Oleh: Wong Edan Bagu.
(PRTP)
Jakarta Rabu tgl 03 Sept 2014
Setiap kejadian yang teralami oleh semua orang hidup,
memiliki momen, dan setiap momen dan keadaan telah dirancang dengan akurat dan
bijaksana oleh Allah SWT. tak ada kekeliruan dibalik beragam kenyataan yang
tersuguh di hadapan kita, bahkan dibalik itu meresapkan makna bagi orang-orang
yang berpikir jernih. Manakala saya tahu ada makna dibalik kejadian, niscaya
saya akan menikmati dan sontak menemukan keindahan di dalamnya. Karena makna
sendiri saripati yang dituju dari setiap kejadian. Namun, ketika saya merasa tak
mendapati makna dibalik kejadian, maka di hati ini sesak oleh kegelisahan,
kegundahan, dan rasa jengkel yang tak bisa dielakkan. Suasana hati itu
bergumpal menjadi kehampaan.
Tak bisa dipungkiri, kenikmatan yang saya peroleh selama
ini lebih banyak didorong oleh kehendak nafsu rendah, sehingga tak bisa
merengkuh kenikmatan di setiap keadaan. Padahal setelah ditelusuri kenikmatan
model hawa nafsu berbeda dengan kenikmatan menurut hati nurani. Ketika nurani
nikmat, maka seluruh keadaan menjadi nikmat. Namun, keniikmatan nafsu cenderung
memilih, dan memilah. Tak ayal, ada sisi yang berlawanan, berlingkar dalam
dualitas semu yang tak pernah berakhir. Terlintas dari hawa nafsu cantik-buruk,
bertemu-berpisah, sehat-sakit, untung-rugi, dan segala keadaan yang berlawanan.
Saya merasakan sendiri, ketika kenikmatan dirasakan saat
memeroleh perihal positif menurut pikiran dan hawa nafsu, seperti mengambil
bertemu dan melepas berpisah, meletakkan sehat dan membuang sakit, merangkul
untung dan menolak rugi, maka kenikmatan yang kuperoleh tak lebih sebagai
kenikmatan yang semu, berputar-putar dari satu keadaan ke keadaan yang lain,
sehingga jiwaku terasa letih.
Mengapa saya harus berputar-putar pada keadaan di luar
yang datang silih berganti? Ya karena sepanjang hidup diri ini hanya terbetut
dengan keadaan luaran, tertarik dengan gerakan permukaan yang menyuguhkan
beragam keadaan baru. Dari luar, banyak hal berubah tumbuh dengan cepat, belum
merasakan yang satu sudah datang suguhan berikutnya. Pikiran makin terarah keluar,
menyemburkan keinginan, padahal banyaknya keinginan sumber dari segala derita.
Ya, tetapi mengapa pikiran terlalu berpihak pada beragam kenikmatan luaran? Dan
apakah diri ini harus terbelenggu dalam keadaan berjungkir balik terus-menerus?
Sudah saatnya saya memendam keinginan dan tak terlalu risau dengan tebaran gaya
hidup yang datang silih berganti. Karena banyaknya keinginan itu, saya tak bisa
menikmati momen demi momen yang kulewati sebagai anugerah terindah dari Allah...
He he he . . . Edan Tenan.
Betapa sering saya meremehkan anugerah Allah, dengan
berpikir pada anugerah yang lain. Padahal, kalau dicerna dengan hati lembut,
seluruh anugerah itu telah diramu oleh Allah sendiri. Apakah ada suguhan yang
diramu langsung oleh Pencipta yang Maha Agung tidak nikmat? Semua suguhan yang
diramu Allah pasti nikmat dan mendamaikan, kecuali orang-orang yang sakit.
Ketika orang berkunjung ke sebuah restoran ternama, disana dihidangkan menu
yang paling mahal, namun ketika menu itu sudah berada di depan meja, orang
tersebut tak bisa menikmati dengan lahap, suguhan itu tak berasa dan kurang
nikmat. Bisa jadi suguhan itu nikmat, hanya saja mungkin orang tersebut sedang
sakit fisik, hatinya sedang sakit, dipenuhi rasa jengkel dan marah-marah, atau
memang dia tidak bisa menikmati menu tersebut lantaran pikirannya sesak oleh
pekerjaan berikutnya.
Betapa sering saya tidak menikmati hidangan yang datang
dari Tuhan. Saya bersusah payah membeli makanan di sebuah warung, tetapi
tiba-tiba ketika makanan sudah terhidang di depan mata, pikiran saya melompat
pada perkara lainnya, sehingga tak bisa menikmati menu tersebut. Padahal,
sebelumnya makanan tersebut menjadi pikiran saya ketika perut berkriuk-kriuk.
Seharusnya shalat harus dinikmati, tetapi saat shalat tengah dijalani kadang
terlintas di pikiran untuk membaca sebuah buku yang baru saja kubeli, dan
ketika buku sudah berada di hadapanku, kemudian kubaca, pikiranku melayang ke
perkara yang lain. Akhirnya, saya tak bisa menikmati momen demi momen yang
kulalui dengan sebaik-baiknya.
Sungguh sangat merugi diri ini, jika tidak pernah
menikmati dengan sungguh akan setiap jengkal ruang yang ditempati, setiap waktu
yang dilalui, dan setiap momen yang ditempuh. Padahal pertumbuhan pribadi
manusia bermula dari sikap yang dipancarkan di setiap momen yang dilalui.
Ketika kita bisa menikmati momen demi momen degan efektif, niscaya bakal
tergelar inspirasi yang luar biasa di setiap momen... He he he . . . Edan
Tenan.
Mari kita berusaha menikmati shalat, menikmati bersamadi,
menikmati makanan, dan menikmati hal positif maupun negatif dan lain2nya agar semua aktivitas yang kita
lakukan bisa menghadirkan inspirasi dan kedamaian ke dalam jiwa. Kita insya
Allah bisa menikmati segala sesuatu dengan baik ketika kita bisa menghadirkan
hati di setiap momen yang kita lalui. Hadirkan hati, maka disana kita mendapati
beragam rahasia yang membuat kita makin kagum pada Allah SWT.
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar