WONG EDAN BAGU

WONG EDAN BAGU
SALAM RAHAYU kanti TEGUH SLAMET BERKAH SELALU DARI WONG EDAN BAGU UNTUK SEMUA PARA PENGUNJUNG BLOGGER PESONA JAGAT ALIET . . . _/\_

Kamis, 27 Februari 2014

Sang Penolong itu Adalah Diri Sendiri:


Yang menolong manusia keluar dari kesulitan hidup adalah dirinya sendiri, banyak contoh yang kita semua pasti alami masing-masing seperti ketika kesulitan keuangan untuk membayar uang SPP anak, maka ada gerakan dalam diri kita untuk berusaha entah meminjam kepada orang lain, bekerja lembur atau secara tiba-tiba mendapatkan hibah dari orang lain. Contoh lain ketika ada problematika keluarga, akan ada gerakan dari dalam diri entah itu mengajak berdamai, menunjuk mediator dll. Contoh lain ketika diri kita terserang sakit, akan ada gerakan dari dalam diri seperti pergi berobat ke dokter, ke tabib dll.

Jadi sebenarnya yag disebut PENOLONG itu tak lain adalah dirinya sendiri juga, sedangkan orang lain yang terkesan sebagai penolong adalah ‘ syariatnya’ atau jalan-jalan untuk mewujudkan titah diri kita sendiri.  Secara sadar maupun tak sadar, percaya ata tidak ternyata di setiap diri manusia itu ada ‘ power’ ada kekuatan yang sangat halus yang sangat berperanan besar dalam menunjang kehidupan kita di muka bumi ini.
Manusia diperintahkankan untuk mengenal diri, hal ini tak lain dan tak bukan untuk dapat me RASA kan adanya kekuatan halus itu. Disebutkan dalam berbagai macam Agama Tuhan Maha mendengar, Tuhan Maha Berbicara, Tuhan Maha Melihat, Tuhan Maha Penolong, Tuhan Maha segala-galanya. Ternyata yang disebut Tuhan itu adalah kata lain dari diri kita yang derajatnya sangat tinggi, dia adalah PRIBADI kita sendiri. Tuhan adalah Kepribadian manusia itu sendiri.

Diri kita yang sangat tinggi itu sering disebut dengan berbagai macam istilah tergantung agama dan aliran kepercayaannya, bisa disebut Roh Kudus, Malaikat, Nur Muhammad, Jibril, Yesus Kristus sang Juru selamat,  The Higher Self, Aku sejati, Diri sejati  dll.  Apalah arti istilah kata-kata itu kalau hanya sekedar menjadi pengetahuan saja, karena istilah-istilah itu bukan untuk difahami tapi untuk DIALAMI sendiri. Setelah dialami dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita bebas menamainya sesuai kehendak kita sendiri.
Orang yang berpikir adalah orang yang sadar bahwa dirinya itu adalah tuhan bagi dirinya juga, maka untuk mewujudkan Tuhan ke alam nyata itulah dirinya akan selalu terus belajar dan berguru kepada dirinya sendiri juga. Itulah yang disebut dalam kitab Alquran ” Setelah sempurna kejadiannya maka kutiupkan RUH Ku, maka tunduklah sekalian alam “. Yang sempurna kejadiannya itu bukanlah ketika dalam kandungan yang mana sang bayi mulai dilengkapi dengan panca inderanya. TAPI yang sempuirna kejadiannya itu adalah sempurna kesadarannya, sempurna ilmunya, sempurna niatnya, sempurna tujuannya. RUH KU itu lah Pribadi manusia yang tertinggi, ketika itu berhasil dinyatakan dalam alam nyata, maka anda akan menjadi seorang DALANG yang mana dunia sudah ada dalam genggamannya.

Agama sebagai Jalan untuk menuju PRIBADI kita yang sangat tinggi itu bukan untuk dipegang dan dijunjung tinggi sebagai symbol keimanan TAPI justru agama itu harus dibuka secara lebar-lebar rahasianya, dikelupas habis kulit-kulitnya, bahkan dengan kata lain harus mampu ‘merobek-robek’ agama yang dianutnya sendiri, inilah yang menjadi BATU SANDUNGAN orang yang berusaha mengenal diri lewat jalur agama. Jadi ternyata bukan agamanya yang salah tapi diri kita yang tidak mampu memaknai/ membuka rahasia agamanya sendiri. Sehingga yang terjadi perjalanan spiritual hanya berputar-putar di lautan agama, seharusnya KELUAR dari lautan itu dan berenang, menyelam ke lautan sesungguhnya, yaitu KEHIDUPAN.  Masalah yang datang bertubi-tubi itu tak lain adalah “Jalan Tuhan” untuk membuka lapisan kesadaran manusia,  kalau hidup dalam lautan agama maka akan memandang masalah yang datang itu sebagai cobaan/ musibah dari Tuhan,  tapi bagi orang yang sudah hidup dalam lautan kehidupan sebenarnya, masalah itu justru ENERGY untuk memperkuat dirinya sendiri agar mempunyai RASA dan keyakinan yang semakin tinggi terhadap dirinya sendiri.

Tak ada dewa penolong
meskipun lidahmu berdoa melolong-lolong
yang ada adalah Tuhan mu terbengong-bengong
Akan ada dewa penolong
ketika dirimu  tidak berbohong

bahwa dirimu ternyata sebagai penolong

Tidak ada komentar: