WONG EDAN BAGU

WONG EDAN BAGU
SALAM RAHAYU kanti TEGUH SLAMET BERKAH SELALU DARI WONG EDAN BAGU UNTUK SEMUA PARA PENGUNJUNG BLOGGER PESONA JAGAT ALIET . . . _/\_

Senin, 01 September 2014

NUR DI ATAS NUR (part-4)

(Mencari Nur Kehidupan)
Oleh: Wong Edan Bagu.
(PRTP)
Jakarta Selasa tgl 02-09-2014

Keempat instrument kehidupan manusia, baik mata, akal, hati maupun ruh, sebagai anggota tubuh yang paling utama, merupakan perangkat (ware) atau sarana agar manusia dapat menjalani kehidupannya dengan baik. Dengan sarana itu mereka membentuk jati dirinya menjadi sebaik-baik manusia, dalam arti mampu memberi kemanfaatan kepada orang lain bukan kemadlaratan. Menjadi manusia yang mampu membangun dan menciptakan sumber kehidupan di muka bumi, bukan yang berbuat kerusakan. Menjadi khalifah bumi zamannya yang mampu melaksanakan amar maruf dan mencegah kemungkaran. Itulah gambaran orang yan beriman kepada Allah dan rasul-Nya, sebagaimana yang telah dinyatakan Allah dalam firman-Nya:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran; 110)

Potensi menjadi sebaik-baik umat adalah kenikmatan terbesar yang dianugerahkan Allah kepada Umat Muhammad SAW, baik dari kalangan orang JAWA maupun orang ARAB. Sebab, dengan sarana-sarana tersebut manusia tidak saja mampu menikmati kehidupan dengan baik, namun juga mengangkat derajat kemuliaan mereka di tengah manusia terlebih di hadapan Allah. Namun demikian, apabila sarana-sarana itu tidak dipergunakan sebagaimana mestinya, maka manusia justru akan menjadi makhluk terhina dan ditempatkan di neraka Jahanam untuk selama-lamanya.

Sarana-sarana (ware) itu harus selalu terjaga dari penyakit yang dapat merusak fungsi kemanfaatannya agar manusia dapat mempergunakannya sebaik mungkin. Seperti mata, meski matahari sedang bersinar di langit yang cerah, kadang kala penglihatannya tidak berfungsi akibat adanya penyakit mata, maka seperti itu pula yang terjadi pada indera-indera yang lain. Terkadang manusia bahkan menolak sendiri hidayah yang didatangkan Allah untuk dirinya, hal itu disebabkan adanya penyakit sombong dan iri hati yang sedang menggerogoti hati.

Hanya saja, karena penyakit pada indera-indera selain mata, terlebih penyakit hati tidak gampang dirasakan, maka jarang penderitanya mau segera mengobati sejak dini, kecuali ketika hidupnya benar-benar sudah terancam kematian, sakit keras di pintu ajal kematian yang hampir menjemput, karena terbaring di rumah sakit saat otaknya harus dioperasi. Terlebih ketika harapan untuk hidup sudah kian menipis, maka pengidap penyakit hati itu baru mau sadar dan ingat bahwa dia ternyata punya Tuhan yang sebentar lagi akan menutup hidupnya dengan kematian. Bahkan merubah kesombongan dengan kehinaan, sehingga saat itu juga ia ingin bertaubat. Namun anehnya, ketika nyawanya berhasil diselamatkan sehingga kembali terbuka kesempatan untuk berbenah-benah dan bertaubat, terkadang orang tersebut belum juga mampu menghilangkan kesombongan itu untuk berbuat khusyu dan mengabdi kepada-Nya. Jika yang demikian itu terjadi, maka itu pertanda bahwa hati orang tersebut memang telah buta.

Ada beberapa cara untuk mendapatkan Nur kehidupan, hal itu bergantung jenis Nur yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan sinar matahari orang tidak harus susah-susah mencari kesana kemari, asal matahari sedang tinggi, orang tinggal berjemur diri, karena sinar matahari sudah tersedia sepanjang kehidupan. Demikian juga dengan Nur akal, yaitu al-Quran dan Hadis, bahkan Nur akal ini lebih terjaga daripada Nur mata. Namun bedanya, apabila sinar matahari telah tersedia sejak alam ini diciptakan, Nur akal tidaklah demikian. Nur akal itu diciptakan Allah lalu diturunkan ke dunia melalui proses yang cukup panjang, dengan perjuangan dan pengorbanan selama 23 tahun, yaitu semasa terutusnya Junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu, cara mendapatkan Nur akal tentunya tidak sama dengan cara mendapatkan sinar matahari. Nur akal itu harus didapatkan melalui usaha yang sungguh-sungguh, belajar dan menggali dari sumbernya dengan menempuh tata cara yang sudah ditentukan Allah. Sumber Nur akal itu ada dua, pertama dari kitab-kitab yang tersedia, baik al-Quran maupun Hadis dan yang kedua dari Nur Kahrisma yang memancar dari dalam dada para Ulama ahlinya. Yaitu perpaduan antara ilmu dan iman yang telah mampu diaktualisasikan dalam bentuk amal ibadah, perilaku dan akhlak yang mulia.

Adapun cara untuk mendapatkan Nur cinta, tidak lain dengan mengikuti konsep yang ditawarkan Allah melalui firman-Nya dibawah ini. Dengan terus menerus berdzikir dan bertasbih kepada-Nya, baik di waktu pagi maupun petang. Dimulai dzikir dengan lisan kemudian dimasukkan di dalam hati. Dzikir itu dilaksanakan dengan terus menerus sampai Allah mencintai dan menurunkan rahmat kepadanya. Allah menegaskan hal ini dengan firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut Nama) Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya(41)Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang(42)Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman(43). (QS. al-Ahzab; 33/41-43)

Maksudnya, ketika dzikir dan tasbih yang dilakukan itu mampu menjadikan hati seorang salik marifat dan cinta kepada Tuhannya, sebagai buahnya, hati itu akan mampu mencintai seluruh makhluk, sehingga, bahkan musuhnya merasa aman hidup berdampingan dengan orang tersebut. Buah ibadah itulah yang membuat hati para Ulama sejati mampu meredam gejolak amarah yang terkadang timbul dalam hatinya, bahkan tidak hanya itu saja, namun juga mampu menebarkan rahmat Allah kepada alam semesta.

Adapun untuk mendapatkan Nur Nubuwah atau Nur Walayah, caranya dengan melaksanakan tawasul secara ruhaniah. Orang yang bertawasul akan dipertemukan secara ruhaniah dengan orang yang ditawasuli. Oleh karena orang yang ditawasuli itu adalah orang yang telah mendapat kemuliaan dari Tuhannya, maka nur kemuliaan itu akan memantul kepada orang yang bertawasul. Itulah Nur Kharisma yang diwariskan dari penghulu manusia, satu-satunya sumber penebar rahmat untuk alam semesta, Rasulullah Muhammad SAW. Seperti bumi ketika disinari matahari, maka ufuknya yang asalnya gelap gulita menjadi terang benderang. Tidak hanya itu saja, orang yang mau bertawasul itu bahkan hidupnya akan mendapat tambahan keberkahan dari Allah SWT. Allah telah mengajarkan tawasul itu dengan firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya. (QS. al-Maidah; 5/35)

Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.(QS.Ath-Thur/21-22

WEB*********
Indera Bashoro (mata dan akal) dihidupkan Allah semata-mata terbit dari kehendak-Nya yang azaliah. Sedangkan indera Bashiroh (hati dan ruh) harus dihidupkan sendiri oleh manusia, yaitu dengan pelaksanaan mujahadah dan riyadlah di jalan Allah. Ketika mujahadah dan riyadlah yang dilakukan itu sudah memenuhi unsur sebab, maka hati dan ruh akan dihidupkan Allah sebagai akibat. Allah telah menunjukkan demikian dalam firman-Nya:

Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (beribadah) di jalan Kami, pasti benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami dan sungguh Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.QS. al-Ankabut; 29/69)

Itulah hukum sebab-akibat, adalah sunnah yang tidak akan pernah berubah lagi untuk selamanya, maka siapapun dapat melakukannya asal mendapatkan bimbingan yang baik dari para ahlinya. Adapun secara singkat, yang dimaksud mujahadah ialah; usaha yang sungguh-sungguh dari seorang hamba untuk meredam kehendak nafsu syahwatnya sendiri melalui segala pelaksanaan ibadah, baik vertikal maupun horizontal, hal itu dilakukan dengan tujuan semata-mata melaksanakan pengabdian yang hakiki kepada Allah. BERSAMBUNG...
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com

http://wongedanbagu.blogspot.com

Tidak ada komentar: