Oleh: Wong Edan Bagu.
(PRTP)
Jakarta Rabu tgl 03 Sept 2014
Dewasa ini terasa begitu sulit untuk memeluk kesunyian
dan kesenyapan batin. Kesunyian menjadi mahal harganya, semenjak kita disuguhi
beragam gebyar kehidupan yang menuhankan popularitas, kemegahan, kemewahan, dan
suasana bombastis lainnya. Ada seorang sahabat bilang, “Ah tidak enak,
sendirian terus di rumah, seakan hati dirambati kesedihan melulu.” Dia
memersepsi bahwa kesenyapan dan kesunyian hanya memproduksi kesedihan dan
penderitaan, dan gebyar keramaian akan melahirkan kesenangan (yang menurutnya
kebahagiaan).
Begitulah orang yang masih terkungkung dalam “hegemoni”
hawa nafsu, cenderung menganggap kesunyianlah yang menurunkan kesedihan, karena
memang nafsu menyukai keramaian. Untuk itu, betapa banyak anak muda melepaskan
kesedihan yang mempermak jiwanya dengan bermain di mall, di taman hiburan, dan
sebangsanya. Padahal dalam keramaian sejatinya dia tidak bisa menjumput
ketenangan dan kebahagiaan batin, hanya memeroleh kesenangan yang bersifat
sementara. Setelah itu, kesedihan akan merambat dengan volume yang lebih besar.
Tengok saja, betapa banyak sosok artis yang dikitari kuasa hiburan ternyata
hidup dalam kebahagiaan yang semu. Tahu-tahu kita mendengar rumah tangganya
retak, anak-anaknya tidak keurus, terjerumus ke dalam narkoba, dan semacamnya.
Keramaian membuat orang makin terpukau dengan pelangi
yang ada di luar dirinya, sehingga lupa menengok khazanah keindahan yang
bersemedi dalam jiwanya. Keramaian dan warna pelangi yang berada diluar akan
menyandera orang untuk tidak memeroleh keindahan yang berada dalam batin.
Sebagaimana dituturkan oleh sang guru yang mulia “banyak orang berebutan kerang
yang berserakan di permukaan lautan, padahal kerang itu tak berisikan mutiara.
Dan mutiara yang sejati masih bersembunyi dalam kerang yang berada di dasar lautan.”
Mereka menganggap bahwa setiap kerang dihuni oleh mutiara, padahal hanya
kerang-kerang terpilih yang berisikan mutiara.
Kita tidak memeroleh kebahagiaan lantaran salah
menafsirkan atau mendefinisikan kebahagiaan dan kesenangan. Salah menyangka bedanya
ketenangan dan kesenangan. Kesalahan itu bermula dari kesalahan mendifinisikan
diri sendiri. Kesalahan memaknai diri sendiri, karena kita jarang tersambung
dengan sumber kebahagiaan yang tinggal di dalam hati kita sendiri. Kita jarang
berwisata ke dalam batin, karena kita melulu mendambakan berwisata ke luar diri
kita.
Inilah saatnya kita berwisata ke dalam taman hati kita
sendiri, ternyata disanalah kebahagiaan itu bertempat tinggal. Berwisata ke
dalam batin ini bisa dijalani bila kita berusaha untuk bersahabat dengan
kesunyian. Kesunyian jasad, kesunyian pikiran, kesunyian hati, dan kesunyian
jiwa. kesunyian itulah yang menghimpun manusia dalam kesadaran yang begitu
luas, karena dalam kesunyian ada penyerahan diri pada Allah. Dalam kesadaran
penyerahan diri bermukim kebahagiaan yang tak terhingga. Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar