WONG EDAN BAGU

WONG EDAN BAGU
SALAM RAHAYU kanti TEGUH SLAMET BERKAH SELALU DARI WONG EDAN BAGU UNTUK SEMUA PARA PENGUNJUNG BLOGGER PESONA JAGAT ALIET . . . _/\_

Sabtu, 22 Maret 2014

MANGAN ORA MANGAN NGUMPUL (Makan tidak makan kumpul)

JARE WONG EDAN BAGU... (WEB)
Mangan Ora Mangan sing penting Ngumpul yo Lee...Ngger:
Mangan ora mangan ngumpul (Makan tidak makan berkumpul), adalah istilah yang tentu tidak asing lagi bagi orang2 Jawa bahkan sudah melegenda, hal ini kalau boleh saya usulkan ke pemerintah agar di jadikan Istilah yg me Nasional.

Kapan dan siapakah yg mencetuskan konsep yang begitu filosofikal ini, WEB tidak tahu persis, lalu apahkah prilaku ini masih relevan di zamanTablet ini?. Terlepas dari relevansi2nya, itu bukan yg menjadi atensi WEB. Bagi WEB yg menjadi daya tarik adalah kata Makan itu sendiri... Bukan Kumpulnya

“ MAKAN” siapa sih yang tidak mengerti apa itu Makan, namun tidak se naif yang kalian bayangkan. Kata / istilah “Makan” ternyata mempunyai arti, makna dan fungsi yg bermacam2 bagi bangsa Indonesia khususnya suku Jawa.

Dalam kamus Macquarie yg paman baca “makan” atau “Eat” di terjemahkan sebagai (To consume or to take into the mouth and swallow for nurishment) terjemahan “mengkonsumsi/ memasukan ke dalam mulut lalu menelanya sebagai gizi pertumbuhan “

Bagi Manusia Indonesia yg kaya akan tradisi dan budaya, kata “ Makan” berkembang menjadi lebih fariatif, ketika daya kreatifitas bekerja, maka terlahirlah kata 2 al: “ Makan hati, makan, angin, makan waktu, makan Zaman, makan tempat, makan temanya sendiri dll”. Waduh rakus sekali bangsa kita ya.. hampir semua aspek mau di makan, kecuali kepalanya sendiri.

Bulik-bulik luar negeri akan tertawa geli ketika kita bicara “Makan waktu” yg diterjemahkan ke dlam bahasa mereka “Eating time” atau “Makan tempat = eating places”, tentu saja tidak nyambung bagi mereka namun tetap menggelikan. Mereka akan bergumam ,wah pasti orang indonisia kurang kerjaan atau memang sudah betul2 krismon kali ya nggak puya apa2 lagi yg bisa di makan,

WEB.... Tuliskan ini sekedar sebagai opini menurut pemahaman dan pengalaman WEB pribadi tentang hal 2 makan memakan dan kumpul mengumpul agar terjadi saling pengertian antara satu dgn yg lainya khususnya yg berlainan adat budaya dan keyakinan.

Makan Sebagai Budaya;
“Makan” bagi bangsa Indonesia ternyata adalah sebuah budaya itu sendiri atau lebih pasnya Paman sebut saja “Budaya makan” atau “budaya Makanan” coba bayangkan betapa bervariasinya, jenis2 dan cara2 mengolah makanan, bahkan cara memakannya yg berbeda2 dari daerah ke daerah yg lain,

Ada yg memakai garpu, sendok/pisau, garpu ala orang bule meskipun yg di makan hanya sepotong Lemet ( jajan dari singkong ) ada yg cukup pakaui cakar sambil kakinya nangkring di kursi, ada yg di suapi meski sdh bisa makansendiri, ada yang kecap2 ngunyah berisik sekali sampai tetangganya terbangun dll.

Umat Muslim/kristiani di Indonesia akan ber do’a dg menyebut nama Tuhan Kristus atau Allah sebelum memulai makan, bahkan umat muslim pun tidak sembarngan makan makanan yg di haramkan oleh ajaranya, sementara saudara 2 kita yg Hindu di Bali lain lagi, mereka akan mengambil sedikit/ secuil makanan lalu di letakan di sampingnya/ di pojok untuk sekedar berbagi pada leluhur/ saudara saudarinya yg telah tiada dan mengajak makan bersama sama.

Untuk orang Jawa/Kejawen biasanya dg menyebut saudara sepiritualnya (Sedulur papat limo pancer) untuk ikut menjaga dan makan bersama sama.

Pada umumnya masyarakat Indonesia ketika orang hendak mulai makan , pasti menawari atau pamitan orang2 di sebelahnya “ mari makan Pak, bu, mbak mas dll” ini adalah sebagai unkapan solidaritas antar sesama dan hal ini tidak akan di jumpahi di negara2 lain

Dan masih banyak sekali, tradisi2 yg bersangkut paut dengan makan memakan ini. Coba kalian renungkan, dlm permainan catur saja pemainya bisa makan kuda, bahkan makan benteng dan ratu (Star)

(Pesan Master Wong Edan Bagu: Apapun makananya minumya air putih saja)

Makan Sebagai Sarana Komunikasi;
Bagi Bangsa Indonesia, makanan juga bisa mewakili sebagai expresi “Cinta” dlm arti yg luas atau kepedulian terhadap sesama.

Di kampung2/desa kalau kita bertamu pada umumnya si tuan rumah sealau mengajak tamunya makan walaupun hanya sedikit saja, meskipun si tuan rumah sendiri lagi bokek kekurangan, namun masih juga nekad untuk ngutang dulu di warung sebelah sekedar menghargai tamunya, biaripun kita sudah kenyang pun kita akan di paksa mencicipinya, ini artinya si tuan rumah ingin mengexpresikan kepedulian cinta kasihnya terhadap sesama yaitu tamunya, si tuan rumah pun akan tersinggung berat kalau si tamu menolaknya bahkan bisa stress nggak bisa tidur dan tidak jarang akan menjadi bahan Rasan rasan( gosip ).

Ironisnya hal2 ini sering di kesampingkan oleh kelompok2 Agama garis keras atau extrimis fondamentalis agama, jangan lagi mencicipi makanan tuan rumah, makan masakan ibunya sendiri saja sdh tidak mau atau najis karena ibunya tidak lagi se aliran atau sefaham dg dirinya…hhihhh ngeri dong deh..… WEB percaya dalam kasus ini mereka tidak memahami bahkan tidak mau menyadari bahwa makanan bisa juga menyatukan atau sebaliknya memecah belah umat.

Ada satu lagi Yang juga menarik sekali yaitu pasanagn suami istri, di mana ketika sang istri juga secara naluri bawah sadarnya ber interaksi melalui sajian makanan. Pernakah tiba2 Istri atau pacar anda menyajikan makanan yg terlalu asin atau terlalu pedas sekali, jangan di kira istri / pacar anda sdh tidak pecus lagi memasak , itu artinya si dia minta perhatian karena selama ini kurangnya kaci cayang atau jablai kali ya.

Makan sebagai fungsi ritual;
Bicara soal makanan bangsa Indonesia, tentu saja tidak bisa lepas dari “beras” Beras menempati pada jajaran yg sanagat penting baik pd lingkup jasmani maupun rohani. Orang2 Indonesia tidak akan menyebut dirinya sudah makan kalau belum makan nasi, meskipun sdh makn sekeranjang kacang goreng, ketika kita belum makan nasi tidak hanya lahirnya saja yang menderita bukan? btinpun akan terasatersiksa.

Untuk hall2 spiritual, contoh yg paling kongkrit adalah pada acara ritual/upacara2 ke Agamaan, misalnya di Jawa tradisi menaburkan beras kuning yg di sertai uang ke jalan guna mengiringi jenasah ke kuburan.

Di Bali, orang menempelkan beberapa butir beras di kedua pelipis atau di jidat mereka dgn berpakaian adat yg begitu menarik pada saat bahkan setelah sembahyang pun.. Mungkin saudara2 ada yg bertanya mengapa beras?

Wah.... coba bayangkan kalau beras tadi di ganti onde2, nanti dikira orang2 Bali pada kena tumor semua. Dan tentu kalian juga tidak rela kalau simbul kesejahteraan sosial yang semula Padi dan Kapas diganti “ Onde2 dan kapas” bukan?

Seperti halnya saudara2 kita yg dari Bali dg sesaji sesaji nya yg menggunakan bunga2 dan makanan, di Jawa pun makanan di pakai sebagai simbul2 ritual untuk berkomunikasi dg roh2 leluhur dan saudara2 yg telah tiada bahkan sebagai expresi do’a yg tervisualkan sebagai pengganti do’a2 yg verbal, ini sering kita jumpai dlam acara2 pernikahan, sunatan dan selamatan2 dan juga tradisi ini yg masih di jalani oleh saudara2 kita dari Batak, Sulawesi dan suku2 pedalaman Dayak, Irian Badui dll.

Di Jawa ritual yg sering kita jumpai dg memanfaatkan makanan adalah “Tumpengan” yg sekarang telah dijadikan budaya Nasional, thaks god…

Ritual2 yg menggunakan makanan ini pada dasarnya adalah sebagai simbolisasi, maka dari itu akan tidak masuk akal kalau kita terjemahkan secara vulgar atau apa adanya begitu saja,masak sih roh2 nenek moyang/ saudara2 kita masih di suguhin makanan2 seperti halnya kita2 yg masih hidup? .Untuk itulah bagi yg berbeda faham agar tidak semudah itu mengadili sebelum menghayati ke kedalaman suatu hakekat spiritualitas.

WEB.... Begitu prihatin sekali ketika ritual2 selamatan di kecam dan disyirikan oleh golongan2 yg berbeda faham namun tidak syirik kalau mereka mengadakan Aqiqoh dengan menyembelih kambing dan di makan juga.

Makan sebagai Benteng Pertahanan;
Bagi bangsa Indonesia “Makan” adalah benteng pertahanan yg sangat perlu di perhatikan khususnya oleh pemerintah kalau kita masaihmenghendaki kokohnya NKRI ini, Para Tentara dan Polri tidak akan mampu menjaga stabilitas Negara RI ini sercara maksimal kalau kekurangan makan dan gizi , dan sang istri bisa mencak mencak kalau benteng pertahanan dapur tidak lagi ngebul dan yang jelas akan beruntun ke tragedi robohnya benteng pertahanan negeri ini. untuk itulah Paman mohonkan kepada Pemerintah agar jatah2 mereka jangan sampai di kentit.

Demikian juga agar generasi penerus bangsa pun perlu di perhatikan akan kecukupan dan kelayakan gizi makanan agar mereka kuat dan mampu menjalankan tugas belajar agar cerdas tidak gampang di bodohi terus menerus.

Kasus yg sangat tragis sering kita jumpai ketika manusia rela mengorbankan martabat bangsa bahkan rela Negerinya di injak2 bangsa lain dg imbalan sesuap nasi.

Satu hal lagi yg tidak kalah menyedihkanya di negeri yg tanahnya voulkanik begitu suburnya namun ketika para petani sebagai lini paling depan dari benteng negeri ini di bodahkan dg pengguna’an pupuk2 kimia yg memang akan mempercepat hasil produksi namun akan berakibat yg fatal terhadap linkungan hidup dan tanah garapanya, sehingga di jangka panjang tanah tidak lagi produktif , persediaan pangan dg sendirinya akan semakin berkurang dan terus kekurangan yang berbuntut pada proyek2 impor beras dimana ujung2nya ternyata proyek2 komisi dan korup juga.

Lalu ketika harga beras yang di impor pemerintah ternyata lebih murah dari beras Pak tani negeri sendiri, kemudian apa yg akan di lakukan Pak Tani berikutnya, bekerja di pabrik? sawah ladang di jual di gantikan ruko2 dan real eastate?, dan seterusnya dan seterusnya?cf…wah pokoknya panjang deh buntut nya anda boleh menafsirkan sendiri... he he he . . . Edan Tanan

WEB... Akhiri dulu sampai disini tulisannya sebelum di lanjutkan pada seri berikutnya yg membahas tentang budaya “Ngumpul2”, “KUMPUL KEBO”

WEB... Berharap tulisan yg asal2an ini, yg nulisnya sambil ngrokok gudang garam djaja, sambung lagi dengan gudang garam surya 16 serta makan camilan chocolate selamat wafer, yang wadah dan isinya tdk sama, karena tulisan diwadahnya begtu, tapi isi didalamnya ada;ah biskuit roma rasa kelapa, pless wedang teh tubruk, suguhan pak guru Caca Rudi di rumahnya Karanggambas Purbalingga Jateng ini, dapat memberikan manfaat walaupun sedikit buat para pembaca . “ Mudah2an Allah setuju…”

AMIIN.... Salam Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah selal Lurr....
Ttd: Wong Edan BaGu
Purbalingga Minggu: 23-03-2014

Tidak ada komentar: