tilas di candi sasrabau, lalu ke candi sukuh dan candi cetho,
lalu turun dan singgah di padepokan banyubiru, lalu melanjutkan lagi ke boyolali dan singgah
berziarah ke makam pangeran samudra di gunung kemukus.


Lalu ke makam syekh jangkung pati, lalu menuju ke pamotan dan singgah di makam raden
ayu kartini, lalu menembus ke caruban, lalu ke bojo negoro dan membelok lagi ke trenggalek
dan penataran blitar, untuk berziarah ke makan bung karno, lalu ke gunung kraton kawi, dan
singgah di pesanggrahan waringin pitu malang, lalu ke kediri dan singgah di jombang untuk
berziarah dan napak tilas di panataran tuban dan siti hinggil trowulan. Lalu ke pasuruan dan
intirahat di gunung arjuna untuk napaktilas, lalu ke bojo negoro, dan membalik
ke alas purwo, ke situ bondo dan istirahat di goa pawon untuk berziarah ke makam syekh
abdul faqih di dukuh kramat kec,songgon banyuwangi jawa timur, lalu kebali ke arah
Surabaya dan singgah di makam sunan bungkul yang kemudian istirahat di makam sunan
ampel denta Surabaya, lalu ke keramat bataputih dan istirahat lagi di makam habib hasbullah
dan ki gede umar sumbo kenjeran. Lalu ke makam sunan gresik di gresik, lalu ke makam
sunan bonang di lasem dan istirahat di paciran lamongan untuk berziarah ke makam sunan
drajat.


Lalu berjalan lagi menuju ke gunung bromo, lalu turun menuju ke juwana dan singgah di
makam ki gede bangsri di kelet keling, lalu ke pertapan sambung oyod untuk napak tilas ke
sejarah ratu kalinyamat dan singgah berziarah di makam ke gede mantingan jepara, lalu naik
ke gunung muria untuk berziarah ke makam sunan muria, lalu turun menuju gunung
mondoliko dan berdzikir di tepi pantai benteng portugis wilayah jepara, lalu menuju ke
makam sunan kudus di kudus, lalu beralih ke arah barat menuju kadilangu untuk berziarah ke
makam sunan kali jaga.


Setelah istirahat beberapa malam lalu di lanjutkan lagi ke demak bintoro, lalu ke sayu dan
istirahat di makam ki ageng pandanaran semarang, lalu ke Kendal dan singgah di goa
singaraja di curug sewu sukorejo batang, di sini djaka tolos mendapat jodoh lagi, dari putri
tunggal juru kunci makam ki ajar sewu, bernama neneng maryanti, yang di jodohkan oleh
bapaknya dengan djaka, karena sedang sakit keras, dan setelah menikah dengan djaka,
sakitnya langsung sembuh, setelah 2 bulan menikah, lalu djaka melanjutkan perjalananya lagi
menuju Kendal, weleri, alas roban dan istirahat sambil berziarah di telatah ujung negoro,
yang masih wilayah batang jateng, lalu ke wonobodro untuk berziarah ke makam syekh malik
ibrahim, lalu ke bruno untuk napak tilas di keramat sunan bonang dan sunan kali jaga.


Lalu ke makam ki gede atasangi dan ki empu supo juga ki gede rogoselo di kalibening,
perbatasan batang pekalongan jateng, lalu naik ke puncak gunung petung kriono untuk napak
tilas di telaga pakis, di telaga pakis ini djaka mendapat petunjuk untuk naik ke puncak
gunung nyai basinga, dan atas ijin serta petunujuk juru kunci, djaka pun nekad naik ke
gunung basinga yang misterius di balik kabutnya yang gelap, di atas puncak djaka hanya
mampu bertahan selama 7 hari saja, karena tak kuat melawan hawa dingi yang mencekam di
atasnya, lalu turun dari gunung djaka jatuh sakit dan di rawat oleh juru kunci hingga sembuh
seperti sediakala lagi. Setelah sembuh, putri juru kunci yang kedua jatuh cinta kepada djaka,
dan minta di nikahkan dengan djaka, akhirnya menikahlah djaka dengan siti jubaidah anak
pak marmo juru kunci gunung nyai basinga puncak petung kriono pekalongan jateng, setelah
3 bulan menikah, lalu djaka berjalan lagi menuju ke makam ki gede dukosewu lebakbarang,
lalu ke tapak tilas syekh lemah abang di doro talun, lalu ke makam syekh pengiling
gondo kusumo di buntu, dan istirahat di gunung sri, linggo.


Lalu napak tilas ke gunung batok kramat, lalu ke goa watu ireng kandang serang, lalu ke
telatah sapuro pekalongan, lalu ke makam syekh pandan jati bantar bolang pemalang dan
istirahat di makam den bagus mas ringin doyong gunung gajah, dan istirahat di keramat mbah
bentol kali tempuran tegal. Lalu melanjutkan lagi ke mundu dan istirahat lagi makam mbah
kuwu cerbon girang, dan akhirnya pada hari senin tgl 06/06/1994, djaka berhasil tiba lagi di
telatah tanah pasundan, tempat awal dia memulai perjalanan dalam lakunya dengan selamat.
Kedatangan djaka tolos di sambut bangga oleh segenap keluarga atas keberhasilanya dalam
menjalani ujian keluarga, setelah istirahat sepuluh hari, lalu djaka tolos di berangkatkan haji
sebagai hadiyah atas kelulusanya, sepulang dari haji djaka tolos di angkat sebagai juru
dakwah di keluraga, sejak itu nama djaka tolos yang bergelar KH. TW DININGRAT mulai
banyak di kenal oleh masyarakat umum, selain dakwah di tempat tinggalnya dan kutbah rutin
tiap hari jumat di masjid agung, djaka juga sering di undang untuk mengisi acara dakwah
pengajian akbar di setiap majlis taklim kususnya di wilayah tanah pasundan.


Djaka tolos yang berdakwah dengan mengambil tema dari gabungan tentang ilmu sare’at dan
Hakekat, yang berhias ilmu tarekot, banyak di sambut baik oleh semua masarakat muslim.
Kususnya yang pernah putus dalam mendalami ajaran agama, di sa’at djaka mulai di kenal
masarakat luas, mang onang justru jatuh sakit hingga berakhir pada ajalnya, dan sejak di
tinggal mang onang pendamping setianya, djaka jadi sering kesepian, dia selalu mengingat
akan ketulusan mang onang yang melayaninya dengan penuh kasih, di sa’at djaka sedang
ganjil. Muncul kabar tentang surtinah uwaknya yang pernah merawatnya dulu, sedang sakit
keras, karena di tinggal djaka sekian lamanya tanpa kabar apapun, atas permohonan keluarga
djaka datang menjenguk, dan sa’at di jenguk, uwak surtina mendadak sembuh dan minta di
nikahi, jika tidak, mengancam akan bunuh diri, dan atas desakan keluarga lagi pula, terpaksa
djaka tolos menikahi surtinah uwaknya sendiri tersebut, bersama’an dengan itu, djaka tolos
mendapat tugas untuk mewakili keluarga, pergi ke brunai memenuhi undangan siraturrahmi
dalam acara halal bi halal di kasultanan brunai.


Dengan di dampingi eyang sukma, lalu djaka
berangkat ke brunai Darussalam, setibanya di sana, djaka di beri penghormatan untuk
beriktiyar mengobatikan putranya yang sedang sakit terkena diabetes, dan atas ijin Tuhan
djaka tolos berhasil menerima penghormatan tersebut, sepulang dari brunai atas kesaksian
eyang sukma waktu di brunai, lalu djaka di angkat sebagai tabib keluarga keraton, dan kini
kesibukan djaka tolos pun jadi bertambah. Sementara semuanya harus di lakukan oleh djaka
seorang diri, sebagai seorang tabib djaka tolos harus siap setiap sa’at jika ada yang
membutuhkan, djaka juga sering di undang keluar daerah untuk menangani pasien, di
samping itu, pengajian2 di setiap majlis juga selalu sering membuat djaka nyaris
tidak pernah beristirahat, dengan begitu, lalu djaka mencari murid untuk di didik yang dengan
harapan bisa membantu kesibukanya, djaka tolos mengangkat murid seorang pemuda desa
bernama ato saifudin, dan semenjak mempunyai murid, djaka jadi tidak terlalu sering di buat
repot oleh setiap acara yang datang tiba2


Di tengah kesibukanya, djaka di kejutkan oleh peristiwa meninggalnya nyi buyut mariya
neneknya, istri ki buyut sarpani yang tinggal di luwung ireng, lalu djaka berta’jiah ke luwung
ireng, karena di tempat tinggalnya lagi banyak kesibukan, djaka tidak mendapat ijin untuk
keluar, tapi djaka menentang larangan itu, karena bagi djaka, keluarga itu lebih Penting dari
segalanya, pertengkaran antara djaka dan para segenap keluarga pun terjadi, tapi djaka tolos
tak mau peduli, djaka tetap keluar untuk bertajiah ke luwung ireng atas meninggalnya sang
nenek.


Sejak itu djaka mulai tau tentang apa yang di sebut perubahan di keluarganya, oleh eyang
sukma, dan perubahan2 tersebut mulai sering muncul hingga di saksikan oleh djaka sendiri.
setelah pemakaman nyi buyut mariyah neneknya, dan mengikuti tahlilnya selama 41 hari,
djaka lalu kembali, lalu djaka tolos segera mengirim kabar atas berita duka itu pada madsalim
bapaknya di sulawesi. Kepulangan djaka sehabis tajiah, di sambut dengan cemberut oleh
kerabatnya, karena di tinggal selama 41 hari, pemasukan keluarga mengalami banyak
penurunan, tapi djaka tetap tak perduli, lalu djaka tolos mendapat undangan ke Jakarta untuk
menangani seorang pejabat yang sedang sakit dan belum terobati, sepulang dari Jakarta, djaka
menerima kabar balasan dari sulawesi, yang menyampaikan kalau madsalim bapaknya telah
meninggal dunia setelah membaca isi surat dari djaka, yang memberi kabar tentang nyi buyut
mariyah ibunya telah meninggal.


Hati djaka terasa di sambar petir, djaka tolos menyesali diri atas keputusanya mengirim kabar
itu, andai tidak, mungkin ini tidak terjadi pula, satu karena bapaknya meninggal dunia, dua
karena merasa bersalah, lalu dengan tergesa-gesa pula djaka tolos minta ijin untuk ke
sulawesi pada sa’at itu juga, akhirnya djaka tolos harus mengalami perdebatan lagi dengan
anggota keluarganya, karena djaka tolos tetap tidak mendapat ijin untuk ke sulawesi apapun
alasanya, djaka tolos menjadi murka dan marah besar, semua yang ada di tempat itu di
jadikan sasaran amarahnya. Awalnya djaka tolos mendapat kan tantangan dari beberapa
anggota yang kedudukanya lebih tinggi dari jaka, tapi setelah djaka mengeluarkan sepasang
pusaka kujang warisan dari ibunya. Semua tertunduk diam tak berkutik, sekalipun di hina dan
di caci maki oleh djaka, dengan suara lantang djaka tolos berkata……


{ akulah Raden tw diningrat, putra dewi arimi….!...cucu pangeran damarjati….!....yang lebih
berhak dari kalian semua untuk menentukan jalan hidupku sendiri…!....jadi jangan sekali-kali
mengatur aku atau menghalangi niyat dan tujuanku….!...karena jika tidak benar aku akan
menentangnya, siapapun dia…!...aku ke sulawesi bukan mau bermain atau
mencari kepuasan se’enaku sendiri..!...aku ke sulawesi karena bapaku meninggal dunia….!...
tidak taukah kalian....? pikiran kalian ini kemana..!..perasa’an kalian kemana..!..kalian ini
manusia apa bukan, orang muslim apa bukan….hah..!.atau memang sengaja memancing
amarahku..!..ingin coba bertarung denganku..!..kalau iya silakan maju, apapun mau kalian
aku ladeni..!..aku layani..!..ayo maju, kalau
perlu semuanya …!..aku tidak mundur selangkahpun..!...jangan se enaknya sendiri, aku juga
punya kuasa dan hak di sini, bahkan lebih kuasa dan lebih berhak dari kalian….}
Djaka melampiaskan semua uneg2 yang selama ini di pendamnya, tak satupun abdi yang
berani angkat muka apalagi menjawab melayani djaka yang sedang meledakan amarahnya
itu, lalu eyang sukma menghampiri djaka, mencoba menenangkan djaka, lalu esoknya djaka
berangkat ke sulawesi dengan menggunakan pesawat garuda Indonesia dari bandara sukarno
hata cengkareng Jakarta, pada hari kamis bulan 11/1994


Setibanya di rumah sulawesi, jasad madsalim bapaknya sudah di makamkan, djaka
menemuinya sudah dalam wujud makam, di samping makam sang bapak djaka tolos duduk
tafakur untuk minta ma’af pada arwah sang bapak yang telah pergi menghadap sang ilahi
rabbi, tiada henti2nya djaka berdo’a di samping makam madsalim almarhum bapaknya, untuk
minta ma’af dan mendoakan arwah sang bapak agar di terima oleh Allah serta di ampuni
segala dosa2nya, setelah siang malam tanpa henti tak perduli panas dan hujan selama 90 hari
djaka berdoa di makam madsalim bapaknya.


Lalu djaka bermaksud memboyong sang ibu sekeluarga untuk kembali ke jawa, tapi dewi
arimi menolak tak mau, dengan alasan sudah terlanjur bersumpah untuk tidak menginjakan
kaki di tanah jawa lagi, dan ingin mati di makamkan di samping madsalim suami tercintanya,
karena sang ibu bersikeras untuk tetap bertahan di sulawesi hingga ajal menjemputnya, djaka
pun tak bisa berbuat apa2 atas ibunya…


Belum sirna perasa’an yang membuat djaka tolos menjadi larut dalam kesedihan yang
panjang, sa’at djaka mencoba keluar rumah untuk mencari hiburan, di jalan djaka tolos
bertemu dengan 5 orang teman lamanya, yang kemudian menceritakan tentang keburukan siti
amidah istrinya, yang kini sudah kawin lagi itu. Selama djaka ada di jawa, katanya dia
prustasi dan menjajahkan diri ke dunia seks, sementara suaminya malah ikut mendukung,
mendengar kabar yang memalukan itu, djaka emosi dan marah, kelima teman lamanya yang
sedang bercerita tentang keburukan siti amidah secara bergantian itu, langsung di hajarnya
satu persatu, hingga babak belur tak berkutik, lalu djaka seketika itu juga meluncur ke
mayayap untuk membuktikan kabar tersebut, setibanya di tempat, tanpa basa basi lagi
djaka langsung bertanya pada siti amida, dan suaminya, karena tak ada yang mau menjawab,
kemarahan djaka langsung meledak lagi, di tamparnya wajah siti amida, dan di lempar juga
suaminya, dengan sebuah gelas hingga terluka, mendengar ada ribut2, tetangga pun salin
berdatangan, djaka tolos lalu menghajar suami siti amidah yang di anggapnya tidak
bertanggung jawab itu, hingga terkencing-kencing, tak satupun yang berani membantunya,
mertuanya yang tau hal itu, langsung ikut turun tangan untuk mencegahnya, tapi djaka justru
beralih menyerang pak tarjan, tapi tiba2 serangan djaka tolos mendadak terhenti oleh suara
siti amidah yang berteriak sambil menghadang di depan djaka.


{ cukup…!...sudah…hentikan….,sebenarnya ini salahku mas….mereka tidak ikut dan tidak
tau apa2, jadi kalau mas mau marah dan memukul, pukul aku…jangan libatkan mereka, lagi
pula apa pedulinya dengan masalah pribadi ku,….sebenarnya, orang yang memberi kabar
pada mas itu, adalah orang suruhan ku, karena aku ingin tau perasa’an mas yang sebenarnya,
kini aku sudah dapat jawabanya, ternyata mas memang masih cinta sama aku, buktinya
mendengar aku seperti itu mas cemburu, tidak terima kan?, tapi kenapa waktu itu mas
menolak keinginanku untuk rujuk kembali, kenapa…mas…jawab…!..bukankah mas masih
cinta aku…,} kata siti amidah istri djaka.


Djaka merasa telah di permalukan siti amidah di hadapan banyak orang, djaka menundukan
kepala sambil meneteskan air matanya, lalu melangkah pergi, tapi siti amidah langsung
mencegatnya…..(jangan pergi dulu…mas…jawab dulu pertanya’anku) dan djaka tolos
menjawabnya hanya dengan satu kata, { karena aku tidak ingin menyakiti hati orang lain }
djaka memang masih mencintai siti amidah, bahkan sangat mencintainya lebih dari apapun,
selamanya.


Bagi djaka, dia adalah yang pertama dalam hidupnya, dan sampai kapanpun tak ada yang
bisa menggantikanya dalam hatinya yang paling dalam, terus djaka berlalu pulang kembali ke
kandang jongak, setibanya langsung djaka berkemas hendak ke jawa lagi, bagi djaka sulawesi
terlalu banyak menyimpan kenangan pahit dalam masa lalu hidupnya, dan djaka tidak mampu
untuk mengenangnya, tidak mampu mampu karena terlalu berat untuk di lalui, karena itu
djaka tolos tak mau terlalu lama berada di pulau seribu kenangan pahit di masa silam itu.
Setelah berpamit pada sang ibu sekeluarga, lalu djaka segera pergi menuju bandara kota palu,
tapi di perjalanan djaka bertemu dengan sobari sahabat lamanya di waktu kecil dulu, dialah
satu2nya saksi hidup tentang seribu kenanganya di sulawesi, sobari ingin ikut menyertai
djaka kemanapun djaka akan pergi, dan di bawanya serta sobari ke pulau jawa, tapi dari
sulawesi djaka tidak menuju ke pasundan, melainkan menuju ke medan untuk mencari
suasana baru di pulau Sumatra, setibanya, lalu djaka berdomosili di kota duri kepulauan riau,
djaka menelusuri perkampungan2 terpencil, menemui dan mempelajari kehidupan mereka
yang alami dan apa adanya.


Pada suatu ketika, djaka duduk berdzikir di sebuah bongkahan batu keramat yang di yakini
oleh suku pedalaman sebagai tempat bersemayamnya arwah2 para leluhur mereka, djaka di
temui oleh pangeran damarjati kakeknya, entah untuk yang ke berapa kalinya lagi,….{ raden
cucuku….,jangan terlalu lama di tempat ini, di sini bukan tempatmu raden, raden harus
kembali pulang ke pasundan, untuk meneruskan sejarah leluhur yang terputus hingga selesai,
jika raden berada di sini, bagaimana raden bisa menyelesaikanya,….kakek mengerti dengan
apa yang sedang engkau rasakan sa’at ini, memang berat raden, sangat berat, tapi menurut
sejarah hidup yang telah tertulis, hanya raden yang mampu dan bisa, untuk itu kami semua
sangat berharap dan bergantung pada raden seorang }


Mendengarnya, djaka terharu hingga meneteskan air mata, datanglah sobari menghampirinya,
lalu bertanya. {…..ada apa kamu menangis seorang diri di sini santoso….?} tanya sobari,..
{ tidak om….tidak apa2, saya Cuma terkesan akan masa lalu }, jawab djaka
menyembunyikan jati dirinya, { om….om sobari benar2 akan mengikutiku dan selamanya
bersamaku….?}, tanya jaka,….{ percayalah san…aku akan selalu mendampingimu
kemanapun dan sampai kapanpun, karena di dunia ini, hanya kamu yang aku miliki, kamu
satu2nya orang yang pernah membuatku bahagia, kamulah orang yang paling aku kagumi
dan aku banggakan di dunia ini }, jawab sobari meyakinkan jaka,.. { om tidak menyesal jika
sampai menderita bersamaku…?..}, tanya djaka lanjut, { percayalah…aku akan selalu ada
untukmu dalam suka maupun duka }, jawabnya lagi, lalu setelah itu djaka tolos bersama
sobari berangkat pulang ke pasundan, setibanya, sobari terkejut kaget setelah tau siapa djaka
tolos yang sebenarnya, dan sejak itu sobari tak berani menatap djaka lagi, bahkan tidak mau
bicara jika tidak di ajak bicara, sekalipun djaka sudah memberikan kebebasan, tapi sobari
tetap dalam posisi hormatnya.


Di keraton djaka tolos mulai lagi di sibukan dengan semua kegiatanya sebagai seorang kiyai
dan tabib, djaka mulai berdakwah lagi di setiap majlis2 ta’lim dan acara2 kusus di setiap
pengajian akbar yang sering di adakan oleh segenap masarakat di pasundan, selain itu, juga
selalu sibuk dengan kebiasa’anya meracik tumbuh2han alam untuk di jadikan bahan jamu dan
obat-obatan, selain itu djaka juga sering menerima undangan resmi dari para pejabat Negara
untuk sebuah acara pertemuan penting di Jakarta, bogor dan bandung.


Suatu sa’at, djaka di panggil oleh salah seorang artis ternama dan terkenal di Jakarta, untuk
membantu masalah pribadi keluarganya, artis itu cukup kaya, karena selain menjadi artis, dia
juga mempunyai banyak ladang bisnis tingkat atas, namun dengan semua keberhasilanya itu,
tidak merasakan bahagia, karena sudah 20 tahun lebih menikah, belum juga memiliki
keturunan sebagai anaknya, bukti dan hasil perkawinanya, atas kesepakatan dengan istrinya
yang telah lama mendengar tentang djaka tolos, lalu mengundang ke rumahnya di perumahan
cipayung Jakarta selatan, setibanya, sesuai dengan keinginanya, djaka mohon penjelasan atas
hasil pemeriksa’an dari dokter, dan djaka terkejut sa’at mendengar penjelasan mereka yang
mengatakan, menurut keterangan dokter, sang suamilah yang di nyatakan mandul tak
memiliki benih keturunan. Lalu dengan tidak mengerti djaka berkata, { kalau dokter sudah
memponis si pria yang mandul, saya juga tidak bisa, lalu apa maksudnya mengundang saya
kemari kalau masalahnya sudah jelas seperti itu…?.}, tanya djaka, dan djaka lebih terkejut
lagi sa’at mngetahui apa maksud mereka berdua, rupanya mereka sudah salin sepakat untuk
menjebak djaka tolos,cdengan menunjukan sejumlah uang, djaka di ajak kerjasama untuk
salin memegang rahasia, karena sang suami mandul, djaka tolos di minta untuk
menggauli sang istri hingga positif hamil, lalu djaka pulang dengan membawa imbalan dan
menjaga rahasia tersebut.


Begitulah rencana mereka, djaka menolak kerja sama yang di anggapnya konyol
itu, tapi sang suami itu menodongkan senjata api di kepala djaka, untuk memaksa
Jika djaka menerima kerja sama itu, maka djaka akan pulang dengan selamat membawa hasil,
jika menolak djaka akan di tembak mati di tempat, dan karena paksa’an todongan itulah
akhirnya djaka menerima kerjasama yang konyol itu, dan di mulai sa’at itu juga djaka di
paksa untuk berhubungan dengan sang istrinya, dengan membaca kalimat istighfar yang tiada
putusnya, djaka tolos terpaksa berhubungan dengan wanita itu di bawah todongan senjata
suaminya, hampir setiap malam hingga tiga bulan lamanya, djaka di paksa untuk melakukan
hubungan tersebut hingga hamil.


Di luar hubungan, djaka tolos di kurung di dalam kamar, setelah di periksa dokter dan di
nyatakan positif hamil, djaka pun di lepas dan di beri imbalan yang tidak sedikit jumlahnya,
tetap dalam kesepakan untuk salin menjaga rahasia tersebut, lalu djaka tolos di antar pulang
ke pasundan dengan mobil pribadinya, sementara di pasundan yang telah di tinggal djaka
selama 3 bulan lebih tanpa kabar karena dalam penyekapan di Jakarta, jadi berantakan.
Sobari yang selalu cemas dan takut akibat memikirkan djaka yang tak jelas kabarnya, jatuh
sakit dan meninggal dunia sebelum djaka sampai di pasundan, setibanya di keraton hati djaka
pun sedih dan menyesalkan semua kejadianya, kini djaka sepi sendiri lagi, tanpa pendamping
yang selalu setia mengabdinya, di dalam kesedihanya, djaka tolos menjadi larut tenggelam di
dalam lamunanya, lalu djaka berpamit kepada gurunya, untuk keluar dari keraton dalam
tujuan mengembara, tapi sang guru eyang sukma melarangnya, karena tau kondisi djaka yang
sedang tidak konsentrasi itu.


Lalu sang guru menyuruh djaka untuk tirakat di makam para leluhur di gunung cangak, dan
di makam para leluhur gunung tampomas. Djaka merenungi semua proses perjalanan
hidupnya selama ini, sambil membaca dzikir di samping makam kakeknya, djaka mengalami
perang sabil antara hati dan pikiranya, antara batin dan anganya, terkadang selaras namun
terkadang bertentangan, djaka sering meneteskan air matanya karena tak sanggup untuk
mengambil kesimpualan, terkadang di benturkanya kepalanya di kijing makam kakeknya,
saking tak kuatnya, lalu djaka tolos mandi tengah malam di 7 sumur keramat yang ada di
sekitar gunung kramat, untuk meredam hawa panas yang sedang membakar jiwanya, setelah
itu djaka menjalankan sholat sunah, yang kemudian di lanjutkan dengan dzikir, sambil
berdzikir, hati djaka melintas ke dalam pikiranya sambil berkata. { aku sering menasehati
banyak orang, untuk berlaku benar, sabar nariman dan welas asih, juga ta’at perintah Tuhan,
beribadah yang benar, serta mencegah perbuatan maksiat atau dosa, dan masih banyak
lagi nasehat2 dan ajakan baik lainya yang pernah di ucapkan oleh djaka sewaktu berdakwah,
baik secara umum maupun secara pribadi, namun di balik semua itu, djaka masih belum tau
tentang yang sebenarnya, tentang yang sesungguhnya, tentang yang sejatinya, aku selalu
menyuarakan dan memperkenalkan tentang tuhan, padahal aku sendiri belum kenal tuhan,
jangankan kenal melihat saja tidak pernah, lalu…..sudah benarkah aku ini..?...sudah benarkah
apa yang sudah ku perbuat ini..?...sudah islamkah aku ini…?...,tidak….!.aku belum tau apa2,
aku tidak pantas berdiri di atas mimbar menyeruakan Tuhan, aku masih dangkal, bodoh,
belum tau apa2, dan aku harus tau apa2 itu, ya….aku harus ambil tau tentang apa2 itu },
karena, pasti dengan itu aku bisa tau, mengerti dan merasakan yang sejatinya, dengan cara
itulah aku juga akan bisa menyempurnaka semua sejarah para leluhurku……}.


Itu kata hati djaka yang melintas dan berbisik pada pikiranya sa’at itu, lalu djaka bertekad
bulat untuk mengebara memcari guru sejati, yang dapat menuntun hidupnya menemukan
semua yang di sebut hakekat hidup yang sesungguhnya, yang sejatinya, setelah tau pasti
tujuan djaka tolos yang sebenarnya, lalu dengan doa restu, sang guru melepas kan djaka
untuk mengebara keluar dari lingkup keluarga, sa’at melepas kepergian djaka, sang guru
berpesan, { jangan pernah melupakan asal usulmu raden, jika sudah selesai, segeralah
kembali, karena disinilah kamu di butuhkan, disinilah tempatmu }.



Lalu djaka tolos menuju kota metro politan Jakarta, ibu kota Indonesia yang di kenal dengan
dunia miliniumnya, djaka ingin tau rasanya jadi orang keras di kota besar, lalu pada tahun
1996 djaka mencoba bergabung dengan para preman di terminal kalideres, yang di awali
dengan perkelahian terlebih dahulu dengan ketua yang memimpin wilayah tersebut, setelah
menjalani hidup sebagai preman di kalideres, dan mendapat hiqmahnya, lalu djaka berpindah
ke wilayah depok, Jakarta selatan untuk membuka praktek pengobatan tradisioanal, yang
kemudian berpindah ke lubang buaya, setelah posisinya sebagai paranormal di lubang buaya
di gantikan oleh sahabat bernama shodiqin, yang menggunakan sebutan ki joko bodo, lalu
djaka beralih ke blok M. djaka ingin tau rasanya jadi penjudi, lalu djaka bergabung dengan
para ahli judi di blok M, hingga akhir tahun 1996. Kemudian djaka ingin merasa kan jadi
seorang gay, lelaki yang menyukai lelaki, djaka ingin merasakan hidup sebagai orang yang di
tentang agama, juga ingin membuktikan apakah benar hal tersebut di laknat Tuhan, lalu djaka
bergabung dengan golongan2 orang tersebut, hampir tiap malam di bar dan diskotic bersama
para gay dan homo seksual. Suka duka dan manis pahit dunia seks bebas, dia lalui dengan
iman, tak satupun yang di lepaskanya dari pembelajaran Hakekat agama dan hidupnya,
berbagai tipe dan karakter para lelaki bebas, di jelajahinya... kadang terpaksa kadang tidak
terpaksa, kadang harus tersenyum walau hatinya hancur, terkadang dibayar, terkadang juga
membayar. setelah merasa cukup dan telah tau seperti apa dan bagaimana proses kehidupan
dunia gay, lalu pada bulan 4/1997 djaka pergi ke pulau sumatra, djaka singgah di lampung
tengah bergabung dengan para pecandu ganja, karena ingin tau rasanya, bukan sekedar
katanya. Hingga paham betul dan benarnya.


Dari lampung tengah, lalu djaka berpindah ke bandung untuk bergabung bersama rekan2nya
dari lampung menjadi perampok, penodong, dan pecudang, di sini, sebagai pengembara yang
mencari guru sejati dan makna hidup, djaka menghadapi masalah besar, sa’at merampok
salah seorang pengusaha yang di kenal dengan keangkuhan dan kekikiranya, djaka tertangkap
dan di hakimi masa, namun sebelum topeng yang menutupi wajahnya terbuka, dan masa
menghujankan senjata tajamnya, tiba2 muncul sang penolong, dia bergerak cepat menarik
djaka dan membawa djaka tolos melambung melompati dinding bangunan yang tinggi2 di
kota bandung, dan berhenti di hutan pangandaran, djaka tolos terpesona sa’at mengetahui
sang penolongnya, ternyata seorang gadis yang berwajah sangat cantik, dan ternyata gadis itu
adalah anak kandungnya sendiri, hasil pernikahanya dengan ratu gadis palawang di banggai
sulawesi tengah, dia bernama DEWI KUSUMA WATI.


Nama yang cantik secantik pemiliknya, untung djaka belum sempat mengutarakan rasa
kagum dan cintanya pada gadis tersebut, karena dia lebih dulu memperkenalkan dirinya,
djaka tidak pernah menyangka, kalau pernikahanya dengan ratu gadis telah membuahkan
seorang anak gadis yang cantik itu, lalu di peluknya sang anak itu penuh kasih dan sayang,
sambil bertanya ada apa sehingga sampai ke pulau jawa ini, ternyata sang anak datang ke
jawa sesuai petunjuk dari ibunya, karena memakasa ingin tau wujud bapaknya dan ingin
bertemu secara langsung, djaka masih belum selesai memikirkan anaknya itu, kemudian
muncul pula ratu gadis palawang istrinya, yang sengaja datang untuk meyakinkan djaka,
kalau itu memang anaknya kandungnya.


Kebahagia’an sesa’at karena pertemuan yang lama tak terjadi menghiasi taman wisata
pangandaran malam itu, ratu gadis dan putrinya memohon agar djaka tolos mau kembali ke
banggai, tapi djaka menolak karena proses perjalanan hidupnya di tanah jawa dwipa ini
belum berhasil, dan sang istri juga putrinya pun memaklumi, setelah perpisahan itu, lalu
djaka pergi ke pulau dewata, yang di kenal dengan para turisnya sebagai wisata mancanegara,
djaka ke sana ingin menjajahkan diri sebagai pelacur pria yang di sebut gigolo.


Djaka ingin tau rasanya menjadi menusia penjajah seks bebas, ingin menjadi sang petualang
cinta. Setibanya di bali pada awal tahun 1998, dengan modal telepon pribadi dan kerja sama
dengan menejer di beac hotel di pantai sanur bali, djaka melayani para tamu hotel yang rata2
orang asing, untuk melayani nafsu kepuasan seksual mereka. Dari petualang inilah djaka
dapat meraih uang juta’an dolar dari setiap pelangganya yang memberi imbalan atas
pelayananya yang cukup memuaskan mereka. Hasilnya oleh djaka di simpan di salah satu
bank swasta di Indonesia, djaka sempat terlena dengan penghasilan yang lebih dari cukup itu.
Tak perlu membuang terlalu banyak tenaga dan jauh2 pergi ke luar negeri, cukup di atas
ranjang yang mewah, djaka sudah bisa meraih berbagai mata uang asing, hingga membuat
djaka tolos sempat terlena lupa akan perjalanan yang menjadi tujuan hidupnya.


Untunglah pangeran damarjati kakeknya segera datang menemuinya untuk menyadarkan
sehingga djaka secepatnya beristighfar, dan pada pertengahan tahun 1998. Lalu djaka
kembali ke pulau jawa, dan sowan di pesantren jobang, di sana djaka duduk bertafakur dalam
kelaleanya, lalu djaka bermusawaroh dengan para kiyainya, lalu djaka pergi ke pasuruan,
singgah ke tempat sahabatnya yang kini sedang mengajar di salah satu pondok pesantren di
pasuruan. Lalu djaka pergi ke bojonegoro, juga untuk menemui sahabatnya, karena rindu
lama tak bertemu. Di sini djaka tolos mendapat pelajaran tentang Serat sastra jendra
hayuningrat Pangruwa Ting Diyu... Dari guru sahabatnya yang di temui tersebut. Dalam
pembelajaran ini, djaka di tuntut jeli dan waspada, karena jika sampai gagal, risiko gila akan
di sandangnya, ilmu Serat sastra jendra hayuningrat Pangruwa Ting Diyu, adalah salah satu
ilmu jawa tingkat tinggi pada jaman para leluhur jawa dulunya, dan hanya ilmu inilah, yang
mengajarkan tentang bertuhan sembari menikmati klimaxnya rasa sejati...


Seusai belajar, djaka mrasa sangat prihatin, karena sang sahabat jatuh sakit, djaka sudah
berusaha untuk beriktiar mengobatinya, tapi tuhan sudah menjatuhkan waktu wafatnya,
sebelum meninggal, sahabat berpesan amanat, agar djaka mau menikahi istrinya bernama
SITI AJIJAHTUN, dan merawat ke empat anaknya yang masih terlalu kecil untuk jadi seoran
yatim pada waktu itu, hingga setelah sahabatnya meninggal dunia, djaka terpaksa menikahi
siti ajijatun istri almarhum sahabatnya, sesuai yang di amanatkan. Dan djaka jadi terhenti
selama satu tahun di bojonegoro, namun djaka tolos menyempatkan dirinya untuk
mengelilingi seluruh tempat2 keramat di sekitar bojonegoro, di sini djaka tolos bertemu
dengan orang ahli harta duniawi, dia berasal dari balik papan Kalimantan, seorang pengusaha
tambang emas yang jatuh bangkrut, dan datang ke jawa untuk mencari jalan pintas tentang
kesuksesan dunia, yang lebih di kenal dengan sebutan pesugihan. Orang tersebut sudah usaha
keliling hingga ke gunung kawi yang terkenal itu, namun sampai modalnya habis belum juga
membuahkan hasil, karena memaksa, dan tidak bisa di masuki nasehat lagi, lalu djaka
melantarkanya pada kanjeng ibu ratu sekar jagat wijaya kusuma sang penguasa laut kidul.
Setelah itu di suruhnya cepat pulang ke Kalimantan dengan membawa hasil tersebut. lalu
djaka pada tahun 1999, pergi mengembara ke gunung bromo, dan kemudian bertempat di
tulungagung, kemudian ke sampang pulau madura, lalu mengembara lagi ke jepara, di jepara
djaka tolos bertemu dengan sahabat2 baru yang semuanya korban dari ke bangkrutan usaha,
dan lagi semuanya telah putus asa dan nekad dengan menghalalkan segala macam cara untuk
meraih keberhasilanya kembali, ada yang minta di lantarkan ke bank ga’ib, ada yang minta ke
ratu kidul, ada yang ingin ke dewi lanjar, ada yang minta di carikan tuyul, bahkan ada yang
sampai nekad bermaksud mengorbankan anak istrinya untuk memuja nyai blorong.



Semuanya di layani dengan senang hati oleh djaka, yang masih bisa di sadarkan, djaka
memberinya petuah dan nasehat, yang sudah tidak mempan dengan nasehat di lantarkan oleh
djaka pada ke inginanya, dan dengan begitu djaka lalu banyak di buru oleh orang2 yang ahli
maksiat, karena tak mau terlibat terlalu jauh pada kesesatan itu, lalu djaka mengangkat salah
satu dari mereka untuk di jadikan sebagai murid, menempati wilayah tayu, setelah di anggap
sudah cukup mumpuni, lalu djaka tolos meneruskan pengembara’anya ke daerah istimewa
jogjakarta. Di sini djaka tolos sempat mempelajari ilmu kejawen yang di sebut sapta darma.
Dan di solo mendapatkan aji panunggal jati. Di solotigo mendapat aji paweling
jati, lalu ke wonogiri dan mendapat ilmu yang di sebut aji padmawara. Dan pada akhir tahun
1999, djaka bertemu dengan keturunan persiden pertama Indonesia, bernama
raden malikul kusno bambang utomo di bantul, bersamanya djaka melacak peninggalan bung
karno yang di sebut uang brazil (UB), atas tujuan itu lalu djaka berkeliling hingga ke seluruh
persada nusantara, dan sesekali mengadakan pertemuan di pesangrahan cemara sewu yang
terletak di kaki gunung lawu. Pertemuan yang di pimpin oleh pendampin pribadi bambang
utomo yang bernama ki suro modo ismoyo itu, sering menciptakan suasana tegang antara
djaka tolos dan ki suro, yang lebih di kenal dengan sebutan eyang lawu itu, di sisi lain, secara
diam2 djaka juga sering mengadakan pertemuan pribadi dengan mantan kepala Negara yang
baru saja jatuh dari kekuasa’anya, dan pernah menjalin hubungan kerja sama dengan djaka
waktu di pertapan jambe pitu.


Pertemuan tersebut sering di adakan di istana giribangun tawangmangu karanganyar, yang
terletak di sebelah barat kaki gunung lawu, walau betapa sibuknya djaka dengan segala
urusan dan perjalananya dalam mengembara, sesekali djaka tolos juga pulang untuk
menjenguk keluarganya, baik itu yang di kampung, maupun yang di keraton, juga murid yang
di suruh menggantikan posisinya di keraton. Sambil menjalankan dua misinya yang
membantu orang2 ahli politik Negara. Pada pertengahan tahun 2000 lalu djaka mengembara
ke wilayah cilacap perbatasan antara jateng dan jabar, di sini djaka tolos sempat berziarah di
goa singa barong yang terletak di pulau nusa kambangan. Dengan menyewa perahu djaka pun
di antar ke pulau tersebut untuk napak tilas, setibanya, djaka merasa terkesan dan ingin
tinggal beberapa sa’at di dalam goa itu, lalu setelah berpesan pada pemilik perahu untuk
menjemputnya 3 hari kemudian. Djakapun menempati goa itu seorang diri selama 3 hari 3
malam, sa’at malam ke tiganya, djaka duduk berdikir, djaka merasakan ada kedamaian yang
tersembunyi di dalam goa tersebut, djaka merasa seumur hidupnya baru kali ini merasakan
kedamaian yang luar biasa di rasakanya, dan karena kedamaian itu djaka tolos tertidur lelap
di atas tempat duduknya. Sa’at terbangun, lalu djaka duduk di mulut goa menunggu tukang
perahu datang menjemputnya, tapi hingga malam tukang perahu itu tak kunjung datang juga,
sehari dua hari tiga hari dan sampai djaka lemas kehilangan keseimbangan tubuhnya, tetap
tak ada yang datang menjemputnya, mungkinkah tukang perahu itu lupa, atau memang takdir
perjalanan hidup djaka harus berakhir di goa singa barong pulau nusa kambangan. Djaka pun
tak bisa berbuat apa2 kecuali pasrah dengan segala kehendak Tuhan...


karena berminggu-minggu perutnya tidak kemasukan apapun kecuali angin, akhirnya djaka
tolos jadi kehilangan kesadaran, hingga berada di antara hidup dan mati, pada sa’at dalam
kondisi itu, djaka di temui oleh sosok ga’ib yang berwujud manusia berbusana cahaya, dan
djaka tolos mendapat wejangan tentang hakekat hidup yang sebenarnya, semua yang belum
pernah djaka tolos dapatkan dari sekian banyak guru yang pernah mendidiknya, di peroleh
jawabanya, semua yang belum dimengerti dan belum di pahami tentang laku, juga di peroleh
jawabanya, dan setelah semua di ketahui, di pahami, di mengerti dan di ketahuinya, djaka
tolos hanya mampu menganggukan kepalanya dengan mengucapkan satu kalimat
saja,yaitu…….O……..,


Lalu sambil tersenyum mengingat proses perjalananya selama ini, djaka berkata dalam hati,
ternyata semuanya itu bukan yang sejati, bukan yang sebenarnya, bukan yang sesungguhnya,
namun, walau begitu, bukan berati sia-sia atau percuma tanpa guna, karena semua itulah
djaka tolos bisa terantara ke proses sesungguhnya ini, semuanya itu adalah perjalananya
untuk bisa sampai ke yang sesungguhnya,yang tak bisa di hindari oleh siapapun jika tuhan
telah berkehendak, baginya, tidak ada selembar daunpun yang jatuh ke bumi ini tanpa
kehendak tuhan, dan setiap kehendak tuhan, itulah,yang baik dari yang terbaik... Dan
akhirnya djakapun sangat menghargai semua perjalanan proses masa lalunya. dan di warisi
tutunan hidup yang sejati berupa wahyu panca ga’ib.


Pelajaran ga’ib tersebut di pelajarinya selama 90 hari kurang lebihnya, sebelum manusia
ga’ib berselimut cahaya itu pergi meninggalkan djaka, djaka tolos di pesan, kelak jika sudah
keluar dari goa ini, pergilah mencari makam M. SMONO SASTRODIDJOYO, yang terletak
di gunung damar, dukuh kalinongko kelurahan sejiwan kecamatan loano kabupaten
purworejo jatenga, untuk berjiarah. Karena menurutnya, M. Smono sastrodidjoyo itu adalah
manusia pertama yang menerima wahyu panca ga’ib dan telah menyebarkannya pada semua
ahli laku di seluruh penjuru dunia. Di sisi lain, pada sa’at itu ada salah seorang kepala dusun
dari pedesa’an cilacap yang tidak punya keturunan, sebut saja namanya pak Dadang, pergi
memancing ke laut, dan terdampar di sekitar goa singa barong, merasa aneh melihat goa
tersebut, lalu tertarik untuk melihat dalamnya goa tersebut, setibanya di dalam, pak dadang si
pelaut itu menemukan tubuh djaka tolos yang sedang tergeletak di atas batu yang semula di
dudukinya, setelah di periksa masih hidup, lalu segera pak dadang membopong tubuh djaka
ke perahunya dan membawanya pulang ke rumah, setibanya di rumah, djaka di rawat hingga
sadar dan pulih seperti sedia kala, setelah salin bersua atas kejadian tersebut. Lalu djaka tolos
dengan berat hati berpamit untuk pergi ke purworejo sesuai dengan petunjuk yang di
perolehnya sa’at di goa, pak dadang pun sangat paham dan mengerti akan djaka, dan dengan
berat hati pula djaka di lepasnya dengan doa dan ketulusan restunya.


Setibanya di purworejo dan menemukan alamatnya, lalu djaka duduk bersilah di samping
barat makam m.smono sastrodidjoyo, menghadap ke timur, djaka mengamalkan kalimah2
panca ga’ib sesuai dengan yang di ajarkan kepadanya. Selama 7 hari 7 malam djaka tolos
duduk tafakur di makam m.smono sastrodidjoyodi gunung damar, menjalankan
amanah yang di perolehnya sa’at terdampar di goa singa barong cilacap.


Hari demi hari yang di laluinya selama satu minggu, semakin membawanya mencapai
ketenangan jiwa raga dan lahir batin, semua beban yang pernah membelenggunya, seketika
sirna, segala masalah dan problema hidup yang selama ini mengikatnya, mendadak lenyap
seketika, berganti dengan ketentraman, hingga merasa bebas merdeka tanpa beban apapun,
pada malam yang ke 7, yang bertepatan pada malam senin pahing, djaka duduk rutin tafakur
di samping makam m.smono sastrodidjoyo.


Dan tepat jam 01,00 malam, djaka merasa kan dirinya berada di alam yang berbeda, djaka
bertemu dengan semua ahli qubur dan ahli makam yang berkaitan dengan dirinya, salin
berdatangan kepada djaka, untuk minta di tuntun tentang wahyu panca ga’ib, mereka adalah
para lelulur djaka tolos, dan dengan tanpa beban apapun djaka menuntunya satu persatu
hingga sempurna, dan setiap yang sudah sempurna dalam panca ga’ib, langsung sirna
kembali ke pada asalnya masing2, yang berasal dari air kembali kepada dan menjadi menjadi
air, yang asalnya dari api kembali kembali ke api dan menjadi api, yang asalnya dari angin
kembali ke angin dan menjadi angin, yang asalnya dari sari2nya bumi kembali ke sari2nya
buni dan menjadi sari2nya bumi,yang berasal dari suci kembali ke suci dan menjadi suci,
kembali menjadi bumi,yang berasal dari suci kembali menjadi suci, hingga tak meningalkan
bekas apapun.


Dan tiba giliran bapak kandungnya yang datang kepada djaka tolos. Djaka sempat terenyuh
dan memohon ma’af dan doa restunya, setelah kejadian yang ajaib tersebut, djaka merasa
bangga sekali, djaka merasa bahwa dirinya adalah manusia yang paling beruntung di antara
yang beruntung, karena dalam usia dini tanpa susah payah seperti laku para ahli yang
terdahulu, djaka tolos bisa menerima wahyu panca ga’ib yang di turunkan untuk yang
terakhir kalinya oleh yang maha suci hidup, melalui raga almarhum m.smono
Sastrodidjoyo.


Dan di midjilkan pada tahun 1955 yang telah silam, selesai sudah dengan kesempurna’an
djati ini, semua laku para leluhur yang menjadi tanggung jawab djaka tolos selama ini, yang
di pikulnya selama ini, djaka merasa sangat puas dan plong serta ikhlas atas takdir yang di
terimanya, kini semua telah selesai dengan ketamatan yang sempurna jati itu. kemudian sa’at
sungkem siang seusai jumat, djaka mendapat petunjuk lagi agar mengembara ke pekalongan
untuk memulai hidup barunya, karena di sanalah djaka tolos akan bertemu dengan para ahli
yang juga memegang wahyu panca ga’ib, dengan bermacam-macam dan beraneka ragam
persepsinya.


Djaka di pesan agar tidak terkecoh atau terpengaruh akan perbeda’an yang akan di temuinya
di pekalongan nanti, tetap idep madep mantep pada pendirian pribadi, tidak boleh merobah
menambah atau mengurangi wahyu panca gaib tersebut, sabar nariman legowo, toto titi titis
ing samubarang gawe, nang ning neng nung sa’at sungkem, ono opo2 kunci ora ono opo2
kunci dalam semua dan segala tindakanya, apa adanya tanpa neko2, dan pesan amanah itulah
yang pada akhirnya di jadikan senjata bagi djaka dalam laku pengembara’anya.


Demikianlah al-kisah sejarah perjalanan djaka tolos dalam mengebara mencari guru
sejatinya, demi harapan para leluhurnya, hingga berhasil menyelesaikan sejarah para
leluhurnya yang terputus karena ajal lebih dulu menjemputnya, hingga berhasil mencapai titik
kesempurna’an yang sesuai kehenda illaahir rabbi.


Setelah itu, sesuai amanah dan petunjuk, djaka tolos ke pekalongan, untuk memulai
membuka lembaran hidupnya yang baru, karena masih ada tugas yang harus di jalaninya lagi,
yaitu sejarah hidupnya sendiri dan semua keturunanya serta sekeluarga, tiada henti2nya djaka
selalu berharap dengan doanya, agar peran sejarah pribadinya itu, tidak seberat sejarah para
leluhurnya yang terdahulu, tapi walaupun berat, djaka tetap akan menerimanya dengan ikhlas
dan apa adanya, karena baginya, tak ada satupun yang mampu menolak kehendak maha suci
hidup, sebab dia maha di atas yang termaha, lagi pula djaka telah di beri senjata ampuh untuk
bekal di perjalanan hidupnya, yaitu wahyu panca ga’ib yang telah dibuktikanya sendiri,
bukan hanya sekedar katanya. dalam menyelesaikan sejarah pribadinya sendiri, itulah prinsip
hidup djaka tolos yang telah percaya diri dalam segala hal kemungkinan yang akan di
laluinya setiap sa’at dan waktu.


Selanjutnya, setelah peristiwa keajaiban yang di alami djaka tolos di purworejo, tentang
proses penyempurna’an para leluhurnya, lalu sesuai petujuk djaka berangkat menuju ke
pekalongan untuk memulai membuka lembaran hidup yang baru, setibanya di pekalongan
djaka tolos mengambil posisi tempat di sebelah barat selatan kota pekalongan, dan menetap
di kecamatan sragi, sambil membuka praktek pengobatan alternative tradisional, djaka
berusaha menyampaikan berita dan kabar gembira kepada para tokoh dan ahli laku, juga pada
semua sahabatnya, semua teman dan rekanya bahkan keluarganya serta sanak kadangnya,
Selain di pekalongan sendiri, djaka juga menyempatkan untuk keluar menemui para kiyai
para ulama’ dan tokoh serta para ahli laku dan supranatural di berbagai penjuru kota di tanah
jawa dwipa, untuk bermusawarah dan salin tukar pengalaman berdasarkan asah asih asuh,
suka duka, kritik dan saran bahkan pertentangan dan perdebatan pun di temui dan di alami
oleh djaka, namun di terima dan tidak di terima, djaka tetap berjalan dengan apa adanya,
tanpa beban apapun.


Setelah 3 bulan kurang lebihnya menjadi warga di pekalongan, djaka mulai di kenal banyak
orang, hingga salin berdatangan, ada yang untuk berobat, ada yang untuk berkonsultasi dan
ada juga yang datang untuk berdebat masalah pengertian laku. Djaka juga bertemu dengan
banyak orang yang satu pegangan hidup, namun berbeda anggap dan pengertiannya, Ada
yang menganggap bahwa wahyu panca ga’ib itu, sebuah alternative agama, kepercayaan,
kebatinan, kanuragan, jaya kawijayan, golongan, partai, bahkan ada yang menganggapnya
sesat, murtad dll, tapi djaka tetap pada prinsip dan pendirianya, tidak goyah dan tidak gentar
sedikitpun dalam menghadapi liku2 dan proses hidup, karena djaka yakin setiap makhluk
hidup itu memiliki proses sendiri2, dan pada akhirnya, di sadari atau tidak di sadari akan
sampai pada titik yang kini di tempati oleh djaka, hanya saja, waktu kapan dan usia mereka
cukup apa tidaknya untuk bias sampai ke titik tersebut, hanya Maha suci hiduplah yang tau.
Sejak memegang wahyu panca ga’ib ,banyak para tokoh dan ahli yang di patahkan
pengertianya oleh djaka tolos di dalam laku spiritualnya, walau begitu, djaka tetap sesekali
datang ke makam m.smono sastrodidjoyo di purworejo untuk berziarah.


Dan di dalam ziarah. Tidak jarang mendapat wejangan2 melalui ga’ib. Sesekali djaka
menjenguk istri2nya termasuk yang di cirebon, dan pada akhir tahun 2001, djaka
mendapat jodoh orang pekalongan, wanita yang sudah bersetatus janda beranak tiga, yang di
tinggal mati suaminya akibat sakit di teluh saingan usahanya, dan menikahinya pada awal
tahun 2002, dan sejak itu djaka tinggal bersama istrinya di desa tegalsuruh kecamatan sragi
pekalongan.


Pada bulan 4/2002 djaka mendapat panggilan ke kota pekalongan untuk mendukung calon
wali kota, dan djaka berhasil mendukung calon wati kota hingga sah menduduki jabatanya
sebagai wali kota di pekalongan, dan pada bulan 7/2002, djaka juga di panggil pulang ke
pasundan untuk mendukung pencalonan kepala desa di kampungnya, dan djaka berhasil lagi
dalam mendukung calon kepala desa tersebut, setelah itu di undang lagi untuk mendukung
pencalonan kepala desa di tetangga desa, namun djaka tolos gagal dalam mendukungnya,
pada awal tahun 2003, kota pekalongan mengalami kemunduran ekonomi, akibatnya
banyak pengusaha yang jatuh bangkrut hingga meninggalkan banyak hutang di sana sini
terutama di bank dan rentenir, dan rata2 para pengusaha itu adalah teman2 djaka, minimal
kenal dengan djaka, merekapun berdatangan silih berganti untuk minta tolong kepada djaka,
untuk dicarikan solusinya, sebagian besar, minta bantuan ritual ga’ib, taitu mendapatkan harta
kekayaan dengan cara muja bangsa lelembut, karena semuanya sudah nekad dengan tujuanya
masing2 dan tidak bisa di nasehati apa lagi di ubah atau di tawar, djaka tolos menjadi sering
merasa serba salah, di tolong kasihan karena sama halnya dengan kata menjerumuskan
teman, tidak di tolong di anggap tega dan tidak kasihan kepada teman.


Akhirnya djaka pun pasrah pada keputusan sang maha suci yang telah di tentukanya, karena
dia yang maha kuasa atas segalanya, dengan begitu, ada yang di tolong dengan melantarkan
pada para sahabat2nya yang di alam ga’ib, ada pula yang di tolongnya secara pribadi, tapi ada
pula yang di tolaknya, pada suatu sa’at tepatnya bulan 5/2003, djaka pergi ke Surabaya untuk
menghindari para temanya yang datang bertamu dengan tujuan konyolnya masing-masing
itu, djaka menenangkan diri di makam kiyai tambak deres di tepi pesisir pantai kenjeran pasir
putih, sa’at djaka bangun malam hendak mandi dan akan berdzikir, djaka di kejutkan oleh
munculnya seorang pria yang hendak bunuh diri di tepi pantai dengan menggunakan tali yang
di ikatkan di pohon bakao yang tumbuh di pinggir lau, bergegas djaka mencegah dan
menghentikan aksi bunuh diri itu.


Di awali dengan pertengkaran dan perkelahian terlebih dahulu, akhirnya djaka berhasil
menyadarkan orang tersebut, lalu di ajaknya ke makam untuk berbincang, setibanya, lalu
djaka bertanya tentang penyebabnya hingga harus nekat bunuh diri, kepada orang itu, dan
sambil menangis orang tersebut menceritakan masalah hidup yang sedang di alaminya,
hingga membuatnya nekat mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, dia bernamaTtri
atmojo, asal dari kediri dan kerja di sebuah kantor dinas wali kota Surabaya serta tinggal
menetap bersama anak dan istrinya di kenjeran, tri atmojo adalah putra tunggal dari salah satu
pengusaha sukses di kediri, sudah 15 tahun berumah tangga dengan istrinya yang berasal dari
pasuruan.


Namun sebenarnya Tri atmojo adalah pria gay, lelaki yang menyukai lelaki, sejak kecil hal
itu di alami dan di rasakanya, sudah dari kecil pula tri atmojo tidak pernah punya rasa suka
pada seorang wanita, apalagi untuk mencintainya, tapi karena hal tersebut di tentang agama
dan di tolak masarakat pada umumnya, tri atmojo berusaha memendam dan
menyembunyikan perasa’anya itu, dan karena tidak mau mengecewakan orang tuanya,
sehingga tri menutupi dan membohongi dirinya sendiri, dengan cara mengikuti kemauan
orang tuanya untuk menikah dengan wanita yang sudah di persiapkan sejak lama, walau
sesungguhnya hati kecil tri atmojo sangat tidak menyukai perkawinan tersebut.


Lalu, menikahlah dia, hingga 15 tahun lamanya, tri berusaha mempertahankan perkawinan
itu, namun tri tetap berontak dan tidak kuat juga, hingga pada akhirnya tri atmojo bertemu
dengan seorang teman asal dari gresik yang sama2 gay, dan secara diam2 dan sembunyi2 tri
atmojo sering melakukan hubungan badan dengan temanya itu, terkadang di hotel dan
terkadang di rumahnya sendiri jika sang istri sedang tidak ada di rumah, lama2 hubungan
gelap itu di ketahui istrinya, dan menjadi masalah besar dalam karir dam hidupnya, sang istri
yang kecewa dan merasa telah di jadikan tutup serta pelampiasan nafsunya, setelah tau kalau
tri atmojo suaminya adalah seorang pria gay, selain minta cerai, dia juga mengancam akan
mengatakan hal itu kepada kedua orang tuanya dan kepada public, agar termuat di media
masa.


Karena itulah tri atmojo memilih mati bunuh diri dari pada mengalami ancaman sang istri.
Karena jika hal itu terjadi, bukan Cuma dirinya yang akan malu dan hancur kehidupanya, tapi
juga kedua orang tuanya sekeluarga, seusai menceritakan masalahnya, lalu djaka bangkit
menghampiri tri atmojo, di peluknya tubuh yang sedang terisak nangis di hadapanya itu, lalu
di raihnya dan di suruh duduk di sampingnya, lalu djaka bercerita sejarah pribadinya, sambil
sesekali menepuk pundak tri atmojo sebagai tanda memberi semangat hidup kepadanya, lalu
djaka juga bercerita kalau dirinya juga pernah menjalani hidup sebagai pria gay atau homo
seksual, tapi hal itu sama sekali tidak menjadi beban bagi djaka, karena semua yang terjadi di
dunia ini adalah kehendak tuhan, dan setiap kehendak tuhan, itulah benar, dan ke benaran
tuhan itu adalah baik dari setiap yang terbaik.


Selain itu di katakana pula oleh djaka pada tri atmojo, bahwa manusia hidup itu
sesungguhnya tidak punya kuasa apapun, apa lagi untuk menolak dan melawan kehendak
tuhan, sekalipun dia seorang wali bahkan nabi, jika tuhan menghendaki wali atau nabi itu
untuk menjadi seorang gay atau homo, apa yang bisa di lakukanya kecuali menjalankanya, itu
karena kita ini tak punya kuasa apa2, hanya sakdermo nglakoni lan nrimo ing pandum, takan
mampu menolak kehendak tuhan, karena lagi, tuhan itu adalah maha di atas segala yang
maha, dia kuasa atas segalanya, tinggal kita menilai dan menjalankanya dengan bagaimana,
apa yang sedang mas tri alami itulah kehendak tuhan, peran dari tuhan buat mas tri, yang
harus di jalani hingga selesai dan tamat, agar tidak bersambung dan di teruskan oleh anak
cucu di kemudian hari.


Jika telah tamat atau selesai, dan mas tri masih punya waktu untuk hidup di dunia ini, maka
nanti mas tri akan mendapat peran baru lagi. entah sebagai apa lagi, dan itu harus di selesai
lagi, jika tidak, maka selamanya akan jadi beban hidup hingga akhir jaman yang akan
menjadi tanggung jawab kita sebagai hamba tuhan, begitu selamanya dan selalu begitu
hingga kehidupan kita berakhir, menolak, maka itulah yang di sebut murtad dan durhaka,
ingkar maka itulah yang di sebut sesat dan musrik, tidak tau dan tidak mengerti, maka
bonggan…


Karena itulah yang di sebut orang aniaya, terima dan jalanilah semua kehendak tuhan dengan
ikhlas, lapang dada dan apa adanya, percayalah, Tuhan tidak akan memberi beban umatnya di
luar kemampuanya, jalani dengan iman serta syare’at dan agama yang kita yakini, hingga kita
berhasil menyelesaikan peran kita dengan sempurna, ada awal pasti ada akhir, itulah yang
harus kita jadikan sebagai dasar kesimpulan, jangan malu apalagi takut pada
sesama manusia, jika malu, malulah kepada tuhan karena ke ingkaran kita, jika takut takutlah
kepada tuhan karena kemurtadan kita, percayalah, apa yang telah menjadi kehendak tuhan itu
adalah baik, jika istrimu minta cerai tak mau di damai lagi, ceraikan, mungkin itu juga telah
menjadi bagian dari kehendak tuhan, jika mas tri malu kepada semuanya, saya akan berada di
samping mas tri. Sebagai teman dan sahabat, kalau perlu, akan saya katakana pada dunia,
bahwa saya adalah kekasih gaymu, jika perlu akan saya katakan pada semua yang ada di
sekitarmu, kalau saya juga gay, dengan begitu mas tri tidak sendirian lagi kan, bukan Cuma
mas tri yang mendapat peran seberat itu, tapi banyak, bahkan lebih banyak dari yang mas tri
duga, hanya saja mereka bohong, membohongi dirinya sendiri, tak mau mengakuinya, dan
itulah yang di sebut, orang2 yang telah ingkar kepada tuhan.


Setelah banyak mendengar kisah dan nasehat dari djaka. Akhirnya tri atmojo menjadi tenang
dan percaya diri lagi, lalu djaka menyuruhnya pulang ke rumah, dan berpesan jika ada apa2
agar menemui djaka di tempat itu, sejak itu tri atmojo sering menemui djaka di makam kiyai
tambak deres tepi pantai kenjeran Surabaya untuk meminta banyak pengalaman djaka, djaka
pun mengangkatnya sebagai murid, karena sang istri tak mau di ajak kompromi lagi, tri
atmojo akhirnya menceraikan istrinya, dan setelah itu istrinya menjajahkan dirinya sebagai
pelacur di salah satu bar hiburan malam di Surabaya, sementara tri atmojo sendiri tetap
tinggal di tempatnya semula bersama ke tiga anaknya, djaka pun memberi bukti kepada tri
atmojo tentang kejadian yang di alaminya,….


Nah sekarang istrimu juga mendapat peran baru setelah bercerai denganmu, dan peran itu
lebih baik dari peran yang sedang kamu jalani, tri atmojo mengangguk anggukan kepalanya,
semakin yakinlah dia kepada tuhanya, beberapa hari kemudian setelah itu, tri atmojo ternyata
diam2 jatuh cinta pada djaka, dari hasil semua nasehat yang di berikan djaka kepadanya, dia
berkesimpulan, kalau djaka itu adalah jodohnya, dan dengan apa adanya tri atmojo
mengutarakan rasa cintanya yang tulus kepada djaka, tanpa beban apapun, djaka pun
mengucapkan banyak terima kasih atas ketulusan cintanya itu, lalu sebagai tanda bukti
cintanya, atmojo minta ijin untuk memeluk dan mencium djaka. Dan sebagai tanda
pengayoman djaka mengijinkan permohonan tri atmojo tersebut, membiarkan tri
memeluk dan mencumbunya, tri atmojo terkesan hingga meneteskan air mata, lalu berkata,
terima kasih atas semua petuahnya, terima kasih atas segala pengertianya, djaka tersenyum
sambil menepuk bahu kanan tri atmojo.


Setelah sebulan mendidik tri atmojo sebagai murid, di doli Surabaya djaka tolos bertemu
seorang gadis tuna susila asal dari lamongan, yang sudah yatim piatu dan tanpa sanak
saudara. bernama Sri ayem, dia ingin berhenti dari melacur jika ada lelaki yang mau
menikahinya, lalu djaka tergugah hatinya untuk mengangkat wanita itu dari lembah hitam
yang telah menghancurkan moralnya, dan di nikahinya wanita itu, setelah menikah djaka
mendidiknya dengan ilmu ketuhanan, berdasarkan wahyu panca ga’ib, setelah sri ayem
mengenal tuhan dan mengetahui jalan menujunya, lalu sri ayem pergi meninggalkan djaka
untuk menghadapan ilahi robbi. Setelah 3 bulan menjadi istri djaka dan mendapat tuntunan
dari djaka, setelah 41 harinya sesudah pemakaman sri ayem istrinya, lalu djaka kembali
pulang ke pekalongan lagi, setibanya di pekalongan, di sa’at djaka sedang berjalan kaki
menuju rumahnya, tiba2 djaka melihat tetangganya sedang di pukuli oleh tamunya, yang
datang menagih hutang, sebut saja orang itu bernama Kasmadi, salah satu tetangga djaka di
pekalongan, kasmadi adalah sopir mobil serabutan, entah karena apa awalnya sehingga
sampai mempunyai hutang sebesar 50 juta pada seorang rentenir.


Dan tak bisa membayarnya, karena itulah bodikat yang di suruh rentenir itu datang
menganiaya kasmadi, melihat kejadian itu, djaka bergegas menolong tetangganya tersebut,
lalu di ajaknya masuk rumah untuk bermusawaroh secara kekeluarga’an, karena kasihan
melihat ke ada’an tetangganya itu, lalu hutangnya sebesar 50 juta itu, di lunasi oleh djaka,
hingga sejak habis kejadian itu, kasmadi dan istrinya mengaku saudara pada djaka dan
hampir setiap sa’at datang ke rumah djaka untuk bercerita tentang banyak hal.


Lalu djaka pun menjadikan dia sebagai murid pula, berbagai didikan di berikan pada saudara
angkatnya itu, hingga benar2 mengerti akan makna hidup yang sesungguhnya, pada suatu
ketika, karena factor kesulitan ekonomi lagi, kasmadi minta tolong lagi kepada djaka, untuk
melantarkanya pada nyai blorong, guna memujanya agar bisa menjadi kaya raya tanpa
bersusah payah lagi, dan karena sangat sayang dan kasihan pada sang murid, djaka melarang
kasmadi untuk mengambil jalan pintas itu dengan segala nasehat, tapi kasmadi tetap
bersikeras memaksa, hingga suatu sa’at, djaka di bohongi untuk bisa datang ke rumahnya,
guna mengobati istrinya yang sedang sakit mendadak tanpa sebab.


Lalu djaka bergegas ke rumah muridnya itu, setibanya di tempat, djaka di suguhi minuman
yang sebelumnya sudah di bubuhi obat perangsang, hingga secara mendadak nafsu birahi
djaka memuncak tak terkendali, pada sa’at itu kasmadi menyediakan istrinya untuk di gauli
oleh djaka, djaka yang telah lupa diri karena di kuasai oleh obat perangsang itu, tanpa beban
menyetubuhi istri muridnya sendiri di hadapan muridnya, seusainya, ternyata djaka telah di
jebak oleh muridnya, atas kejadian itu djaka tolos di ancam akan melapor ke desa jika perlu
ke kapolsek dengan tuduhan telah menodai istrinya dan merusak rumah tangganya, jika tetap
tidak mau melantarkan dirinya pada nyai blorong, tapi djaka tetap tidak tega pada sang murid
yang sudah terlanjur di kasihinya itu.


Hingga djaka tolos tetap tidak mau walau di ancam seperti itu, ternyata benar, kasmadi
benar2 melapor ke desa dengan tuduhan seperti itu, juga melapor sampai ke kepolisian,
akibatnya djaka tolos di hakimi masa yang menganggap djaka seorang dukun cabul, dan di
adili di kelurahan hingga sampai di persidangan, lalu djaka mendapat denda sebagai ganti
rugi karena telah merusak rumah tangga orang lain, dan mendapat tahanan selama 3 bulan
penjara, tapi semua yang di alaminya, di terima dan di jalaninya tanpa mengelak, dan tetap
dengan senang hati. Baginya, dia rela dan merasa lebih baik begini dari pada harus
menjerumuskan murid tersayangnya menjadi sesat.


Dan setelah keluar dari tahanan, wibawa djaka sebagai seorang kiyai di kecamatan sragi
menjadi turun tragis, rasa malu dan kecewa pada sang murid sebagai manusia yang tak
berdaya tetap ada dan di rasakanya, walau air susu yang telah di berikan djaka kepada
kasmadi muridnya, telas di balas dengan air tuba, djaka tetap menganggap kasmadi sebagai
keluarga sekaligus murid tersayangnya, karena semua ini adalah ke hendak tuhan, yang telah
menjadi sebagian dari laku pribadi djaka yang harus di alaminya.


Untuk menenangkan diri lalu djaka pergi berziarah ke makam m.smono sastrodidjoyo di
purwarejo… Dipurwarejo djaka tolos menguras habis airmatnya, mengenang kejadian demi
kejadian yang baru saja dialaminya, baik waktu di Surabaya maupun di pekalongan…
Setelah 3 malam di purworejo, djaka yang suka dan terbiasa dengan pakaian muslimnya yang
serba tertutup, membuat warga purworejo menjadi su’udhon, djaka di curigai sebagai anggota
teroris yang pernah meledakan bom di bali, lalu atas laporan warga yang salah menilai djaka
tolos, djaka di tangkap oleh pihak kepolisian purworejo untuk menjalani pemeriksa’an,
karena tidak ada tanda2 dan bukti yang benar, lalu djaka di bebaskan kembali, lalu djaka
berpindah ke mojoagung, untuk berziarah ke makam ki ageng bagaspati, di sinilah djaka
mulai belajar mengenakan pakaian yang pada umumnya di gunakan oleh masarakat umum,
djaka mulai mengenakan celana panjang dan kaos, terkadang pakai baju oblong, dan
lama2 djaka jadi terbiasa juga, tidak menutupi tubuhnya dengan kerapatan baju muslimnya
lagi.


Di mojoagung djaka bertemu dengan ahli laku asal dari malang yang kebetulan sedang
berziarah di tempat yang sama, ahli laku itu bernama ahmad shodiq, pemuda yang sudah
berusia dewasa, namun sayang pertemuan tersebut berakhir dengan preselisihan yang
berujung salin adu ilmu, kejadian itu di sebabkan hanya karena salin berbeda pendapat dalam
pengertian laku, ahmad shodiq yang merasa sudah ahli jadi sangat tersinggung dan tidak
terima jika perjalananya selama ini di anggap oleh djaka terlalu panjang hingga melelahkan.
karena tidak tau inti yang sebenarnya dan karena itu dia penasaran kepada djaka dan ingin
mengukur dalamnya laut yang pernah di salami djaka.


Djaka tolos lalu di tantang untuk udu ilmu di sebuah bukit tepi hutan kecil yang jarang di
jamah orang2, sebenarnya djaka tak mau melayani hal yang konyol tersebut, tapi karena di
paksa sekali, akhirnya djaka melayani tantangan itu, dan di dalam pertarungan itu djaka tolos
hampir saja membunuh ahmad shodiq yang juga hampir membunuh djaka dengan cara
curangnya, setelah di kalahkan djaka, dia pura2 ngajak damai dan di sa’at salin bersalaman
tiba2 ahmad shodiq mengeluarkan keris lalu di tusukan ke perut djaka, beruntung pada waktu
itu djaka tetap dalam posisi siap, hingga tau dengan apa yang akan menimpanya, dan sejak
kejadian itu pula ahmad shodiq baru tau dan menjadi sadar diri.


Bahwasanya di dunia itu tidak ada yang bisa di sebut orang sakti, istilahnya di atas bukit
masih ada langit, lalu ahmad shodiq bermohon untuk berguru kepada djaka, tapi djaka
menolaknya, karena djaka tau kalau dia memiliki sipat angkara murka, jika sampai memiliki
atau mewarisi ilmunya, sudah pasti akan berbahaya untuk orang lain, setelah itu, dari
mojoagung lalu djaka ke istana atas angin di bojo negoro, lalu ke pamotan, dan di pamotan
djaka bertemu seorang pemuda desa yang memiliki sipat bijaksana, lalu djaka
mengangkatnya menjadi murid, dan didiknya tentang ilmu kanuragan yang di dasari dengan
wahyu panca ga’ab. Setelahnya…


Lalu djaka pergi lagi ke goa nagaraja di gunung selok adipala cilacap, dan bertemu dengan
dua orang dari Sumatra yang sedang tirakat dengan tujuan menyimpang, mencari harta
kekaya’an lewat ritual ga’ib, lalu djaka berusaha mengayominya, hingga menjadi muridnya
lagi, karena mendapat kabar dari sang istri, kalau di pekalongan sedang ada pencalonan
DPRD, dan djaka di minta bantuanya untuk mendukung, lalu djaka pulang ke pekalongan dan
djaka berhasil mendukung calon dprd itu duduk sah di kursi tugasnya, seusai itu djaka
mendapat undangan untuk menemui ki suro modo ismoyo di pesanggrahanya yang terletak di
cemara sewu gunung lawu sragen, karena ada sesuatu yang sangat penting.


Lalu segera djaka berangkat ke tempat yang di maksud, setebanya di sana, djaka sudah di
tunggu oleh romo BU atau bambang utomo, dalam pertemuan itu, djaka di minta bantuanya
untuk mengungkap dana korupsi keluarga mantan persiden Indonesia yang berbentuk IDR,
dan tugas itu di percayakan hanya pada djaka tolos, secara empat mata ( rahasia ). Dan djaka
pun menyanggupinya, entah berapa lama keberhasilanya, setelah pertemuan itu, djaka ke
kebumen, untuk menjenguk kedua muridnya yang di tinggalkanya beberapa waktu lalu, yang
berasal dari Sumatra, dan di kebumen djaka tolos bertemu dengan keluarga yang cukup baik,
hingga terjalinlah ikatan persaudara’an antara djaka dan keluarga tersebut, lalu… Sejak itulah
djaka mulai keliling untuk menemui beberapa sahabatnya yang ada di priyuk Jakarta, di
bandung, di semarang, dan di tebu ireng jawa timur, untuk bermusawarah tentang misi romo
bu yang di pasrahkan padanya, semua sahabat mendukung dan siap membantu djaka bila
sewaktu-waktu di perlukan, dan sejak itupula djaka di sibukan oleh kepentingan romo bu.
sampai2 lupa waktu dan keluarga di rumah, untuk perjuangan itu.


Semuanya di korbankanya, dengan harapan, bisa berhasil dengan selamat, karena dengan
keberhasilan itu djaka bisa mewujudkan cita2nya untuk mendirikan sebuah pesanggrahan
yang berguna membantu kaum lemah dan kekurangan, namun saying, usahanya djaka
terganggu oleh panggilan dari salah satu kota di jawa tengah lagi, djaka di undang kembali
untuk masalah pencalonan bupati yang akan di laksanakan pada bulan 3 /2005. dengan
imbalan yang di janjikan sebesar 50 juta di tambah bonus, yang tak kalah menariknya,
dengan imbalan itu djaka berharap akan mendapat modal untuk bekal perjalananya dalam
mengungkap IDR, lalu pada bulan 11/2006, djaka mendatangi kota tersebut. untuk
mempersiapkan segalanya untuk pencalonan bupati tersebut, calonya adalah seorang wanita
dari partai politik PKB.


Dan dengan kesungguhan hati akhirnya djaka tolos berhasil mendukung calon bupati dari pkb
tersebut, dan pada tgl 21 / 03 / 2007. calon bupati wanita dari partai pkb itupun, berhasil
menduduki kursi bupati, secara sah dan resmi, walau begitu banyak tantangan dan rintangan
yang harus di bersihkannya, namun sayang setelah jadi bupati, hadiah yang di janjikan
kepada djaka tidak segera di berikan, alasanya telah kehabisan dana, hingga waktunya di
undur menunggu 3 bulan lagi setelah menerima gaji pertama.


Dengan sedikit kecewa djaka tolos akhirnya mau tidak mau harus menunggu 3 bulan lagi
untuk menerima imbalan yang di janjikanya itu, bersama’an dengan itu ada seorang kepala
rumah tangga yang selalu di remehkan oleh istrinya, karena penghasilan usahanya yang
selalu tidak mencukupi ke butuhan rumah tangganya, dia berasal dari telaga sana pemalang,
dan menikah serta tinggal menetap di kecamatan bojong pekalongan, karena itu lalu orang itu
nekad untk mencari kekaya’an yang singkat, walau harus mengorbankan anak atau istrinya.
Dia menemui djaka di rumahnya untuk minta bantuan agar di carikan caranya, djaka
memperhatikan orang tersebut dengan penuh seksama, wajahnya mirip dengan almarhum
sobari sahabatnya yang paling istimewa, lalu djaka berusaha untuk membantunya, dan di
lantarkanya orang itu kepada ratu dewi lanjar, sang penguasa pantai utara, yang kebetulan
bersinggasana menguasai laut utara di wilayah pekalongan, orang tersebut dapat di terima
dengan imbalan harus mengorbankan anak pertama dan anak bungsunya untuk masa jaminan
selama 7 tahun ke depan, mendengar perminta’an dewi lanjar yang tidak bisa di tawar2 lagi
itu, lalu djaka merasa iba kepada orang tersebut, lalu djaka berusaha untuk menggagalkanya
agar tak terjadi ada korban, dan demi keselamat orang tersebut dari perjanjian dengan dewi
lanjar.


Lalu djaka mengengkat orang itu menjadi murid, dan saking takutnya dengan perjanjian yang
sudah terlanjur terjadi itu, orang tersebut sering menemui untuk minta perlindungan, dan
djaka berhasil menggagalkan perjanjian itu walau harus di awali dengan pertempuran dengan
dewi lanjar. Pada suatu sa’at, djaka di ajak ke ruamh orang itu, sebut saja namanya Rahman,
dan setelah tau kondisinya di rumah, yang ternyata lebih parah dari yang di ceritakanya
kepada djaka, lalu djaka merasa lebih kasihan lagi, dan ingin membantu orang
itu dengan caranya sendiri, hampir semua kebutuhanya di bantu oleh djaka, sampai
hutang2nya pun di lunasi oleh djaka, dan hampir semua ilmunya di wariskan kepadanya,
hingga wahyu panca ga’ib pun di ajarkanya.


Tapi pada suatu sa’at, Selain karena memang kehendak Tuhan, entah apa yang menjadi
penyebabnya, rahman sekeluarga, tega menikam djaka dari belakang, dengan menyebar
fitnah ke semua orang hingga sampai melapor ke polisi dengan menuduh djaka penyebarkan
aliran sesat, dan akibatnya djakapun di seret ke kapolsek pekalongan untuk pemeriksa’an,
djaka sempat di tahan selama 5 hari, tapi karena tak ada bukti yang benar, djaka di
bebaskan lagi, belum sempat djaka merenung, muncul lagi masalah yang hampir sama
dengan yang baru terjadi, tapi berlainan orang.


Masih orang dari kota pekalongan dan di pekalongan kejadianya, dan berakhrir sama pula,
setelah di tolong dan di bantu penuh rasa kasih, malah di balasnya dengan melapor ke polisi
dengan tuduhan sebagai dukun pengganda uang, lalu djaka pun di seret lagi ke kapolsek
pekalongan dan sempat di tahan lagi selama 7 hari untuk pemeriksa’an, karena tak ada bukti,
kemudian djaka di bebaskan lagi, sepulangnya dan sesampainya di rumah, djaka termenung
sendiri, djaka berkata dalam hati. { kenapa bisa begini…….},


Tiga peristiwa yang datang secara hampir bersama’an di bulan 5 / 2007, sempat membuat
djaka terpuruk dan kecewa berat, hingga merasa terperosok, tersandung, terperangkap dan
tergelincir ke dalam jurang yang sangat dalam dan curam serta terjal, hal tersebut membuat
djaka tolos menjadi wantah kembali, manjadi mentah segalanya, Imanya menjadi tipis,
keyakinannya pudar, kepercayaanya musnah, djaka sangat kecewa sekali kepada Tuhan,
karena kebaikan yang di tanamnya, tumbuh semak belubar penuh duri yang menusuk sekujur
tubuhnya, hingga lupa kalau dirinya sedang laku, lupa kalau semua yang terjadi itu adalah
kehendak tuhan, peran yang diberikan tuhan padanya, peran yang sedang dilakonkanya dan
harus di selesaikanya, lupa kalau yang namanya manusia itu hanya sak dermo nglakoni, dan
Djaka terpuruk lemah tanpa daya, kecantikan dan kesabaran serta kesetiaan sang istrinpun tak
membuatnya gairah dalam hidup.


Djaka ngebleng di kamar selama 9 malam, apapun yang di
sediakan sang istri, tak ada satupun yang disentuhnya, Djaka protes kepada tuhan atas apa
yang dilakukanya dan diterimanya… hingga pada akhirnya, kasih maha suci hidup dating
membelai djaka, dan djakapun, mampu bangkit kembali, jauh lebih tegar dan tegas dari
sebelumnya, namun, karena pengalaman peristiwa itu, djaka jadi tidak mau percaya 100 %
lagi pada yang namanya manusia, djaka tak mau terjebak lagi, hingga berjanji tak ikut
campur lagi tentang urusan duniawi, dan sejak itu juga djaka tolos berhenti tidak mengisi
buku agenda harian pribadinya lagi, karena tak mau mengenang sejarah pribadinya yang
mungkin jauh lebih buruk lagi di banding apa yang baru saja dialami didalam tahun 2007.
Bagi djaka, cukup tuhan yang tau, yang lain tidak perlu, lalu dengan keputus asa’an djaka
pergi untuk mengasingkan diri ke bukit kintamani di bali, semuanya dan segalanya di
tinggalkan oleh djaka, dan di serahkanya kepada tuhan, sementara dirinya memilih
mengasingkan diri menjauhi dan meninggalkan semua dan segalanya, demikianlah sejarah
perjalanan hidup Djaka tolos tentang pribadinya yang catatanya terputus sampai di bulan 05-
06-2007.


Untuk mengetahui, Laku spiritual Ki Djaka Tolos, secara detilnya, Carilah Buku Catatanya yang
berjudul: BIOGRAFI PERJALANAN HIDUP KI DJAKA TOLOS. Seri kedua (2) DENGAN JUDUL TEMA “DJANUR GUNUNG CIREMAI” dimana dalam buku tersebut, tertulis. Tentang Penjelasan dan
pengertian laku hakekat hidup spiritual keilmuan dan keagama’an, yang pernah dijalaninya,
wejangan-wejangan penting tentang laku, tentang ilmu, tentang agama dan mudah di mengerti bagi
pemula belajar, juga tentang ilmu-ilmu kanuragan-kesaktian-pengasihan-jaya kawijayan, yang
pernah digunakan beliau, doa, wiridz, sholat-sholat sunnah pilihan, terutama tentang WAHYU
PANCA GA’IB, yang pernah dibuktikanya sendiri, dalam proses penyempurna’an laku para
leluhurnya. Bahkan aji-aji japa mantra serta ilmu ketabiban spesialis strokc dan masalah sekseualitas.
Tersurat dalam buku “DJANUR GUNUNG CIREMAI”


Semoga apa yang terlanjur tertulis di atas tadi, dapat bermanfa’at bagi para ahli laku yang
sempat membacanya, berguna sebagai bahan pertimbangan dan renungan agar dapat laku
yang lebih baik dan lebih sempurna dari apa yang pernah djaka tolos alami semasa hidupnya
di dalam proses laku spiritual munuju titik kesempurna’an sejati, sesuai dengan yang di
bebankan oleh adam hawa moyang kita terdahulu, yang tujuanya supaya bisa dan dapat
kembali kepada asal dan usul kita sebagai manusia hidup yang di kehendaki oleh maha suci
hidup. Kesalahan dan kekurangan adalah milik sang penulis, maka mohon ma’af lahir batin
dan kebenaran hanyalah milik Allah semata, maka akhir kata dari sang penulis…


WAS-SALAMU ALAIKUM WA ROHMATULLAHI WA BAROKATUHU dan terima
kasih atas segalanya dan semuanya………… AMIN YA ROBBAL ALAMIN…
AL…..-…..FATEHAH……
SEMOGA APA YANG TERSURAT DI ATAS TERSEBUT. DAPAT BERMANFA’AT
UNTUK SMUANYA DALAM SEGALA HALNYA. SESUAI DENGAN MAKSUD KI
DJAKA TOLOS DALAM MEMBUKUKAN SEJARAH HIDUPNYA INI. AMIN…
Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah dari
saya…
DJAKA TOLOS – WONG EDAN BAGU…. UNTUK SEMUNYA TANPA TERKECUALI



Ttd








Djaka tolos / Kh. Toso widjaya.D
Brebes 15-01-2014


=TAMAT=


Tidak ada komentar: