Suatu saat saya baca di web google:
Jumlah penduduk dunia beragama Nasrani 32%, Islam 25% total
57% duh indahnya bila mereka damai?! Nyatanya, dunia masih diliputi perang.
Andai mereka sepakat: tiada lagi produksi senjata, tiada lagi permusuhan, oohhh
indahnya. Saya makin yakin awal saya yang animis, percaya ada Yang Maha Kuasa,
meski belum beragama: lalu belajar di candi, ke gereja, dan mushalla; kemudian
berkunjung ke sinagog, kuil, pagoda, dst … jadilah saya kembali meyakini: dunia
akan damai bila kita masing2 meyakini kedamaian, harus kita ciptakan dari diri
sendiri, mulai yang kecil2, sekarang juga. Saya masih ingat saat kanak2 diberi
petuah: hindari MALIMA, jangan madat, main, maling, madon, & mateni (jangan
kecanduan, judi, merempuan, mencuri, membunuh = NO drinking, gambling,
womanizinng, stealing, & killing).
Itu yang menjadi patokan hidup sirkuler/berputar: bila tak
madat maka ya tiada uang rokok saat bekerja alias tak korup/gratifikasi, bila
judi menang toh akan ke perempuan sebaliknya bila kalah toh jadi maling yan
bisa2 kala ketahuan akan malah membunuh. Maka, yang lebih penting memaknai
kebaikan dalam kehidupan. Orang Korea & Jepang sangat menjunjung budaya malu
& tanggung-jawab lagi konsekuen meskipun tak wajib menyatakan agama
tertentu yang dianut; namun jauh lebih baik beragama dan patuh atas suruhan dan
larangan dalam hidup. Saya pernah berdebat, kesimpulannya: jauh lebih baik
beragama setelah bertuhan; lalu teguh pendirian untuk baik.
Tebarkan kebaikan di sekeliling! Hasilnya? Pastilah damai di
sekeliling! Setidaknya, saya telah buktikan: di mana pun saya berada, saya
selalu punya sahabat dan selalu mengasah keyakinan dengan penuh tenggang-rasa
(toleransi), walhasil kami tetap bersahabat meskipun berjarak setengah dunia
dengan Tom Sawyer di USA, Kensi Itaoka di Jepun, Mendi di Mongol, Philip Nunggo
di Kenya, cs.
Kita yakinkan, agama mengatur hal terbaik. Terpulang para
pemeluk dan pengikut masing2, maukah tertib? Keluarga kami dulu saat baru saja
memilih beragama memiliki pilihan masing2: jadilah kami tetap damai dalam
setiap keyakinan, ada yang muslim, ada yang katholik, ada yang masih tetap
meyakini Tuhan Maha Menjadikan (Gusti Ingkang Murbeng Dumadi). Toh kami damai
semua saling menghargai.
Maka, kabarkan ke sahabat yang Aussie itu bahwa, yang
diyakini sudah baik, akan lebih baik bila beragama, tentu paling baik beragama
dan patuh-taat sambil mengabarkan kepada sesama akan kebaikan.
Kabarkan kedamaian bagi sesama, mengalah untuk kebaikan,
menunda kesenangan untuk kebahagiaan kelak.
Salam kedamaian & kebaikan... nan damai bahagia....
Rahayu kanti Teguh Slamet Berkah.
Dari: Wong Edan BaGu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar