Oleh: Wong Edan Bagu
Putra Rama Tanah Pasundan
Kudus. Senin tgl 18/08/2014
No 1. Tentang Macam-Macam Ilmu Manusia dalam mencapai
kesempurma’an;
Ketahuilah ini,,, Wahai saudara-saudariku... Lalu
renungkan demi kesempurna’an ilmumu, baik itu ilmu dunia mapun ilmu akherat,
mau ilmu kesaktian maupun ilmu keTuhanan Di dunia ini, entah kapan, sakit, dan mati pasti terjadi. Maka hendaklah
waspada, tidak urung kita juga akan sakit dan mati, jangan lupa pada sangkan
paran dumadi. Untuk itu, di dunia ini hendaklah selalu prihatin. Agar benar2
sempurna engkau berilmu.
Dalam memperbincangkan ilmu kesempurnaan ini, jangan lupa
arti bahasanya jika engkau mempertanyakannya. Karena mengetahui arti bahasa
adalah jalannya, adalah pintunya. Kesungguhanlah yg pasti, itulah yg perlu
benar2 engkau mengerti. Jangan takut pd biaya jika memang harus membayar. Bukan
emas, bukan dirham, dan bukan pula harta benda. Namun hanya niat
bersungguh-sungguh saja yg diperlukan.
Adapun ilmu manusia itu ada 2, saudara-saudariku. Yang
pertama adalah ilmu kamanungsan yg lahir dari jalan indrawi dan melalui laku
kamanungsan pula. Yang kedua adalah ilmu kasampurna’an yg lahir melalui pembelajaran
langsung dari Sang Khalik. Untuk yg kedua ini, ia terjadi melalui 2 cara, yaitu
dari luar dan dari dalam. Yang dari luar, dilalui dengan cara belajar.
Sedangkan yg dari dalam, dilalui dengan cara menyibukan diri dengang jalan
bertapa/prihatin/puasa/bersamadi ( bertafakur ).
Adapun bertafakur secara batin itu sepadan dengan belajar
secara lahir. Belajar memilki arti pengambilan manfaat oleh seorang murid dari
gerak seorang guru. Sedangkan tafakur memilki makna batin, yaitu sukma seorang
murid yg mengambil manfaat dari sukma sejati, ialah jiwa sejati.
Sukma sejati dalam olah ngelmu memilki pengaruh yg lebih
kuat dibandingkan berbagai nasehat dari ahli ilmu dan ahli nalar. Ilmu2 seperti
itu tersimpan kuat pada pangkal sukma, bagaikan benih yg tertanam dalam tanah,
atau mutiara di dasar laut.
Ketahuilah saudara-saudariku,,, kewajiban orang hidup
tidak lain adalah selalu berusaha menjadikan daya potensial yg ada di dalam
dirinya menjadi suatu bentuk aksi (perbuatan) yg bermanfaat. Sebagaimana engkau
juga wajib mengubah daya potensial yg ada dalam dirimu menjadi perbuatan,
melalui belajar. Sejatinya dalam belajar, sukma sang murid menyerupai dan
berdekatan dg sukma sang guru. Sebagai yg memberi manfaat, guru laksana petani.
Dan sbg yg meminta manfaat, murid ibarat bumi atau tanah.
Ketahuilah saudara-saudariku,,, ilmu merupakan kekuatan seperti benih atau
tepatnya seperti tumbuh2an. Apabila suksma sang murid sudah matang, ia akan
menjadi seperti pohon yg berbuah, atau seperti mutiara yg sudah dikeluarkan dari
dasar laut. Jika kekuatan badaniah mengalahkan jiwa, berarti murid masih harus
terus menjalani laku prihatin dalam olah ngelmu dgn menyelami kesulitan demi
kesulitan dan kepenatan demi kepenatan, dalam rangka menggapai manfaat.
Jika Cahaya Rasa mengalahkan macam2 indra, berarti murid
lebih membutuhkan sedikit tafakur ketimbang banyak belajar. Sebab suksma yg
cair atau dalam bahasa arab dsb nafs al-qabil akan berhasil menggapai manfaat
walau hanya dg berfikir sesaat, ketimbang proses belajar setahun yg dilakukan
oleh sukma yg beku nafs al-jamid. Jadi, engkau bisa meraih ilmu dgn cara
belajar, dan bisa juga mendapatkannya dgn cara bertafakur. Walaupun sebenarnya
dalam belajar itu juga memerlukan proses tafakur. Dan dgn tafakur engkau tahu
manusia hanya bisa mempelajari sebagian saja dari seluruh ilmu dan tidak bisa
semuanya.
Banyak ilmu2 mendasar atau yg dsb annazhariyyah dan
penemuan2 baru, berhasil dikuak oleh orang2 yg memilki kearifan. Dgn kejernihan
otak, kekuatan daya fikir dan ketajaman batin, mereka berhasil menguak hal2 tsb
tanpa proses belajar dan usaha pencapaian ilmu yg berlebihan.
Dgn bertafakur, manusia berhasil menguak ajaran sangkan
paraning dumadi . Dgn begitu terbukalah asumsi dasar dari keilmuan sehingga
persoalan tidak berlarut2 dan segera tersingkap kebodohan yg menyelimuti kalbu.
Seperti telah kuberitahukan sebelumnya anakku, suksma tidak bisa mempelajari
semua yg di inginka, baik yg bersifat sebagian ( juz’i / parsial ) maupun yg
menyeluruh ( kulli / universal ) dgn cara belajar. Ia harus mempelajari dg
induksi, sebagian dg deduksi sebagaimana umumnya manusia dan sebagian lagi dg
analogi yg membutuhkan kejernihan berfikir. Berdasarkan hal ini, ahli ilmu
terus membentangkan kaidah2 keilmuan.
Ketahuilah saudara-saudariku,,, Seorang ahli ilmu tidak
bisa mempelajari apa yg dibutuhkan seluruh hidupnya. Ia hanya bisa mempelajari
keilmuan umum dan beragam bentuk yg merupakan turunannya dan hal itu menjadi
dasar untuk melakukan qiyas terhadap berbagi persoalan lainnya. Begitu pula
para tabib, tidaklah bisa mempelajari seluruh unsur obat2an untuk orang lain.
Meraka hanya mempelajari gejala2 umum. Dan setiap orang diobati menurut sifat
masing2 Demikian juga para ahli perbintangan, mereka mempelajari hal2 umum yg
berkaitan dg bintang, kemudian berfikir dan memutuskan berbagai hukum. Demikian
juga halnya seorang ahli fikih dan pujangga. Begitu seterusnya, imajinasi dan
karsa yg indah2 berjalan. Yang satu menggunakan tafakur sbg alat pukul, semacam
lidi, sedangkan yg lain menggunakan alat bantu lain untuk merealisasikan.
Saudara=saudariku,,, jika pintu suksma terbuka, ia akan tahu
bagaimana cara bertafakur dgn benar dan selanjutnya ia bisa memahami bagaimana
merealisasikan apa yg diinginkan. Karena itu hati pun menjadi lapang, pikiran
jadi terbuka dan daya potensial yg ada dalam diri akan lahir menjadi aksi
(perbuatan) yg berkelanjutan dan tak mengenal lelah... Serta Alhamdulillaah... Selesai sudah nasehatku
tentang kawruh kesejatian yg kubeberkan padamu. Hendaklah engkau bisa
menggunakan pengertian ini sebaik mungkin.
SEMOGA BERMANFA’AT DAN BERKAH... He he he . . . Edan
Tenan... Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Selalu saudara-saudariku semuanya
tanpa terkecuali dimanapun berada.
Ttd: Wong Edan Bagu
Putra Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar