(NUR Dalam Arti Hidayah)
Oleh: Wong Edan Bagu.
(PRTP)
Jakarta Selasa tgl 02-09-2014
Firman Allah SWT:
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Allah SWT adalah Dzat yang memasukkan hidayah dan iman di
dalam hati seorang hamba. Hanya Allah yang menghendaki adanya iman di dalam
hati seorang hamba. Seandainya tidak, maka tidak ada lagi yang mampu menjadikan
orang beriman kepada-Nya, bahkan Malaikat sekalipun. Allah menegaskan hal
tersebut dengan firman-Nya:
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan
orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula)
segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman,
kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS.
al-Anam; 111)
Seperti orang yang matanya buta, meski matahari sedang
tinggi, tetap saja alam dalam keadaan gelap gulita. Seperti itu keadaan orang
yang hatinya ingkar, meski Kitab-Kitab langit sudah diturunkan di muka bumi,
Rasul dan Nabi diutus untuk membimbing manusia, Ulama disebarkan dengan membawa
ilmu warisan, tetap saja orang tersebut tidak mau beriman kepada Allah dan
rasul-Nya. Itu bisa terjadi, karena yang buta bukan mata yang di kepala, tapi
matahati yang ada dalam rongga dada. Allah telah menegaskan dengan firman-Nya
yang artinya:
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu
mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.. (QS. Al
Hajj; 46)
Oleh sebab itu, tidak semua orang mempunyai ilmu agama
Islam pasti memiliki iman. Karena kedudukan ilmu di akal sedangkan kedudukan
iman di hati. Mengapa demikian ? karena yang dikelola hanya ilmu bukan iman.
Terlebih dengan orientasi duniawi, sehingga tidak segan-segan orang Islam
menimba ilmu Agama Islam kepada orang yang bukan Islam, sekedar secara formal
agar lebih mendapatkan pengakuan. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan hidup
duniawi, ilmu agama Islam ini kini marak dijual murahan di panggung-panggung
pengajian yang dikelola seperti panggung hiburan. Bukannya mengajak manusia ke
jalan Allah, tetapi malah untuk mengocak perut dengan dagelan sambil menjual
ayat dengan dikolaborasikan musik dangdutan agar sajian laku terjual.
Apabila niat di dalam hati ternyata benar-benar hanya
untuk mencari keuntungan duniawi, bukan ibadah, berarti sama saja orang
tersebut telah berkhianat kepada amanat ilmunya sendiri. Akibatnya, boleh jadi
orang tersebut akan dimasukkan neraka akibat penerapan ilmu agama yang mereka
miliki itu. Gambarannya seperti lilin, memberikan penerangan kepada orang lain
tapi menghancurkan diri sendiri. Itulah kerugian yang nyata, rugi dunia dan
akherat.
Adapun Nur dalam arti Hidayah atau sampainya iman ke
dalam hati seorang hamba, telah ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
Allah Pelindung orang-orang yang beriman ; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. (QS. al-Baqoroh; 2/257)
Karena Allah mencintai orang-orang yang percaya (iman),
maka Allah senantiasa menolong mereka dengan mengeluarkan dari kegelapan kafir
dan syirik menuju cahaya tauhid. Bahkan menghidupkan hati mereka yang asalnya
sudah mati disebabkan oleh kerak dosa yang menempel bagai karat hingga menjadi
suci dan bersih dan kembali disinari hidayah iman. Allah telah menegaskan hal
itu dengan firman-Nya:
Dan bukankah mereka adalah mati, kemudian dia Kami
hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu
dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari
padanya.(QS. al-Anam; 6/122)
Dengan Nur iman itu, hati yang asalnya kaku dan keras,
menjadi lunak dan lentur. Hati yang mati menjadi hidup kembali. Bahkan yang
asalnya bodoh menjadi mengerti. Hasilnya, hati itu kian peka kepada keadaan
sekelilingnya sekaligus juga gampang menerima pendapat orang lain walau kadang
kala tidak sefaham dan bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Selanjutnya,
berkat kebaikan budi pekerti yang disinari iman itu, akhirnya lingkungannya pun
menjadi baik karenanya.
Allah SWT berfirman:
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu Ruh (Al-Quran)
dari urusan Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab
(Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan
Al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki
diantara hamba-hamba Kami. (QS. asy-Syuura.42/52)
Di dalam ayat di atas, Nur Hidayah yang mampu
menghidupkan iman dan hati yang mati disebut Ruh. Nur tersebut asal kejadiannya
hanya satu, yaitu Nur Muhammad SAW, makhluk yang pertama kali diciptakan Allah
dari Nur-Nya. Ketika Nur itu dipancarkan di alam semesta, Nur itu kemudian
bercabang dan menjadi bermacam-macam bentuk kebutuhan hidup manusia.
Bentuk kebutuhan itu di antaranya ialah; untuk mencukupi
mata, maka Nur itu menjadi cahaya yang dipancarkan matahari. Untuk mencukupi
kebutuhan akal dan fikir, maka Nur itu menjadi ilmu pengetahuan yang
dipancarkan al-Quran dan hadits Nabi. Untuk menyediakan kebutuhan hati maka Nur
itu menjadi sifat kasih-sayang yang dipancarkan sifat Rahman Allah. Dan untuk
menyediakan kebutuhan ruh, maka Nur itu menjadi iman, yakin dan marifatullah
yang dipancarkan sifat Rahim Allah. Selanjutnya, dengan keempat indera tersebut
(mata, akal, hati dan ruh) Ulama sebagai pewaris para Nabi dan Khalifah bumi
zamannya bertugas memancarkan kembali Nur itu kepada alam yang ada di
sekelilingnya. Allah menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat dari orang-orang
yang berbuat baik.(QS. Al-Araaf; 56)
Hanya Allah yang mampu berbuat demikian, menancapkan
hidayah dalam hati manusia sehingga orang tersebut beriman kepada Allah dan
rasul-Nya. Adapun para khalifah bumi itu adalah pengganti Allah di muka bumi.
Sebagai pelaksana kehendak dan takdir yang sudah ditetapkan-Nya sejak zaman
azali, menyampaikan rahmat Allah yang sudah mereka terima kepada alam semesta
menjadi rahmat yang universal yaitu rahmatan lil aalamiin, baik rahmat lahir
yang berupa ilmu pengetahuan maupun rahmat batin berupa iman, yakin dan
marifatullah. Para Kholifah Bumi itu tidak hanya menyampaikan ilmu Agama saja,
terlebih dengan cara debat kusir yang tidak ada ujung pangkalnya. Disamping
mereka itu selalu mengajarkan ilmu pengetahuan dan pemahaman hatinya dengan
sabar, juga menuntun umatnya dalam pelaksanaan amal ibadah dengan didasari
akhlak mulia untuk berjalan bersama menuju keridhoan Ilahi Rabby. BERSAMBUNG...
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar