Oleh: Wong Edan Bagu
Putra Rama Tanah Pasundan
Kudus. Senin tgl 18/08/2014
No 2. Ketahuilah saudara-saudariku,,, bahwa ilmu
kesempurnaan itu ada 2 macam,
Pertama, diberikan melalui wahyu;
Apabila sukma manusia telah sempurna, niscaya akan sirna
segala sesuatu yg dapat mengotori watak, seperti halnya sikap rakus dan impian
semu. Suksma akan menghadap Sang Pencipta, merengkuh cintaNya dan berharap manfaat
serta limpahan cahayaNya. Allah akan menyambut sukma itu secara total. Tatapan
Ketuhan memandanginya dan menjadikannya seperti papan. kemudian Allah akan
menjadikan pena dari sukma sejati. Dan pena itu diukirkan ilmu pada papan tadi.
Sukma sejati laksana guru, suksma manusia suci ibarat
sang murid. Sehingga dicapailah seluruh ilmu, dan padanya semua bentuk terukir
tanpa proses belajar maupun berfikir. Dalilnya : “Dan Dialah yg mengajarkanmu
apa2 yg tidak kamu ketahui” (QS. An-Nisa:213).
Ilmu para nabi lebih tinggi derajatnya dibandingkan ilmu
mahluk2 yg lain. Karena ilmu tsb diperoleh langsung dari YME tanpa perantara.
Kau bisa memahami dalam kisah para malaikat dg kanjeng Nabi Adam. Sepanjang
usianya para malaikat terus belajar. Dan dg berbagi cara mereka berhasil
mendapatkan banyak macam ilmu, sehingga mereka menjadi mahluk yg paling berilmu
dan makhluk paling berpengetahuan.
Sementara itu Adam tidaklah tergolong ahli ngelmu karena
ia tidak pernah belajar dan berjumpa dg seorang guru. Malaikat bangga dan dg
besar hati mereka berkata:” padahal kami Senantisa bertasbih dg memuji Engkau
dan mensucikan Engkau.” (QS. Al-Baqarah:30).
Kanjeng Nabi Adam kembali menuju Sang Pencipta. Lantas
beberapa bagian dalam hati Kanjeng Nabi oleh Allah dikeluarkan ketika ia
menghadap dan memohon pertolongan kepada Tuhan. Lalu Allah ajarkan seluruh
nama2 benda. “Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat, lantas Allah
berfirman: “Sebutkanlah kepadaku nama benda2 itu jika kamu memang orang2 yg
benar” (QS. Al-Baqarah:31).
Ketahuilah, malaikat menjadi kerdil dihadapan Adam. Ilmu
mereka menjadi terlihat sempit. Mereka tak bisa berbangga dan besar hati,
justru yg ada hanya rasa tak berdaya. “Maha Suci Engkau, tidak ada yg kami ketahui
selain dari apa yg Engkau ajarkan kpd kami” (QS. Al-Baqarah:32).
Maka kepada mereka Adam diberitahukan bbrp bagian ilmu
dan hal2 yg masih tersembunyi. Akhirnya jelaslah bagi kaum berakal, bahwa ilmu
gaib yg bersumber dari wahyu lebih kuat dan lebih sempurna dibandingkan ilmu yg
diperoleh dg penglihatan langsung. Ilmu yg diperoleh melalui wahyu merupakan
warisan dari hak para nabi. Namun mulai masa Kanjeng Nabi Muhammad pintu wahyu
telah ditutup oleh Allah. Sebab Muhammad adalah penutup para nabi. Dia mewakili
sosok paling berilmu dan paling fasih dikalangan manusia. Allah telah
mendidiknya dg budi pekertinya menjadi baik. Ilmu Rasul itu lebih sempurna,
lebih mulia, dan kuat. Karena ilmu tsb diperoleh langsung dari Sang Khalik.
Beliau sama sekali tidak pernah menjalankan proses belajar-mengajar insani.
Ilmu Kesempurnaan yg Kedua;
disampaikan sebagai ilham yaitu peringatan sukma sejati
terhadap suksma manusia berdasarkan kadar kejernihan, penerimaan dan daya
kesiapannya. Ilham boleh dikatakan mengiringi wahyu. Kalau wahyu merupakan
penegasan perkara gaib, maka ilham merupakan penjelasannya. Ilmu yg diperoleh
dg wahyu itulah sejatinya ilmu kenabian, sedangkan yg diperoleh dg ilham itulah
sejatinya ilmu kewalian. Ilmu kewalian diperoleh secara langsung, tanpa
perantara antara sukma dan Sang Pencipta. Ilmu Kesempurnaan itu laksana
secercah cahaya dari alam gaib, yang datang menerpa hati yg jernih, hampa dan
lembut.
Semua ilmu merupakan produk pengetahuan yg diperoleh dari
sukma sejati yg terdapat dalam inti sangkan paraning dumadi dg menisbatkan pada
RASA SEJATI, seperti penisbatan Siti Hawa kepada Kanjeng Nabi Adam, rasa sejati
lebih mulia, lebih sempurna dan lebih kuat dari disisi Allah dibandingkan
suksma sejati. Sedangkan sukma sejati lebih terhormat, lebih lembut dan lebih
mulia dibandingkan makhluk2 lain. Adapun ilham itu terlahir dari melimpahnya
rasa sejati dan juga terlahir dari melimpahnya pancaran sinar sukma sejati.
Jika wahyu menjadi perhiasan para nabi, maka ilham menjadi perhiasan para wali.
Adapun ilmu yg diperoleh dari wahyu adalah sebagaimana sukma tanpa rasa atau
wali tanpa nabi. Begitu pula ilham tanpa wahyu akan menjadi lemah. Ilmu akan
menjadi kuat jika dinisbatkan kepada wahyu yg bersandar pada penglihatan
ruhani. Itulah ilmu para nabi dan wali
Ketahuilah, ilmu yg diperoleh dg wahyu hanya khusus bagi
para rasul, seperti diberikan kepada Adam, Musa, Ibrahim, Isa, Muhammad saw dan
para rasul lain. Itulah yg menbedakan antara risalah dg nubuwwah . Adapun
nubuwwah adalah perolehan hakikat dari ilmu dan rasionalitas2 oleh sukma yg
suci kepada orang2 yg mengambil manfaat. Barangkali perolehan semacam itu
didapat salah satu sukma, tetapi ia tidak berkewajiban menyebarkannya karena
suatu alasan dan oleh sebab2 tertentu.
Ilmu Kesempurnaan menjadi milik seorang nabi dan wali,
sebagaimana dimilki Khidir a.s. Hal itu terdapat pd dalil: “Dan yg telah Kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami” (QS. Al-Kahfi:65).
Ingatlah ketika khalifah Ali berujar: “Kumasukkan lisanku
kemulutku, hingga terbukalah dihatiku seribu pintu ilmu, yg pada setiap pintu
terdapat seribu pintu yg lain”. Dan ia berkata: “Andai kuletakkan bantal dan
aku duduk diatasnya, niscaya aku akan mengambil putusan hukum bagi penganut
Taurat berdasarkan Taurat mereka, bagi penganut Injil berdasarkan Injil mereka,
dan bagi penganut al-Quran berdasarkan al-Quran mereka”.
Derajat seperti ini tidak bisa diterima dg melalui ilmu
kemanungsa semata yg hanya dari pembelajaran insani. Pastilah seseorang yg
telah mencapai derajat tsb telah dikarunia ilmu Kesempurnaan. Jika Allah
menghendaki kebaikan pada dirimu, Dia akan menyingkap tabir atau hijab yg
menhalangi dirimu dg suksma yg menjadi papan itu. Dg demikian, sebagian rahasia
dari apa2 yg tersembunyi akan ditampakan pdmu. segenap makna yg terkandung
didalam rahasia tsb akan terpahat pd sukmamu. Dan sukma itupun mengungkapkan
sebagaimana engkau ingin karena dikehendakiNya..
Sejatinya, kearifan bisa lahir dari ilmu kasampurnaan.
Selama engkau belum mencapai derajat atau tingkatan ini, engkau tidak akan
menjadi seorang arif. Karena kearifan merupakan pemberian Yang Maha Esa.
Dalilnya : ” Allah menganugrahkan al-hikmah kepada siapa
saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia
benar2 telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang2 yang berakallah
yang dapat mengambil pelajaran ” (QS. Al-Baqarah:269).
Hal itu karena orang2 yg berhasil mencapai ilmu
Kesempurnaan tidak perlu lagi banyak berusaha memahami ilmu secara induktif dan
berpayah-payah belajar. Orang yg demikian sedikit belajar, banyak mengajar,
sedikit capai, banyak istirahat.
Setelah wahyu terputus dan sesudah pintu risalah ditutup,
umat manusia tidak lagi membutuhkan kehadiran rasul atau utusan. Mereka tidak
lagi memerlukan penampakan dakwah setelah penyempurnaan agama. Bukanlah
termasuk kearifan menampakan nilai lebih tidak berdasarkan kebutuhan. Pintu
ilham itu tidak pernah ditutup. Pancaran cahaya sukma sejati tidak pernah
terputus. Karena sukma terus membutuhkan arahan, pembaharuan dan peringatan. Umat
manusia tidak memerlukan risalah dan dakwah, tetapi masih membutuhkan
peringatan sebagai akibat dari tenggelamnya mereka pada rasa was-was dan
terhanyut oleh gelombang syahwat.
Karena itu Allah menutup pintu wahyu sebagai pertanda
bagi hamba-Nya dan membuka pintu ilham sebagai rahmat serta menyiapkan segala
sesuatu menyusun tingkatan2 supaya mereka tahu bahwa Allah Maha Lembut kepada
hamba2-Nya, memberikan rezeki kepada siapa saja yg dikendaki tanpa
perhitungan... Dan Alhamdulillaah... Selesai sudah nasehatku tentang kawruh
kesejatian yg kubeberkan padamu. Hendaklah engkau bisa menggunakan pengertian
ini sebaik mungkin.
SEMOGA BERMANFA’AT DAN BERKAH... He he he . . . Edan
Tenan... Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Selalu saudara-saudariku semuanya
tanpa terkecuali dimanapun berada.
Ttd: Wong Edan Bagu
Putra Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar