Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
Jakarta 25 Okt 2014
SEDULUR....
BARU saja kita meninggalkan tahun 2013. Kini, sudah 10
bulan kita memasuki tahun 2014. 2 bulan lagi, kita akan menjumpai tahun baru
2015. Itu berarti terjadi pergantian masa. Dan umur individu dan bangsa terus
mengalami penyusutan.
Perjalanan, rute, yang kita lalui akan menuju satu titik.
Bukan jalan di tempat. Masa akhir akan menghampiri. Itulah karakteristik dunia ini.
Datang dan pergi. Muncul dan tenggelam. Pasang-surut.
Terus bergerak dan berputar, tanpa
henti. Kadang di atas, kadang di bawah. Itulah pergiliran dan perguliran waktu.
Sesungguhnya pergeseran waktu, perputaran malam dan
siang, tidak saja peristiwa alam
yang bersifat natural (thabii),tetapi
merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal.” (QS. Ali Imran (3) : 190).
Demikian pula kehidupan kita. Tak seorang pun di antara
kita mengetahui sampai kapan kesempatan hidup
di dunia diberikan oleh Allah secara cuma-cuma ini. Dan tiada satu pun
jiwa yang mengetahui apa gerangan yang akan dilakukan di esok hari. Dan di
belahan bumi mana kelak dia akan mengakhiri kehidupannya.
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman (31) : 34).
Manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang
akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka
diwajibkan berusaha (ikhtiar) – memilih faktor-faktor yang terbaik yang
mendukung keberhasilan). Adalah suatu karunia yang sangat besar, bahwa Allah
menjadikan ajal kita ini, sebagai suatu yang gaib/rahasia. Dengan demikian,
setiap manusia mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Allah setiap saat pagi,
siang, dan malam.
Sehingga, dalam situasi ketidakpastian, kita bisa beramal
shalih lebih baik. Menjalani hidup ini lurus. Tidak berhenti menanam dan
mengukir amal shalih.Tanpa menghiraukan persepsi pihak lain, baik pro maupun
kontra. Jadi, setiap saat di antara kita, tidak ada yang meyakini kapan hidup akan
berakhir.
Rasulullah menceritakan kepada kita bahwa, “Boleh jadi di
antara kalian ada yang melakukan amal-amal ahli surga, sehingga jarak antara
dia dan surga tinggal sehasta, tetapi dalam takdir Allah (ilmu Allah) ia akan
masuk neraka. Dan boleh jadi di antara kalian melakukan amal-amal ahli neraka,
sehingga jarak antara dia dan neraka tinggal sehasta, tetapi dalam ilmu Allah,
kelak ia masuk surga. Dalam keadaan itu ia mengakhiri kehidupannya.”
Maka beliau mengajarkan doa: “Ya Allah, jadikanlah usiaku
yang paling baik adalah penghujungnya. Dan amal yang terbaik adalah pada
pungkasannya. Dan hari-hari yang terbaik adalah di mana hari-hari saya bertemu
dengan-MU.“
Jadi, ukuran kebaikan seseorang di sini, bukanlah awal
kehidupannya, atau pertengahannya, tetapi akhir kehidupannya.Jadi setiap
individu dan bangsa memiliki masa ajal. Kita hanya dibingkai oleh masa lalu,
kini dan esok hari.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan
Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah
beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.”(QS. Ali Imran (3) : 185)
Berkali-kali Allah menekankan masalah ini. Terutama
ayat-ayat Makiyah. Sebelum menekankan akhir dari kehidupan pertama manusia,
yaitu masalah ajal. Karena dengan menekankan masalah ajal, kita selalu ingat
terhadap titik akhir dan titik nadir kemana kita bergerak, meniti jejak, dan
berjalan.Apa yang paling menggoda dan membuat terlena, tergoda dan tertipu.
Salah satunya, karena ajal tidak diketahui. Akhir kehidupan tidak pernah
didefinisikan secara detail sebelumnya. Nikmat kesesaatan, nikmat kemudahan,
seringkali membuat orang tidak menyadari hidup kelak akan berakhir.
Al-Quran berkali-kali memberikan setressing tentang
masalah ajal. Memberikan titik tekan masalah kematian. Sesungguhnya yang di
inginkan oleh Al-Quran, juga Rasulullah Saw. ialah agar saat kita menyadari
titik terakhir ke mana kita menuju dan kembali. Atau menyadari visi dan misi
kehidupan.
Sesungguhnya keimanan bermula dari titik kesadaran akan
kesementaraan hidup. Karakteristik dunia yang fluktuatif dan pasang surut.
Bermula dari yang disebut Ibnu Qoyyim. Saat di mana jiwa kita terhenyak oleh
realitas kehidupan kedua setelah dunia.Maka bagian yang paling menggugah dan
menyentuh keimanan, kesadaran yang kuat tentang waktu.
Waktu diberikan oleh Allah dalam tiga lapisan :
Lapisan pertama, individu waktu yang diberikan setiap
manusia yang kita sebut dengan umur.
Lapisan kedua, umur masyarakat.
Setiap hubungan masyarakat memiliki umur tertentu. Ada
saat-saat kematiannya.
Allah mengatakan :
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah
datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak
dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raf [7]: 34).
Dengan kata lain,
tiap-tiap bangsa mempunyai batas waktu kejayaan atau keruntuhan.
Rasul mengatakan :
“Manusia itu memiliki usia tertentu. Dan usia (kurun)
umatku hanya seratus tahun (satu abad).”
Dalam al-Quran Allah berfirman, “Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (QS. Ali Imran : 110).
Ternyata, itu bukan sebuah pernyataan yang konstan, yang
tetap berlaku sepanjang masa. Umar bin Khaththab menyatakan tentang ayat itu,
maka penuhilah syarat-syarat Allah tentang kriteria umat.
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus bagi
umat ini di penghujung setiap seratus tahun (seabad) seseorang yang mentajdid
(memperbaharui) agama umat ini.” (Hadits Riwayatkan Al-Imam Abu Dawud)
3. Lapisan ketiga, sejarah
Waktu yang dimulai sejak Allah menciptakan Adam. Dan akan
berakhir ketika Allah menghancurkan bumi dengan peristiwa kiamat :
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal
Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman (55) :
26-27)
Seperti itu waktu berlapis-lapis. Paling kecil dari waktu
ialah individu. Menjadi ruang lingkup pertanggung jawaban kita masing-masing.
Kesadaran tentang waktu, ternyata banyak tidak disadari
oleh umat manusia. Bukan hanya oleh umat muslim, tetapi oleh seluruh umat
manusia. Masalahnya, apa yang bisa membuat kita mampu dari setiap detik yang
berlaku?
Setiap waktu yang kita lalui sama dengan gambaran berikut
ini. Ibarat sebuah pohon, maka pohon kehidupan kita setiap hari daun-daunnya
akan layu dan berguguran.
Itulah sebabnya Rasulullah menasihati kita: “Perbanyaklah
mengingat sesuatu yang akan memutus kenikmatan dunia. Biasakanlah untuk hidup
tetap kasar. Hidup bersahaja. Kenikmatan itu selalu ada.”
Bahkan beliau menyuruh kita untuk ziarah kubur, agar
ingatan kita tentang kesementaraan hidup di dunia dan kekekalan kehidupan hari
esok (akhirat) lebih kuat mempengaruhi
cara kita berpikir, cara kita merasa, dan cara kita berperilaku.*
SEMOGA BERMANFAAT DAN BERKAH. SALAM RAHAYU KANTI TEGUH
SLAMET BERKAH SELALU
Ttt:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
Jakarta Sabtu 25 Okt 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar