WONG EDAN BAGU

WONG EDAN BAGU
SALAM RAHAYU kanti TEGUH SLAMET BERKAH SELALU DARI WONG EDAN BAGU UNTUK SEMUA PARA PENGUNJUNG BLOGGER PESONA JAGAT ALIET . . . _/\_

Senin, 01 September 2014

NUR DI ATAS NUR (part-0)

Oleh: Wong Edan Bagu.
(PRTP)
Jakarta Selasa tgl 02-09-2014

Allah SWT adalah Nur langit dan Nur bumi. Dengan nur-Nya Allah menerangi dua alam, alam bumi dan alam langit. Allah Menerangi alam bumi dengan NUR LANGIT dan menerangi alam langit dengan NUR BUMI. Bumi diterangi dengan MATAHARI LANGIT dan langit diterangi dengan MATAHARI BUMI.

Yang dimaksud MATAHARI BUMI adalah Nur yang memancar dari hati para kekasih Allah yang mulia, para Nabi dan para Rasul serta para Ulama pilihan-Nya. Sebagai Khalifah Bumi Zamannya, keberadaan mereka dimana-mana mampu membangkitkan iman dan semangat pengabdian manusianya. Hati para kekasih Allah itu bahkan bagaikan kuburan rahasia ketuhanan dan sekaligus menjadi simpul pengendali kehidupan bumi dan isinya.

Hati yang suci itu seperti tangan kanan yang melipat langit (QS. az-Zumar; 67), maka kehidupan dan kematian di bumi terkadang terjadi mengikuti rahasia gerakan yang ada di dalamnya. Dengan izin Allah mereka mengeluarkan orang-orang beriman dari kegelapan kepada cahaya, menyelesaikan segala urusan kehidupan manusia, menyembuhkan kesedihan, mengabulkan segala doa dan permohonan, mendatangkan hajat-hajat, bahkan di tangan mereka ada kehidupan dan kematian. Allah Penciptanya, semua itu dari Allah dan hanya untuk Allah, adapun yang selain-Nya hanyalah fatamorgana ciptaan-Nya.

Yang dimaksud Nur di atas Nur adalah mengikuti apa yang dapat digali dari makna firman Allah dalam Quran Surat an-Nur Ayat, 35-40. Dengan ayat tersebut Allah telah membuat perumpamaan terhadap sesuatu yang keberadaannya ada di dunia dalam, padahal di dunia luar tidak ada contohnya. Dengan ayat itu dan ayat-ayat sejenisnya, seorang hamba wajib menggali maknanya. Lalu, di samping menindaklanjuti isyaroh yang tertangkap, baik melalui rasa maupun rasio, juga beritibar dan menakwilkannya semampu mungkin dengan cara yang dibenarkan Allah.

Tanpa Nur Allah, berarti hati manusia menjadi gelap gulita : Seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun (QS.an Nur/40). Meski hati tersebut sudah mendapat kehidupan, hal itu ditandai dengan adanya ilmu yang setinggi langit misalnya, sehingga mampu menerangi jagat raya, namun ilmu tersebut tidak mampu menerangi hati sendiri. Ilmu itu hanya berguna untuk mengoreksi kesalahan orang tapi tidak bisa menunjukkan kesalahan sendiri, bahkan untuk sombong-sombongan, merasa paling benar sendiri, suka menghina orang lain dan sedikitpun tidak mau menerima pendapat temannya sendiri, meski pendapat itu disampaikan dengan kasih sayang. Akibatnya, dimana-mana orang tersebut hanya mampu menciptakan perpecahan diantara umat manusia. Itulah pertanda, meski hati orang tersebut sesungguhnya sudah dihidupi dengan ilmu, tapi tetap saja dalam keadaan gelap gulita karena tidak mendapat NUR atau hidayah dari Allah SWT. Ayat tersebut adalah sebagai berikut:

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timurnya (sesuatu) dan tidak pula di sebelah baratnya, yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (35) Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan petang(56). (QS. an-Nur; 24/35-36).

Dari ayat di atas, marilah kita mencari makna lafal Nur tersebut di dalam dua pengertian sebagai berikut:

1.            Allah adalah Dzat yang menghilangkan gelap dan mendatangkan terang.
2.            Allah adalah Dzat yang memasukkan hidayah dan iman ke dalam hati seorang hamba. BERSAMBUNG...
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com

http://wongedanbagu.blogspot.com

Tidak ada komentar: