WONG EDAN BAGU

WONG EDAN BAGU
SALAM RAHAYU kanti TEGUH SLAMET BERKAH SELALU DARI WONG EDAN BAGU UNTUK SEMUA PARA PENGUNJUNG BLOGGER PESONA JAGAT ALIET . . . _/\_

Kamis, 12 September 2013

Cara Bersamadi/Meditasi yang BENAR: Menurut Pengalaman; Wong Edan Bagu






http://ngudidayanerasa.blogspot.com
Pembicaraan tentang meditasi adalah tidak sama dengan mempraktekkan meditasi. Kadang-kadang kita membutuhkan beberapa petunjuk dalam melakukan meditasi, karena kita tidak selalu mengetahui bagaimana cara untuk bermeditasi. Oleh karena itu, pada malam hari ini saya akan mengajarkan cara untuk bermeditasi. Pertama-tama Duduklah dengan tenang dan dengarkan instruksi-instruksi berikut dengan baik. Sebelum memulai latihan meditasi yang akan saya ajarkan ini, kita akan melaksanakan Metta Bhavana (Pengembangan Cinta-Kasih Universal), dan setelah itu kita akan berlatih Anapanasati Bhavana atau Pengembangan Kesadaran pada nafas.


Pada latihan Anapanasati tersebut, kita bukannya mencoba untuk masuk pada keadaan yang tanpa sadar ataupun mencapai jhana-jhana, tetapi kita akan berlatih Satipatthana Bhavana (Pengembangan Kesadaran); dan sebagai langkah pertamanya adalah melatih Anapanasati (perhatian pada Pernafasan). SATI artinya Perhatian Murni atau Penyadaran Jeli atau Kesadaran (mindfulness),PATTHANA artinya dasar. Jadi Satipatthana artinya Dasar dari Kesadaran.

Apakah Dasar dari Kesadaran itu?
Dasar dari Kesadaran adalah Badan jasmani kita, Perasaan, pencerapan/pengalaman, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran kita sendiri. Singkatnya, kita menyadari Pancakkhanda kita atau nama-rupa. Tujuan dari latihan ini adalah untuk belajar dapat melihat benda-benda sebagaimana mereka adanya. Meditasi bukanlah semacam cara untuk melarikan diri dari kenyataan menuju fantasi atau khayalan.
Sang Buddha mengajurkan kita untuk berlatih dan melihat benda-benda sebagaimana mereka sebenarnnya, atau dalam Bahasa Pali disebut Yathabutanana Dassana. Untuk dapat melihat benda-benda sebagaimana mereka adannya. Dibutuhkan adanya pikiran yang jernih, pikiran yang tenang, dan pikiran yang bebas dari konsep-konsep, ide-ide, atau prasangka-prasangka.

Bila dalam pikiran kita muncul ide-ide atau konsep konsep atau angan-angan, maka kita harus menyadari bahwa kita sedang berpikir, bahwa kita sedang berfantasi, atau kita sedang melihat gambar dalam batin kita. Gambaran-gambaran batin tersebut memang betul adalah gambaran batin, tetapi mereka bukanlah sesuatu yang riil/nyata. Juga misalnya bila kita mengalami perasaan nyaman, tidak nyaman, atau netral, mereka itu memang benar perasaan, tetapi hanya perasaan bukan aku, diriku atau milikku.

Kalau muncul rasa nyaman, catat itu dalam batin: perasaan.. perasaan… perasaan, kemudian kita jangan melekat kepada perasaan nyaman tersebut. Demikian juga bila anda mengalami rasa tidak nyaman misalnya sakit, maka cobalah untuk melihatnya sebagai: perasaan.. Perasaan… Perasaan, dan jangan membenci kepada perasaan sakit tersebut. Jadi kita jangan mencoba untuk menekan perasaan itu, juga jangan melekat kepada perasaan itu, tetapi amatilah perasaaan tersebut saat ia muncul, saat ia bertahan sejenak, dan saat ia lenyap.

Dengan demikian kita akan melihat ketidak-kekalan dari perasaan. Kejadian seperti pada perasaan tersebut, juga berlaku untuk segala sesuatu yang kita lihat, kita dengar, kita cium, kita kecap, kita sentuh, dan kita pikirkan. Semua itu hanya muncul, bertahan sejenak, lalu lenyap. Jadi tujuan utama dari latihan ini adalah untuk belajar hidup dengan penuh kesadaran, sadar dari waktu ke waktu. Tidak hanyut oleh kejadian-kejadian yang telah lampau dengan melekati atau menyesalinya, ataupun hanyut oleh angan-angan ke masa yang akan datang dengan pengharapan dan rasa cemas; tetapi kita sadar dari waktu ke waktu, apa yang sebenarnya terjadi disini sekarang.

Dengan demikian kita dapat mengetahui banyak hal -keseluruhan Dhamma-, yang sesungguhnya terkandung di dalam jasmani dan batin atau Pancakkhanda kita masing-masing. Kita tidak harus membaca banyak buku untuk menemukan apa sesungguhnya hidup dan kehidupan itu, tetapi kita dapat membaca ‘buku’ kita sendiri dengan mengamati pikiran, perasaan dan jasmani kita.

Pengetahuan yang kita peroleh lewat meditasi ini disebut kebijaksaan (wisdom) atau Pengetahuan pandangan terang (Vipassana Nana), atau Pengetahuan yang dalam (Insight knowledge) atau Kebijaksaan yang tinggi (Insight wisdom).

Kebijaksanaan atau pengetahuan yang tinggi tersebut atau penglihatan terhadap benda-benda sebagaimana mereka adanya itu dapat membantu kita untuk terbebas dari bebas keserakahan, kebencian, dan kebodohan/pandangan keliru, dan kemudian dapat membuat kita menjadi bahagia, damai, bebas dari beban-beban karma lampau kita. Dan hal tersebut bahkan dapat menolong kita untuk merealisasi Kebenaran Tertinggi (Unconditon Truth) dan Kedamaian Tertinggi (Highest Peace), yang mengatasi semua pengertian biasa yang ada didunia ini.

Jadi sekarang silakan kalian mengambil posisis duduk yang enak, dimana kalian dapat merasa seimbang/mantap, lalu duduklah dengan tegak, tetapi tidak kaku. Letakkan tangan kiri dibawah tangan kanan, dan telapak tangan menghadap keatas. Pejamkan mata, tetapi biarkan ia tetap rileks.

Pertama-tama, marilah kita kembangkan Metta atau perasaan Cinta-kasih Universal kepada semua makhluk, dimulai dari diri kita sendiri. Masing-masing kembangkan Metta dengan memikirkan dan mengharapkan:

Semoga saya terbebas dari kemarahan dan ketakutan…..(diam sejenak)
Semoga saya terbebas dari keserakahan, kebencian, dan kegelapan….(diam sejenak)
Semoga saya terbebas dari pertentangan dan penderitaan..(diam sejenak)
Semoga saya sejahtera, damai dan bahagia…(diam sejenak)
Semoga saya selamat dan bahagia…(diam sejenak)
Semoga semua makhluk, yang dekat maupun yang jauh,terbebas dari pertentangan dan penderitaan…(diam sejenak)

Semoga semua makhluk, manusia, binatang, yang tampak maupun yang tidak tampak, hidup sejahtera, damai dan bahagia. …(diam sejenak)
Semoga semua makhluk, di semua jurusan, di atas, di bawah, di sekeliling kita, yang dekat maupun jauh, selalu selamat dan bahagia. …(diam sejenak)
Sekarang marilah kita alihkan perhatian kita, pertama-tama ke jasmani kita, yang duduk disini, dengan merasakan bagaimana jasmani yang menyentuh lantai dan merasakan keseluruhan jasmani dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah (ujung jari kaki kanan dan kiri).

Juga kita sadar akan suara-suara yang ada disekitar kita, demikian juga keheningan yang ada di sekitar kita maupun di dalam diri kita. …(diam sejenak)
Kemudian pergunakan Sati (Perhatian Murni) anda, pusatkan Perhatian anda, mula-mula naik dari bawah menuju ke atas badan, ke arah hidung (lubang hidung). Coba rasakan nafas anda; tariklah dua sampai tiga kali nafas panjag untuk merasakan udara yang menyentuh lubang hidung….(diam sejenak)

Setelah menarik nafas panjang tadi dan anda dapat merasakan sentuhan udara di lubang hidung tersebut, sekarang bernafaslah seperti biasa (normal). Pusatkan perhatian anda pada lubang hidung, rasakan nafas masuk dan nafas keluar yang selalu menyentuh titik tersebut.

Kita jangan memaksakan nafas kita. Juga kita jangan mengikuti jalannya nafas yang masuk dan keluar, tetapi pusatkan perhatian anda hanya pada satu titik di lubang hidung anda. Kemudian cobalah lihat perasaan kita ketika permulaan, pertengahan dan akhir dari masing-masing nafas yang masuk dan keluar….(diam sejenak)
Dengan tenang, teruskanlah latihan ini untuk beberapa menit…(diam selama sekitar 10 menit)

Kadang-kadang pikiran anda tidak bisa tetap tinggal pada objek (nafas), tetapi mulai mengembara ke masa lampau atau ke masa yang akan datang. Jangan cemaskan hal itu, itu adalah wajar, alamiah, dan merupakan kondisi dari pikiran. Cobalah untuk menyadari secepat mungkin pikiran anda yang mengembara itu. Jangan melekat kepada bentuk-bentuk pikiran yang muncul, juga jangan mengutuk atau marah kepada bentuk-bentuk pikiran tersebut.

Yang perlu anda lalukan hanyalah mencatatnya dalam batin:berpikir… berpikir… berpikir…, kemudian biarkan pikiran tersebut lewat/lalu. Lalu coba kembalikan perhatian anda kepada obyek semula, yaitu anapati (nafas): nafas masuk dan nafas keluar…(diam sejenak)
Kadang-kadang anda mungkin akan mendengar suara-suara tertentu di sekitar anda. Cukup anda sadari: mendengar… mendengar.. mendengar. Apabila anda mendengar suarau-suara, jangalah sampai pikiran anda terbawa atau hanyut oleh suara tersebut. …(diam sejenak)

Kadang-kadang anda akan merasakan sakit pada jasmani anda dan tidak dapat berkonsentrasi pada nafas – karena sakit di badan lebih kuat daripada obyek nafas nada -, cobalah untuk tidak mengubah posisi anda dengan seketika, tetapi pakailah perasaan sakit tersebut sebagai obyek yang jelas dari Perhatian anda. Jika anda tidak dapat merasakan nafas, tetapi merasakan sakit tersebut, bergembiralah karena anda sedang mendapatkan obyek yang jelas, dan menyadari bahwa perasaan itu yang dominasi sekarang. Biarikan ia terasa dalam kesadaran anda.

Janganlah mencoba untuk melawannya atau menekannya, atau marah padannya – karena ia tidak menyenangkan-,tetapi cukup anda catat dalam batin: merasa sakit.. merasa sakit.. merasa sakit. Kemudian ingatkan diri anda bawah nafas anda masih tetap berlangsung di sana (di lubang hidung), kemudian kembali arahkan pikiran anda ke lubang hidung. …(diam sejenak)

Nafas yang tadi telah berlalu, nafas yang berikut belum hadir, tetapi anda dapat merasakan nafas yang sekarang. Setiap saat nafas yang berbeda akan masuk dan keluar.
Sekarang, sebelum kita mengakhiri latihan meditasi ini, marilah sekali lagi kita kembangkan Cinta-kasih Universal (Metta) kepada semua makhluk dengan mempraktekkan Metta Bhavana menurut cara anda masing-masing untuk beberapa menit.

Semoga semua makhluk sejahtera, damai dan bahagia…(diam sejenak)

Semoga semua makhluk selamat dan bahagia…(diam sejenak)

Sekarang, sebelum anda membuka mata anda, sadarilah suara-suara ataupun keheningan yang ada disekitar anda dan di dalam diri anda. Kemudian rasakan jasmani anda yang sedang duduk di sini sekarang. Sambil menikmati kedamaian dan kebahagiaan, perlahan-lahan bukalah mata anda dan rileks-lah. (Latihan selesai) Semoga dapat
Membantu dan mempermudah Latihan bagi sekalian Sahabat yang masih pemula. Dalam mengenal dan mempelajari, tentang serta soal Meditasi/Samadi… Salam Rahayu Lurr

LAKU HAKEKAT HIDUP tingkat Dasar: Ala Pengertian - Wong Edan BaGu

Mengapa dalam mempelajari/mengenal TUHAN, mesti harus mengenal Rasa???!..... Memang kalau hanya sampai pada tingkat Syariat. bab rasa tidak pernah dibicarakan atau disinggung. Tetapi pada tingkat Hakekat keatas bab rasa ini mulai disinggung. Karena bila belajar ilmu Hakekat itu berarti mulai mengenal siapa Sang Percipta itu. Karena Tuhan maha GHOIB maka dalam mengenal hal GHOIB kita wajib mengaji rasa. Jadi jelas berbeda dengan tingkat syariat yang memang mengaji telinga dan mulut saja. Dan mereka hanya yakin akan hasil kerja panca inderanya. Bukan Batinya.

Bab rasa dapat dibagi dalam beberapa golongan .Yaitu : 1. RASA PERASA’AN, 2. RASA TUNGGAL, 3. SEJATINYA RASA, 4. RASA SEJATI, 5. RASA TUNGGAL JATI. Mengaji Rasa sangat diperlukan dalam mengenal GHOIB.Karena hanya dengan mengaji rasa yang dimiliki oleh batin itulah maka kita akan mengenal dalam arti yang sebenarnya, apa itu GHOIB.

Dalam mengarungi kehidupan didunia fana ini, manusia tidak pernah lepas dari hal-hal yang menyulitkan. Seringkali ketika segala usaha lahiriah terasa buntu akhirnya menyisakan depresi, stress, kegalauan jiwa dan keputus-asaan. Hanya dengan diimbangi jiwa yang sehat sajalah segala problematika kehidupan terasa lebih ringan dan tabah untuk dilalui. Melalui ikhtiar batin lelaku doa-mantra (wirid) kita ditempa agar memiliki jiwa yang lebih kuat, tenang dan tentram. Semua itu, terdapat pada Rasa. Rasa apa? Rasa Hidup.

Apa itu  Rasa Hidup? Jawabanya, adalah Ga’ib. Apa itu Ga’ib?, jawabanya, adalah Rasa. Skilas terkesan mebingungkan, Bukan?
Jelas sangat membingungkan. Krn kita sdh terbiasa bergelut dan berbaur tanpa Rasa. Yg kita ketahui tentang Lapar. Haus. Sakit. Susah. Senang. Dllnya itu. Bukanlah Rasa. Melainkan Perasa’an. Sangatlah tipis cara untuk membedakan. Mana Rasa dan mana Perasa’an. Sy membahasakannya. Seperti pinang di belah dua. Serupa namun tak sama.

1. RASA PERASA’AN:
Pada kodratnya,  manusia itu. Memiliki perasa’an.. Berpusat di pikiran. Dan perasa’an inilah yg membedakan kita sebagai manusia dgn makhluk2 lainya. Yg tersebut bukan manusia. Jika tak makan. Pada umumnya. Manusia akan lapar. Jika tak minum akan haus. Jika tak tidur akan ngantuk. Jika terantuk akan sakit. Jika kehujanan akan dingin. Jika kerja tanpa aturan akan capek. Jika ingin di hormati. Akan bermoral. Jika ingin sukses berusaha. Jika ingin baik akan blajar memperbaiki. Jika/Seandainya/Terbayang/Terkesan. Harus itu harus ini dan lain sebagainya yg berkaitan dgn isi perut dunia. INI yg di sebut Rasa Perasa’an

2. RASA TUNGGAL:
Pada irodzatnya, setiap manusia bahkan seluruh makhluk hidup,mempunyai kemampuan yang tersembunyi, berpusat di otak. Biasa disebut sebagai potensi kekuatan alam bawah sadar. Ketika potensi kekuatan ini muncul, maka seseorang dapat memiliki kemampuan diatas normal sesuai dengan bakatnya. Misalnya kemampuan indera keenam, telepati, psychokinesis, penyembuhan dan semacamnya. Atau apabila orang tersebut berbakat pedagang maka potensi kekuatan itu akan mewujud menjadi sebentuk intuisi bisnis yang sangat tajam. Bila ia adalah seorang pemikir akan memiliki tingkat kecerdasan diatas normal (jenius). Dan lain sebagainya. INI yg di Sebut Rasa Tunggal.

3. SEJATINE RASA :
Pada dasarnya, setiap manusia bahkan seluruh makhluk hidup, memiliki kemampuan yang terpendam. Berpusat di hati. kemampuan terpendam ini akan muncul manakala seseorang dalam keadaan kritis, puncak kelelahan fisik, terjepit / kepepet, atau menghadapi keadaan yang mengancam dirinya, saat itu keinginan untuk mempertahankan hidup membuatnya dapat melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan pada saat normal.
Sebagai contoh ketika seseorang diambang kritis, misal sedang dikejar anjing galak, rabies lagi. Seketika itu ia bisa berlari cepat melebihi kecepatan larinya pada kondisi biasa, orang Jawa menyebutnya kancilen, bahkan orang tersebut bisa melompat keseberang sungai yang dilihat dari lebarnya terasa tidak mungkin bisa dilompati pada saat normal. INI yg di Sebut Sejatine Rasa.

4. RASA SEJATI:
Pada umumnya…. Apapun alasannya. Setiap manusia, bahkan seluruh makhluk hidup. Memiliki dan mempunyai Naluri. Berpusat di jiwa. Naluri ini. Akan muncul. Di kala kita. Jauh dari orang2 tercintai. Rindu, lalu ingat masa2 indah bersama. Berbeban berat. Ingat akan sebuah arti persaudara’an dan keluarga. Kehilangan hal2 atau sesuatu damba’an. Sedih bahkan menyesali diri. Mengalami peristiwa yg amat sangat memilukan. Menangis dll…..Namun, sesudahnya. Ada kemerdeka’an di dlmnya. Ada puas di dalamnya. Ada plong di dalamnya. Ada pengalaman di dalamnya. Yg membuat kita tau dan mengerti serta paham akan kejadianya. INI yg di Sebut Rasa Sejati

Empat hal di atas itu adalah suatu Bukti kalau kita sesungguhnya memiliki daya kemampuan yang luar biasa.
Daya kemampuan tersebut dalam ilmu Jawa dinamakan DAYA LINUWIH (Daya kemampuan diatas normal).
Bila diteliti lebih jauh dan dalam lagi. sebenarnya daya ini bukan muncul dari fungsi pancaindera kita, melainkan muncul dari Hidup kita. Sungguh sayang dan rugi sekali bukan. Jika kita memiliki semuanya itu. Di luar kesadaran kita…..

Semua daya potensi kemampuan terpendam itu bisa dipelajari untuk dibangkitkan. Dengan Banyak cara mendayagunakan potensi diri tersebut melalui metode olah batin (dzikir doa-mantra), Olah jasmani (Tata napas & Meditasi), dan Olah Pikir (Visualisasi & Daya Cipta). Disingkat Olah Jiwa Raga, Pikiran dan Batin. dipadukan dalam sebuah Samadi atau Meditasi. Dalam Laku Hakekat Hidup. Dengan begitu. Kita akan tau dan bisa. Paham serta mengerti. Apa itu yang kelima. Yaitu: RASA TUNGGAL JATI….. yg berpengertian GA’IB {KUNCI}
Semoga ada manfa’at. Salam Rahayu….Wong Edan BaGu http://ngudidayanerasa.blogspot.com http://ngudidayanerasa.blogspot.com

Cara Bersyukur Kepada Allah S.W.T

http://ngudidayanerasa.blogspot.comImam Al-Ghazali menjelaskan bahwa cara bersyukur kepada Allah S.W.T terdiri dari empat komponen, yaitu:

1. Syukur dengan Hati.

Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah”
(QS. An-Nahl: 53)

Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut.
Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang Allah sehingga terucap kalimat tsana' (pujian) kepada-Nya.

2. Syukur dengan Lisan.

Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari Allah, maka spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah).
Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji Allah.
Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara yang Allah kehendaki untuk “menyampaikan” nikmat itu kepadanya.

“Al” pada kalimat “Alhamdulillah” berfungsi sebagi “istighraq” yang mengandung arti keseluruhan.
Sehingga kata alhamdulillah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah S.W.T, bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.
Oleh karena itu, kita harus mengembalikan segala pujian kepada Allah.

Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah S.W.T.
Sebab, Allah adalah Pemilik Segala Kebaikan.

3. Syukur dengan Perbuatan.

Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya.
Misalnya untuk beribadah kepada Allah, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya.
Nikmat Allah harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya”
(HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr).

Maksud dari hadits diatas adalah bahwa Allah menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya.
Misalnya: Orang yang kaya hendaknya membagi hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya.
Orang yang berilmu membagi ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat, dsb.

Maksud membagi diatas bukanlah untuk pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasaari karena-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)”
(QS. Adh-Dhuha: 11).

4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan.

Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan.
Misalnya: Ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit.
Demikian pula dengan halnya dengan nikmat iman dan Islam, kita wajib menjaganya dari “kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman.

Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan shalat, membaca Al-Qur'an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdoa.
Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran.
Intinya setiap nikmat yang Allah berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

Allah S.W.T menjanjikan akan menambah nikmat jika kita pandai bersyukur, seperti pada firmannya:

“La'insyakartum la'aziidannakum wa la'inkafartum 'inna 'adzaabii lasyadiid”

Artinya:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU), sungguh adzab-Ku sangat pedih”
(QS. Ibrahim: 7).