Oleh: Wong Edan Bagu.
(PRTP)
Jakarta selasa tgl 26 Agust 2014
Dalam bahasa Jawa “Weton” berasal dari kata dasar “Wetu”
yang bermakna “keluar” atau lahir. Kemudian mendapat akhiran –an yang
membentuknya menjadi kata benda. Yang disebut dengan weton adalah gabungan
antara hari dan pasaran saat bayi dilahirkan kedunia. Misalnya Senin Pon, Rabu
Wage, Jumat Legi atau lainnya. Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon adalah nama-nama
pasaran.
Jadi pengertian Puasa Weton adalah puasa yang dilakukan
pada hari kelahiran berdasarkan perhitungan kalender Jawa yang berputar selama
35 hari. Artinya diperingati setiap 35 hari sekali. Berbeda dengan acara ulang
tahun yang diperingati setahun sekali.
Saudara-saudariku terkasih, juga anak-anak didik saya
tercinta... Seperti biasa postingan ini saya sajikan bukan untuk dipuji apalagi
dihina namun hanya untuk bisa diketahui oleh Saudara-saudari terkasih saya,
kususnya anak-anak didik saya tercinta, juga para hobi pembaca yang budiman.
Amalan Puasa Weton merupakan ajaran mulia dari para
leluhur, guna menghayati dan menghargai kelahirannya diri kita ke alam dunia
ini. Falsafah sederhana puasa weton ini adalah hari lahir merupakan kehendak
Tuhan dalam hidup kita. Jadi pada hari tersebut, kembali kita mengingat kasih
Tuhan yang begitu besar dalam hidup kita. Dengan harapan, agar kita ingat bahwa
lahirnya manusia dimuka bumi ini membawa kodrat. Kalau dalam istilah Quran,
diturunkannya manusia dimuka bumi ini adalah sebagai khalifah / pemimpin
(Al-Baqarah: 30). Layaknya sebagai seorang khalifah adalah membawa berkah dan
rahmat bagi alam semesta. Bukan untuk merusak apalagi membinasakan alam atau
sesama manusia.
Setiap diri yang selalu ingat kepada kodratnya ini maka
akan menjadi pribadi-pribadi yang mulia, bijaksana dan penuh kasih sayang
kepada sesama dan seluruh alam. Maka kehidupannya akan senantiasa dalam
lindungan dan penjagaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Amalan Weton merupakan warisan budaya lokal, tidak ada
hubungan dengan ajaran agama tertentu. Jadi boleh diamalkan oleh semua orang,
apapun agama dan keyakinannya. Ternyata puasa hari lahir ini juga pernah
dilakukan oleh Muhammad SAW. Seperti keterangan berikut ini. Nabi ditanya
tentang puasa hari Senin lalu beliau menjawab, “Itu adalah hari dimana aku
dilahirkan, dan hari dimana aku diutuskan sebagai Nabi, atau dimana
diturunkannya wahyu pertama padaku”. (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Nasa’i,
sanadnya shahih). Dari Hadist tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
Islam boleh hukumnya mengkhususkan ibadah pada hari tertentu yang dianggap
memiliki arti istimewa (baik). Juga diperbolehkan memperingati hari lahir
dengan berpuasa. Atau beribadah sunnat lainnya karena ittiba’ (mengikuti)
kepada Nabi SAW saat hari kelahirannya.
Ritual Weton;
Dalam kaitannya dengan weton, orang Jawa memiliki tradisi
yang disebut “selapanan”, yaitu memperingati weton kelahiran, yang berputar
selama 35 hari itu dengan melakukan lelaku prihatin. Misalnya dengan lelaku
berpuasa “ngapit”, mutih, melek (tidak tidur) dan menyediakan sesaji sebagai
bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME.
Yang dimaksud dengan Puasa Ngapit adalah berpuasa 3 hari,
yaitu pada hari weton, ditambah 1 hari sebelum dan sehari sesudahnya. Ada pula
yang cukup dengan ritual Mutih, yaitu selama beberapa hari hanya makan nasi
putih dan air putih tawar saja tanpa puasa, jadi boleh makan-minum kapan saja.
Ada juga lelaku puasa 3 hari sebelum hari weton, 5 hari sebelum weton dan
berbagai jenis cara puasa lainnya.
Adapula ritual melek (tidak tidur) selama 24 jam yang
dimulai dari saat Matahari terbenam saat masuk hari wetonnya. Dan diakhiri
ketika matahari terbenam dihari wetonnya. Sambil menghidangkan sesaji berupa
variasi 4 warna bubur dan sesaji lainnya yang memiliki arti simbolik yang
luhur.
Dan masih ada berbagai macam jenis tatacara ritual
lainnya yang berkembang di masyarakat Jawa dalam rangka memperingati Weton
Kelahiran ini. Walaupun tatacara berbeda-beda tetapi intinya sama yaitu sebagai
bentuk lelaku prihatin (riyadhoh). Acara ini sangat jauh berbeda dengan acara
ulang tahun jaman sekarang, yang cenderung bernuansa hura-hura bahkan suka cita
yang berlebihan dan mengumbar perbuatan asusila.
Adanya perbedaan amalan-amalan lelaku dalam memperingati
weton tidak perlu diperdebatkan. Sebab tatacara lelaku dan amalan sangat
bergantung dengan kondisi diri, ajaran agama yang dianut atau pengaruh adat
yang berkembang di masyarakat. Bagi mereka yang tinggal di desa nan asri masih
banyak berbagai macam pepohonan hijau dan sungai yang bersih, dalam
memperingati weton akan membuat berbagai macam sesaji berupa lauk-pauk hasil
dari sawah ladangnya. Seperti nasi golong, daun jati, ikan teri, dan lain
sebagainya. Tentu saja mereka tidak merasa kesulitan untuk mendapatkan semua
bahan-bahan sesaji tersebut. Tetapi bagi masyakarat kota, yang tinggal di
wilayah yang dikelilingi gedung-gedung beton, jarang ada pepohonan,
sungai-sungai yang mengalir pun telah tercemar limbah, tiada lagi ikan yang
hidup. Akan kesulitan bila untuk memperingati weton sebagaimana tradisi di
pedesaan, setiap 35 hari sekali harus menyediakan berbagai macam sesaji dari
alam. Maka biasanya tatacara memperingati weton ini setiap kaum adat masyakarat
bisa berbeda-beda.
Begitu pula dengan tata amalan Puasa. Bagi mereka yang
kehidupannya sudah dilonggarkan dari urusan duniawi akan lebih ringan dalam
menjalankan puasa berhari-hari atau ritual tidak tidur semalam suntuk. Namun
bagi mereka yang setiap hari masih harus bekerja keras untuk menghidupi
keluarga, anak-istri, akan sangat susah untuk melakukan puasa berhari-hari
semacam itu. Sementara ia harus dituntut produktifitas kerja yang tinggi bila
tidak ingin dipecat dan kehilangan pekerjaan atau mata pencahariannya. Maka
amalan puasa weton pun bervariasi, disesuaikan dengan kondisi diri sang
pengamalnya. Yang penting tidak meninggalkan makna yang sebenarnya dari ritual
weton.
Di kalangan masyarakat muslim, puasa weton ini biasanya
dilakukan lebih dari 1 hari, ini untuk memberi solusi bagi mereka yang wetonnya
jatuh pada hari-hari yang dilarang berpuasa di hari-hari tertentu seperti hari
Jumat tanpa disertai puasa hari yang lain.
Manfaat Ritual Weton;
Dari penghayatan dan pengamalan ritual weton yang luhur
ini tentu akan membawa dampak baik bagi para pengamalnya. Antara lain :
Sebagai tanda syukur kepada Tuhan YME dan rasa
terimakasih kepada kedua orang tua.
Sebagai salah satu momen untuk berintropeksi diri, ingat
kembali kepada kodrat dan tugas sebagai manusia di muka bumi. Kembali mengenal
setiap unsur yang menyertai diri manusia hidup dimuka bumi ini, yaitu para
Sedulur Sejati. Ada pula yang mengartikan Sedulur Papat Kalimo Pancer.
Dari pengalaman orang yang telah menjalankannya
memberikan dampak baik dalam diri, menjadi lebih arif & bijaksana dalam
mensikapi kehidupan. Para sesepuh berpendapat bahwa salah satu cara untuk
membentengi diri dari kejahatan magis adalah dengan berpuasa weton.
Dan berbagai manfaat positif lainnya sesuai dengan
penghayatan yang bisa dicapai oleh para pengamalnya. Semua bisa terjadi bila
semata-mata ada rahmat dari Tuhan Yang Maha Welas Asih.
Demikian tentang kajian Puasa weton... He he he . . . Edan Tenan... Muga Bermanfa’at
dan Berkah.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar