(Mencari Nur Kehidupan)
Oleh: Wong Edan Bagu.
(PRTP)
Jakarta Selasa tgl 02-09-2014
Keempat instrument kehidupan manusia, baik mata, akal,
hati maupun ruh, sebagai anggota tubuh yang paling utama, merupakan perangkat
(ware) atau sarana agar manusia dapat menjalani kehidupannya dengan baik.
Dengan sarana itu mereka membentuk jati dirinya menjadi sebaik-baik manusia,
dalam arti mampu memberi kemanfaatan kepada orang lain bukan kemadlaratan.
Menjadi manusia yang mampu membangun dan menciptakan sumber kehidupan di muka
bumi, bukan yang berbuat kerusakan. Menjadi khalifah bumi zamannya yang mampu
melaksanakan amar maruf dan mencegah kemungkaran. Itulah gambaran orang yan
beriman kepada Allah dan rasul-Nya, sebagaimana yang telah dinyatakan Allah
dalam firman-Nya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran; 110)
Potensi menjadi sebaik-baik umat adalah kenikmatan
terbesar yang dianugerahkan Allah kepada Umat Muhammad SAW, baik dari kalangan
orang JAWA maupun orang ARAB. Sebab, dengan sarana-sarana tersebut manusia
tidak saja mampu menikmati kehidupan dengan baik, namun juga mengangkat derajat
kemuliaan mereka di tengah manusia terlebih di hadapan Allah. Namun demikian,
apabila sarana-sarana itu tidak dipergunakan sebagaimana mestinya, maka manusia
justru akan menjadi makhluk terhina dan ditempatkan di neraka Jahanam untuk
selama-lamanya.
Sarana-sarana (ware) itu harus selalu terjaga dari
penyakit yang dapat merusak fungsi kemanfaatannya agar manusia dapat
mempergunakannya sebaik mungkin. Seperti mata, meski matahari sedang bersinar
di langit yang cerah, kadang kala penglihatannya tidak berfungsi akibat adanya
penyakit mata, maka seperti itu pula yang terjadi pada indera-indera yang lain.
Terkadang manusia bahkan menolak sendiri hidayah yang didatangkan Allah untuk
dirinya, hal itu disebabkan adanya penyakit sombong dan iri hati yang sedang
menggerogoti hati.
Hanya saja, karena penyakit pada indera-indera selain
mata, terlebih penyakit hati tidak gampang dirasakan, maka jarang penderitanya
mau segera mengobati sejak dini, kecuali ketika hidupnya benar-benar sudah
terancam kematian, sakit keras di pintu ajal kematian yang hampir menjemput,
karena terbaring di rumah sakit saat otaknya harus dioperasi. Terlebih ketika
harapan untuk hidup sudah kian menipis, maka pengidap penyakit hati itu baru
mau sadar dan ingat bahwa dia ternyata punya Tuhan yang sebentar lagi akan
menutup hidupnya dengan kematian. Bahkan merubah kesombongan dengan kehinaan,
sehingga saat itu juga ia ingin bertaubat. Namun anehnya, ketika nyawanya
berhasil diselamatkan sehingga kembali terbuka kesempatan untuk berbenah-benah
dan bertaubat, terkadang orang tersebut belum juga mampu menghilangkan
kesombongan itu untuk berbuat khusyu dan mengabdi kepada-Nya. Jika yang
demikian itu terjadi, maka itu pertanda bahwa hati orang tersebut memang telah
buta.
Ada beberapa cara untuk mendapatkan Nur kehidupan, hal
itu bergantung jenis Nur yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan sinar matahari
orang tidak harus susah-susah mencari kesana kemari, asal matahari sedang
tinggi, orang tinggal berjemur diri, karena sinar matahari sudah tersedia
sepanjang kehidupan. Demikian juga dengan Nur akal, yaitu al-Quran dan Hadis,
bahkan Nur akal ini lebih terjaga daripada Nur mata. Namun bedanya, apabila
sinar matahari telah tersedia sejak alam ini diciptakan, Nur akal tidaklah
demikian. Nur akal itu diciptakan Allah lalu diturunkan ke dunia melalui proses
yang cukup panjang, dengan perjuangan dan pengorbanan selama 23 tahun, yaitu
semasa terutusnya Junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, cara mendapatkan Nur akal tentunya tidak
sama dengan cara mendapatkan sinar matahari. Nur akal itu harus didapatkan
melalui usaha yang sungguh-sungguh, belajar dan menggali dari sumbernya dengan
menempuh tata cara yang sudah ditentukan Allah. Sumber Nur akal itu ada dua,
pertama dari kitab-kitab yang tersedia, baik al-Quran maupun Hadis dan yang
kedua dari Nur Kahrisma yang memancar dari dalam dada para Ulama ahlinya. Yaitu
perpaduan antara ilmu dan iman yang telah mampu diaktualisasikan dalam bentuk
amal ibadah, perilaku dan akhlak yang mulia.
Adapun cara untuk mendapatkan Nur cinta, tidak lain
dengan mengikuti konsep yang ditawarkan Allah melalui firman-Nya dibawah ini.
Dengan terus menerus berdzikir dan bertasbih kepada-Nya, baik di waktu pagi
maupun petang. Dimulai dzikir dengan lisan kemudian dimasukkan di dalam hati.
Dzikir itu dilaksanakan dengan terus menerus sampai Allah mencintai dan
menurunkan rahmat kepadanya. Allah menegaskan hal ini dengan firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan
menyebut Nama) Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya(41)Dan bertasbihlah
kepada-Nya di waktu pagi dan petang(42)Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya. Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang
beriman(43). (QS. al-Ahzab; 33/41-43)
Maksudnya, ketika dzikir dan tasbih yang dilakukan itu
mampu menjadikan hati seorang salik marifat dan cinta kepada Tuhannya, sebagai
buahnya, hati itu akan mampu mencintai seluruh makhluk, sehingga, bahkan
musuhnya merasa aman hidup berdampingan dengan orang tersebut. Buah ibadah
itulah yang membuat hati para Ulama sejati mampu meredam gejolak amarah yang
terkadang timbul dalam hatinya, bahkan tidak hanya itu saja, namun juga mampu
menebarkan rahmat Allah kepada alam semesta.
Adapun untuk mendapatkan Nur Nubuwah atau Nur Walayah,
caranya dengan melaksanakan tawasul secara ruhaniah. Orang yang bertawasul akan
dipertemukan secara ruhaniah dengan orang yang ditawasuli. Oleh karena orang
yang ditawasuli itu adalah orang yang telah mendapat kemuliaan dari Tuhannya,
maka nur kemuliaan itu akan memantul kepada orang yang bertawasul. Itulah Nur
Kharisma yang diwariskan dari penghulu manusia, satu-satunya sumber penebar
rahmat untuk alam semesta, Rasulullah Muhammad SAW. Seperti bumi ketika
disinari matahari, maka ufuknya yang asalnya gelap gulita menjadi terang
benderang. Tidak hanya itu saja, orang yang mau bertawasul itu bahkan hidupnya
akan mendapat tambahan keberkahan dari Allah SWT. Allah telah mengajarkan
tawasul itu dengan firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya. (QS. al-Maidah; 5/35)
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka,
dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia
terikat dengan apa yang dikerjakannya Dan Kami beri mereka tambahan dengan
buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.(QS.Ath-Thur/21-22
WEB*********
Indera Bashoro (mata dan akal) dihidupkan Allah
semata-mata terbit dari kehendak-Nya yang azaliah. Sedangkan indera Bashiroh
(hati dan ruh) harus dihidupkan sendiri oleh manusia, yaitu dengan pelaksanaan
mujahadah dan riyadlah di jalan Allah. Ketika mujahadah dan riyadlah yang
dilakukan itu sudah memenuhi unsur sebab, maka hati dan ruh akan dihidupkan
Allah sebagai akibat. Allah telah menunjukkan demikian dalam firman-Nya:
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (beribadah) di
jalan Kami, pasti benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami dan sungguh Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
kebaikan.QS. al-Ankabut; 29/69)
Itulah hukum sebab-akibat, adalah sunnah yang tidak akan
pernah berubah lagi untuk selamanya, maka siapapun dapat melakukannya asal
mendapatkan bimbingan yang baik dari para ahlinya. Adapun secara singkat, yang
dimaksud mujahadah ialah; usaha yang sungguh-sungguh dari seorang hamba untuk
meredam kehendak nafsu syahwatnya sendiri melalui segala pelaksanaan ibadah,
baik vertikal maupun horizontal, hal itu dilakukan dengan tujuan semata-mata
melaksanakan pengabdian yang hakiki kepada Allah. BERSAMBUNG...
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar