WONG EDAN BAGU

WONG EDAN BAGU
SALAM RAHAYU kanti TEGUH SLAMET BERKAH SELALU DARI WONG EDAN BAGU UNTUK SEMUA PARA PENGUNJUNG BLOGGER PESONA JAGAT ALIET . . . _/\_

Senin, 21 Oktober 2013

ASMA'UL HUSNA:



http://wongedanbagu.blogspot.comAsma Allah semuanya 100, tapi yang di gelar dan hadist ada 99, di ringkas menjadi lima ; 

1. Asmaullidzati 
2 .Asmaullisifat 
3. Asmaulliasma 
4. Asmaulliaf’al 
5. Asmaullijinsi, dari ke-lima ini, yang benar hanya satu saja yaitu Asmaullijinsi, hanya itu satu. 

Asmaullidzati menyebut nama Allah, menurut dari adanya [terlihat], sebab Dzat adanya pasti, mustahil tidak ada. 
Asmaullisifat menetapkan Asma Allah menurut dari sifatnya, tegasnya dari rupanya 
Asmaulliasma menyebutkan Asma Allah dari Asmanya 
Asmaulliaf’al menyebutkan nama Allah, menurut Af’alnya 
Asmaullijinsi menyebut Yang Maha Agung menurut dari jinisnya. 

Asmaullidzati ; 
Banyak yang salah menerima, Asma Allah banyak yang salah waktu menyebut kepada “barang”nya, banyak yang menetapkan kepada yang baru, banyak orang yang mengaku Dzat kepada adanya [terlihat], terlihatnya jasad yang ‘ain, mengaku Dzat kepada badannya, kepada raga, karena tadi disebut dan ada di Hadistnya. 

“Wallahu baathinul insan, Al insanu dhohirullah” 


Allah disebut baathin-baathinnya manusia, sebaliknya begitu juga dhohirnya Allah manusia, menyatakan badan ini adalah dhohirnya Allah karena Hadist saksinya, ini adalah suatu kesalahan menyebut Dzat kepada adanya, kepada adanya wujud pribadi bukan kepada Dzat Allah yang Laisa kamishlihi syaiun yang tidak berwarna, tidak berupa, tidak ada umpamanya, ghaibul ghaib, yang begitu adalah kufur hukumnya, wujudiyah yaitu mengaku Allah kepada badannya. 

“ Wallahu ghaibun, Al insanu ghaibun” 


perkara Allah adalah ghaib, ada tapi tidak ada, tidak ada tapi ada, tidak terlihat oleh mata kepala, begitu juga manusia sama pada ghaib semuanya, ini adalah jasmani, tidak ghaib karena sudah ada, siang malam ada, nama GHAIB adalah ADA tapi TIDAK ADA RUPA, yang ada ini adalah wujud manusia. tapi bukan manusianya, karena manusia adalah ghaib. Wajib harus tahu kepada yang namanya manusia, supaya tidak keliru, tidak menunjuk manusia kepada badan. 

Asmaullisifat ; 
Banyak tekad manusia, menetapkan Asma Maha Agung, kepada rupa dirinya, karena kata dalil Allah tidak ada duanya, tetap satu, ketika melihat kepada badannya, yang satu adalah di dirinya, hanya ada rupa di dirinya tidak ada yang lain. Walaupun keliling dunia tidak akan ada yang sama persis, tidak ada bedanya dengan rupa dirinya, sama saja kufur alias wujudiyah, menuduh Allah kepada rupanya bukan kepada SIFAT Allah, salah kirim sms akibatnya jadi nyasar 


Asmaulliasma ; 

Banyak yang percaya, menetapkan Asma Maha Agung kepada nama sendiri. Perkara Allah adalah pasti yaitu semua nama, sebab tadi juga Allah yang meliputi kepada semua sifat, buktinya adalah pasti, diliputi oleh nama-Nya dan langgengnya juga bukti, Asmanya yang tidak rusak, langgeng abadi, orang yang begitu tekadnya musyrik namanya, memperbanyak Allah Yang Maha Agung, Yang Maha Suci adalah SATU DZAT - SATU SIFAT - SATU ASMA - SATU AF’AL, tidak bisa diperbanyak.

Jika menetapkan kepada Asma Allah sudah pasti SIFAT BARU disebutnya, sebab tadi juga di kitab sudah dikatakan Dzat-Sifat-Asma-Af’al sudah pasti, makanya ada Asma, dari Sifat-Nya sudah jelas, dari Dzat-Nya sudah tentu pasti, begitulah salahnya, orang yang begitu tekadnya namanya kufur, memperbanyak Allah. 


Asmaulliaf’al ; 

Mengaku Allah kepada Af’alnya, kepada kelakuannya, kelakuan pribadinya, karena ada dalilnya, “Laa haula wa laa quwwata“ tidak ada daya upaya, bergerak dan berbalik karena ijin Allah termasuk prilaku baik dan buruk, yang begini adalah itiqod orang yang tidak punya akal, seperti yang menggigau, jadi buat apa Allah mengadakan Agama? Untuk apa Allah mengadakan para Nabi? untuk apa Allah menurunkan kitab Qur’an? 

Begitu wajibnya ma’rifat kepada Allah, sebab suka jadi nyasar tekadnya karena saking gelapnya, mencoba memahami Allah tanpa Ilmu, tanpa Guru Mursyid. Orang yang sudah yakin, tahunya bukan katanya, segala perkara tidak akan menjadi bingung, cahaya padang gilang gemilang karena punya pilihan, tidak akan sewenang-wenang, sebab merasakan malu, merasa sudah tidak berpisah, tidak ada jarak, akrobu siang dan malam berbarengan di dalam Nur shalat/Jauhar awwal, takut melakukan kesalahan, tidak sibuk mengantar hawa nafsu kepada jalan keburukan. 

Begitulah orang yang yakin dengan ilmu, tapi tadi yang bercerita, katanya segala rupa yang baik dan buruk dari Allah, padahal Allah tidak memberi ijin sama sekali atau tidak pernah memberi ijin kepada jalan keburukan, Allah hanya menyuruh kepada jalan kebaikan, harus suci prilaku, kata hati di jaga, tidak boleh iri, dengki kepada sesama makhluk Allah, apalagi sombong, ujub, riya, takabur, pelihara laku dan tekad, hati harus bersih dihiasi dengan sabar, syukur, ikhlas dan tawakal. Ikhlas adalah pintu gerbangnya Taqwa. Segala bentuk musibah, azab, malapetaka dll, adalah hasil dari perbuatan manusia, sangat sedikit sekali manusia yang berperan sebagai pengundang Rahmat untuk menopang tiang-tiang langit dunia... 

Jika kedatangan bisikan hati jadikan bijak memilih, jadikanlah antrian sebelum dikerjakan, sebab sudah pasti terlihat jadinya atau buahnya, apakah itu akan berbuah baik dan buruk, semua itu kita sendiri yang akan merasakannya, jika jatuhnya kepada keburukan, yang begitu bukan dari Allah tapi ada penyusup yaitu perintahnya Azazil/Idajil, Allah tidak akan menyuruh kepada salah. 

Allah hanya akan menyuruh kepada kemuliaan Dunia dan Akhirat, jika jatuhnya mengajak kepada kebaikan, kemuliaan lahir baathin, jangan di tunda, cepat kerjakan, yang begitu namanya ibadah, ibadah kepada Yang Maha Suci, ibadah itu bukan hanya shalat saja, segala kelakuan yang baik adalah ibadah yaitu perintah Yang Maha Suci, biarpun rajin berbakti, shalat lima waktu, tapi prilaku tenang dengan iri, dengki, hasud dll, amalnya akan seperti debu di tiup angin, hilang tanpa bekas, tidak ada sisa, musnah hilang tanpa ada lebih, yang di dapat dari hasil cape dan lelah ketika di dunia menjadi mubazir, di hijab/di abaikan oleh Allah.


Pegangan harus kuat untuk berlindung kepada Allah, jangan tergoda oleh hawa nafsu yang di rancang oleh Syaitan, jalan halus yang akan menarik kepada jalan celaka, celaka Dunia dan Akhirat, dan membatalkan kepada jalan ma’rifati, ma’rifat kepada Yang Maha Agung, sudah pasti terhijab, gelap gulitanya hati, terhalang oleh kotoran prilaku, perkataan dan tekad. 

Asmaullijinsi ;
 

Adalah rahasia Wali, bagian ahli Qurbah, tegasnya yang sudah yakin, yang ahli berhadap-hadapan dengan Allah. 

Jika sudah percaya kepada Yang Maha Suci dan tahu, punya saksi dari dalil, hingga bisa yakin ma’rifat kepada Yang Maha Agung, percayanya sudah tidak samar, keyakinannya sudah kokoh, sudah tidak ada keraguan, sudah tidak merasa pisah, sudah merasa aqrobiyah dengan Allah Yang Maha Suci, wujudnya sudah jadi lafadz, sudah menjadi wujud dalil, lafadz Muhammad Nabi, sebab lafadz Muhammad ada di tiap-tiap orang, semuanya berupa pada waktu Attahiyat, ketika Shalat menjadi lafadz Muhammadu ; 

Kepala menjadi Mim awal 
Dada menjadi Ha 
Pusar menjadi Mim akhir 
Kaki menjadi Dal 


Pada waktu shalat belum jadi, karena tidak ada satu yaitu huruf Tasjid, belum sah, belum menjadi lafadz Muhammad, belum menjadi wujud dalil di situ baru menjadi Mim-Ha-Mim-Dal 
Sangat penting sekali, hal perkara Tasjid, jika belum tahu hal prakteknya Shalat sejati, pekerjaan Rasul, tidak akan bisa paham, biarpun terus dipikir malah jadi botak tidak akan ketemu. sebab pasal Tasjid adalah kuncinya Bumi dan Langit, untuk membuka pintu hijab, hijabnya kepada Yang Maha Suci, untuk mengobrak-abrik jagat shagir, agar menimbulkan raga yang lembut, umpama ketemu itu, sudah pasti nanti mengerti bahasa Nafi Isbat. 

Jika wujudnya manusia, belum menjadi lafadz dalil Muhammad, tidak akan ketemu dengan Allah, tidak akan bisa ma’rifat, para Rasul yaitu utusan Allah, Nabi-nabi, Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa, semuanya tidak ada yang Mi’raj, selain Baginda Nabi, Muhammad Rasulullahi, yang di ijinkan oleh Allah, di suruh melihat Akhirat, keadaan Alam Baathin, sebelum wafat beliau sudah mengetahui. 
 

Cirinya Nabi yang lain, yang tidak Mi’raj buktinya dari lafadznya, semuanya tidak memakai Tasjid, lafadz Nabi Adam, lafadz Nabi Nuh, lafadz Nabi Ibrahim, lafadz Nabi Musa dan lafadz Nabi Isa semuanya tidak ada Tasjidnya. 

Hanya lafadz Muhammad, yang memakai lafadz Tasjid, sama dengan lafadz Allah, cirinya tidak ada lagi, yang di beri Kunci, untuk menghadap kepada Yang Maha Agung, jadi biarpun sekarang, semuanya umat Nabi, tentu bisa jika ketemu Tasjidnya. 

Jika bersungguh-sungguh mencari Ilmunya, dibeli dengan prihatin, mengurangi tidur, mengurangi makan, dibarengi dengan kelakuan yang suci, perkataan, tekad dan prilaku di jaga agar jangan salah, bersungguh-sungguh kepada Allah, Insya Allah awal akhir pasti di kabul. 





“Wa kawa ‘Idul Imani, Wajibul Wajib”
 

Umat Allah wajib harus tahu, tahu kepada iman yaitu iman sejati, iman yang satu Nurrullah, Nur-Nya Allah, itu tanda kenyataan ada AKU yaitu Hakikat Muhammad / Cahaya Awwal / Jauhar Awwal Rasulullah / Ruh Ilmu Rasulullah, sejatinya Syahadat, samudra hidup, hidupnya segala rupa, isinya tujuh bumi, tiada lain asalnya hanya satu dari Jauhar Awwal Rasulullah yaitu Utusan AKU, menjadikan alam dunia dengan segala isinya, tapi tidak pisah dengan AKU, dengan Rasulullah tidak jauh, AKU dan Rasulullah pasti, tidak akan ada AKU jika tidak ada Rasulullah, begitu juga sebaliknya, Rasulullah juga tidak akan bukti, jika tidak ada AKU, ibarat panas dan apinya, bergulung jadi satu, tidak akan ada sifat nyala, jika tidak ada panas, panas juga begitu, tidak akan ada, jika sifat api hilang.

Semua umat wajib ma’rifat pasti kepada Dzat Maha Suci, yaitu yang disebut Rasulullah (Hakikat Muhammad ) yang awwal akhir di ciptakan Allah. Jika sudah yakin kepada Rasulullah, kepada AKU sudah tentu yakin, sebab AKU tidak berpisah, ibarat gula dan manisnya, air dan dinginnya, ombak dan air lautnya, Allah akrobu dengan Rasulullah. Wajib dalam bab ilmu dan hal wajib adalah perintah Allah dan Fardhu adalah perintahnya Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam, WAJIB dan FARDHU ibarat daging dan bumbunya, bergulung jadi satu, sebab menjadi makhluk Allah harus menerima menjadi hamba, jika tidak ibadah kepada kepada Allah sama saja dengan menyerupai kepada Allah, tidak ada atas dan bawah, sama rata…

Jadi tidak menerima, ini wujud jasmani adalah kemurahan dari Allah, makanya kita di dhohir harus menurut apa kata Baginda NabiMuhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam, harus melakoni rukun, rukun yang lima perkara, Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, Haji. Fardhu harus di lakoni perintahnya Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam, tapi harus dengan wajibnya, perintahnya Maha Suci, yang disebut tadi, keduanya harus di pacu agar sempurna, selamat lahir dan baathin. 

Shalat wajibnya empat perkara yaitu ketika memuliakan Allah, berdirinya Asma Yang Agung yaitu huruf lafadz ; 


Berdiri = Alif
Ruku’ = Lam awal 
Sujud = Lam akhir
Attahiyat = Ha 


Takbiratul Ikhram nyatanya huruf tasjid, menjadi ; 
Alif – Lam – Lam - Ha sudah ada lafadz nama Allah, tidak akan samar. Alif - Lam – Lam - Ha dari mana asal usulnya lafadz tadi? Sesudahnya di dhohir, sesudah adanya dunia, Bagaimana dari Qodimnya? Dari mana jadinya? Yaitu dari ;


Dzat > Alif 
Sifat > Lam
Asma > Lam
Af’al > Ha


Ta’at kepada Yang Maha Suci tapi isinya tidak di cari, dalil tidak dirasakan, tidak di masukan ke dalam diri dan keukeuh ngajinya keluar dari diri yang hanya akan menjauhkan diri dengan Allah, mengukir bacaan shalat, membagus-baguskan ibadah, tapi kepada yang di ta’atinya tetap saja tidak bertemu, tidak bisa memenuhi dalil Qur’an yang di sebut; 

“Wa’abud Robbaka Hatta Ya’ Tiyakal”

Ta’at kepada Allah, harus ‘ainal yakin, harus jelas kepada Yang Maha Agung, jangan di kira-kira oleh hati, di ukir oleh pikir, bahwa Allah itu adanya di atas Arasy.  

Apakah tidak ingat? ada dalil Qur’an ;

“Wanahnu Aqrobu Ilaihi Min Hablil Warid”

Maha Suci ternyata aqrob dengan wujud, sudah tidak ada antaranya. Apa yang aqrob dengan wujud kita? Siang malam tidak berpisah, Allah adalah Dzat Laisa kamishlihi syaiun, yang tidak ada umpamanya. Jadi yang aqrob di diri adalah Kekuasaan-Nya yaitu HIDUP manusia, itulah Jauhar Awwal Rasulullah yaitu Kuasa-Nya Allah atau hidup berada di dalam naungan Nurrullah / Jauhar Awwal Rasulullah / Cahaya Awwal Rasulullah / Ruh Ilmu Rasulullah / Hakikat Muhammad, itulah Utusan Maha Suci, itulah yang harus di cari, sifatnya hidup manusia, supaya bisa pulang kepada hidup, hidup Allah / Maha Hidup yang langgeng pasti, tidak terkena rusak, Dzat Maha Agung yang bernama Haqullah, tempat pulang manusia yang ma’rifat, kesempurnaan sejati. 

Jika tidak ma’rifat kepada Dzat Maha Agung, tidak akan bisa pulang kepada Haqullah, tentu balik lagi kepada Haqul Adam masih terkurung oleh Alam dunia, gentayangan pasti, masuk ke tempat siluman, dedemit atau ke alam jinn atau nitis menitis kepada manusia dan kepada hewan, menurut ilmu dan pengetahuannya waktu di dhohir. Jika masuk kepada manusia suka kerasukan sambil minta kopi atau minta cerutu, tergantung kesukaannya,nyata tidak bisa pulang, masih tetap berada di alam dunia, sebab kalau Wali tidak pernah ketemu ataupun masuk kepada manusia, karena Wali sempurna pasti, sudah ada pada Haqullah yaitu Dzat Maha Agung.


Sifat ilmu seseorang yang sudah meninggal tidak akan mati tapi akan menitis kepada keturunannya, sehingga keturunannya tidak merasakan hingga dia punya kelebihan, atau merasakan kelebihan tapi tidak tahu dari mana asalnya,  bisa ngobatin, indigo dll, harus di waspadai karena Iblis beribadah sudah ribuan tahun...  

Tidak ada komentar: